"Bin, jenis Homo erectus yang pertama kali ditemukan dan diberi nama ilmiah oleh Eugène Dubois, namanya apaan?" Tanya Oliv saat Bintang dan Moza baru sampai di mejanya sambil membawa nampan berisi tiga porsi nasi dan ayam lengkap beserta sup dan scramble egg, dua gelas minuman soda ukuran large, satu botol air mineral, satu McFlurry dan satu porsi kentang goreng ukuran medium.
"Pithecanthropus erectus" Jawab Bintang dengan tangkas sambil menarik kursi di samping Moza.
"Masa lu lupa sama nenek moyang lu sendiri?" Celetuk Moza pelan namun Oliv tidak mendengarnya. ia terlalu fokus pada game yang sedang ia mainkan di ponselnya.
"Kayaknya rencana kita buat jajan hemat hanya sekedar wacana ya?" Oliv menggeleng kepalanya takjub saat melihat setumpuk makanan yang baru mereka pesan.
"Nih sebelah gue juga kalap, bilangnya gak punya duit, bilangnya lagi diet" Bintang menyindir Moza yang terlena oleh kentang goreng di restoran cepat saji itu.
"Bodo ah, gue lemah iman guys. gak lagi-lagi deh diet, nyiksa!" Jawab Moza sambil mencocol kentang ke saus tomat di hadapannya.
Mereka makan dengan khusyuk dan sangat lahap sambil sesekali merumpikan orang yang berlalu lalang di hadapan mereka tanpa mereka sadari bahwa ada malaikat pencatat keburukan yang mungkin sudah kehabisan kertas untuk mencatat dosa-dosa mereka yang tak terhingga.
Seorang wanita berusia sekitar dua puluh lima tahunan pun menjadi sasaran gibah tiga cewek kucluk itu.
"Woi, arah jarum jam tujuh dari Oliv. Liat deh!" Bisik Moza.
Bintang yang selera makannya tiba-tiba bertambah—karena ke-stress-annya itu langsung menoleh dan Oliv melakukan hal yang sama.
"Jahat lu ngatain orang!" Oliv kali ini malah so suci.
"Ih kan gue cuma nyuruh liat doang, Oliiiv! Kok lu malah bilang gue ngatain? lagian lucu tau itu, celana gemes yang sedang hits di seantero jagat raya" Moza mulai menertawakan model celana yang menurutnya menggelikan, dengan model ketat dan corak yang absurd.
"Gak apa-apa dong masih bagus dia pake celana. Hargai dong karya orang lain!" Lah, Si Oliv kenapa jadi membela mbak-mbak itu?
Bintang saja sudah tertawa sampai matanya berair saat melihat model celana yang memang lucu dan menggemaskan itu.
"Eh bener ya hargain? Kalo gue beliin lu celana kayak gitu lu harus mau pake ya ke tempat umum?" suara Moza mulai meninggi tanpa dirinya sadari sama sekali.
"Celana sejuta um—" Tambah Bintang yang sudah menutup mulutnya agar suara cekikikannya tidak terdengar.
Ditambah karena wanita yang jadi bahan omongannya kini sedang menatap sinis ke arah mereka.
Dia merasa tersindir.
Belum sampai lima belas menit mereka mendapat sasaran, kini mereka mendapati pengunjung yang baru duduk di samping meja mereka, tidak persis di sampingnya tapi dipisahkan oleh tiga meja kosong di antara mereka.
Bintang pura-pura melirik ke luar jendela besar di sampingnya sambil menggaruk-garuk jidat yang sebenarnya tidak gatal.
Bukan apa-apa, dia hanya ingin melihat sepasang kekasih itu setelah Moza berbisik untuk menyuruh Bintang melihatnya.
Lagi lagi Moza yang memulainya.
Oliv yang sedang fokus dengan game tadi menangkap gerak-gerik Bintang yang masih melirik ke arah yang sama sambil menekan bibirnya agar tidak tertawa.
"BIN JANGAN GALAU BIN!" Celetuk Oliv dengan suara yang ia yakin bisa didengar oleh pasangan itu.
Benar saja, dua orang itu langsung melirik ke arah mereka sejenak, Bintang yang hampir kepergok langsung memutar kepalanya menghadap Oliv yang sedang tertawa kecil.
KAMU SEDANG MEMBACA
BOM
Teen FictionBerawal dari kesamaan nasib, sama-sama sering menjadi sasaran empuk saat OSPEK SMA akhirnya hubungan Bintang, Oliv dan Moza yang dulunya tidak mengenal satu sama lain kini terikat dalam satu tali persahabatan yang erat. Ditambah kehadiran dua cowok...