"Heh kucrit, ayo pulang!" Jevin berteriak di saat semua murid di kelasnya berlalu lalang keluar kelas.
Moza yang merasa ucapan itu ditujukan padanya langsung menoleh sekilas.
"EKMMM,UHUK..UHUK..UHUK.." Terdengar suara Indri yang belum beranjak dari duduknya langsung berdehem kencang. Membuat alis Moza bertaut tapi Indri bisa melihat bibir Moza yang berkedut.
Indri terus menatap Moza sambil menahan senyum, merasa diperhatikan, Moza langsung melempar gulungan tisu yang ia pegang ke wajah Indri yang rasanya ingin Moza tendang saat itu juga.
Moza tau Indri sengaja melakukan itu agar ia salah tingkah, sebenarnya Indri hampir berhasil, tapi sayangnya Moza bisa menahannya. Lagipula untuk apa salah tingkah, toh cuma diantar pulang oleh temannya sendiri.
Moza langsung berdiri di samping Jevin yang sedang menyampirkan tas di bahu kirinya.
"Ayo!" Ajak Jevin sambil menarik ujung tas Moza seperti sedang membawa seekor anak kucing.
--
Tinggal sisa satu potong pizza di hadapan mereka, tadi sebelum Jevin sampai di rumah Moza, gadis itu memintanya untuk melipir dulu untuk membeli pizza. Perutnya sudah kelewat perih karena tadi Moza melewatkan makan siang.
Seperti biasa, Jevin mengantar Moza pulang karena sopirnya yang belum juga kembali dari kampung dan saat ini Jevin lagi lagi mampir ke rumah gadis itu, dengan embel-embel minta bantuan mengerjakan soal fisika yang seabreg.
Moza dan Jevin saling berpadangan dengan tatapan tajam, mata mereka menyipit dengan mulut yang membentuk garis tipis, tapi Jevin berusaha menahan senyumnya ketika melihat Moza dengan ekspresi seperti itu.
Tangan mereka terangkat dan dengan aba-aba dari Jevin, mereka langsung melakukan suit jepang. Demi sepotong pizza, padahal tadi Moza sudah memakan lebih banyak potongan pizza dari Jevin.
"YESSS!!!" Jevin langsung mengepalkan tangannya puas saat ia memenangkan suit itu.
Sementara Moza hanya mendengus sebal, ia masih lapar dan pizza adalah makanan favoritnya seumur hidup. Apalagi potongan terakhir, menurut Moza di situlah letak kenikmatannnya.
"Ping, gue masih laper!" Moza menarik lengan baju Jevin.
"Tapi kan gue yang menang suit. Lagian tadi lu udah banyak makannya" Jevin mengulum bibirnya.
Jevin paling suka membuat Moza kesal, karena ekspresinya yang menggemaskan membuat Jevin selalu mengambil kesempatan untuk menggoda gadis itu.
Sebenarnya Jevin tidak tega melihat Moza yang masih mengeluh lapar, lagian tadi saat Jevin menawarinya untuk membeli dua loyang saja, Moza malah menolak.
Jevin mengambil sepotong pizza itu dan mengayunkannya persis di depan wajah Moza dengan saja, membuat gadis itu kembali mendecakkan lidah.
Tiba-tiba topping di pizza itu berjatuhan ke karpet tempat mereka duduk dan Moza tidak melewatkan sama sekali kejadian dimana topping favoritnya jatuh begitu saja.
Tanpa pikir panjang ia langsung menjumput topping malang itu dan membawanya ke dalam mulut. Masa bodoh jika Jevin pikir itu hal yang menjijikkan. Ia hanya tidak mau makanan itu mubadzir.
"Ya ampun sampe segitunyaaa" Jevin tertawa melihat kelakuan Moza.
Tapi bukannya memberikan pizza itu pada Moza, Jevin malah menggigit ujungnya dengan gerakan slow motion seperti di iklan-iklan. Lelehan keju mozarella membuat Moza semakin mengerang, itu juga favoritnya.
"Nyebeliiin, ih" Moza langsung menjambak rambut Jevin dengan emosi, ia kesal karena Jevin sengaja melakukan itu di depannya.
"Yaudah kerjain soal fisika gue dulu nanti gue kasih" Teriak Jevin membuat Moza langsung melepaskan cengkraman di rambut Jevin yang sudah seperti korban pelecehan itu. Karena sebelumnya Jevin sudah melepas semua kancing seragamnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
BOM
Teen FictionBerawal dari kesamaan nasib, sama-sama sering menjadi sasaran empuk saat OSPEK SMA akhirnya hubungan Bintang, Oliv dan Moza yang dulunya tidak mengenal satu sama lain kini terikat dalam satu tali persahabatan yang erat. Ditambah kehadiran dua cowok...