Akhirnya Moza bisa melihat tanda-tanda bahwa perjalanan ini akan segera berakhir setelah ia samar-samar bisa melihat jejeran tenda berwarna biru di dataran yang beringkat. Beberapa siswa juga sudah bangun dari tidurnya dan ada beberapa yang bersorak menyambut mobil yang mulai terparkir.
Moza mendorong kepala Indri yang masih juga belum membuka matanya padahal semuanya sudah bersiap turun dari mobil yang menurutnya menyeramkan itu.
"Ndri bangun! Udah sampe" Untunglah tidak butuh waktu lama untuk membangunkan gadis ini. malah Indri langsung terperanjat saat mendengar bahwa mereka sudah sampai di tujuan. Moza langsung melompat dari atas mobil dibantu oleh temannya yang sudah turun terlebih dulu.
Ia merentangkan tubuhnya dan menghirup udara segar karena mereka kini bisa dibilang ada di dataran tinggi. Bahkan dari situ mereka bisa melihat pemandangan kabupaten Bogor dan Sukabumi yang masih terbilang alami.
Beberapa panitia mencoba merapikan gerombolan peserta diklat yang baru saja menurunkan barang bawaannya masing-masing.
"Mohon perhatian semuanya untuk berbaris sesuai kelasnya masing-masing karena akan diberi pengarahan lanjutan oleh ketua pelaksana" Teriak salah seorang panitia dengan toa yang di pegangnya.
Seluruh siswa mencari barisan dan teman-teman sesuai kelasnya dan dengan seksama memperhatikan pengarahan yang diberikan Valdo—ketua pelaksana untuk acara diklat ini.
--
Oliv menghempaskan tubuhnya saat dirinya baru masuk ke tenda berukuran sedang itu. Sementara Bintang yang kelelahan langsung menghempaskan tasnya sembarang ke dalam tenda dan tidak sadar tas itu menimpa wajah Oliv.
"Bintang!!!" Teriak Oliv membuat kepala Bintang menyembul ke dalam tenda. Ia terkejut saat tasnya kini tergeletak di dada Oliv.
"Eeeh sorry ,sorry. Gak liat" Bintang hanya menyengir kuda sambil perlahan menarik tasnya dan menaruhnya di pojok tenda.
Bintang termasuk dalam panitia untuk acara diklat ini, setelah beristirahat di tenda sejenak, ia langsung menghampiri teman-temannya yang sudah siap menjaga stand perasmanan untuk makan siang.
Satu per satu peserta diklat berhamburan dari tendanya dan mulai mengantri untuk mengambil jatah makan siang. Bintang dengan cekatan membagi rata menunya agar tidak terjadi kecurangan yang biasa dilakukan oleh siswa laki-laki yang memiliki porsi makan seperti kuli.
"Bin, nasi gue sedikit aja!" Pinta Moza setelah menyodorkan piringnya pada Bintang.
"Jatah nasi Moza dihibahkan ke gue aja, Bin!" sambar Oliv tidak tau malu.
Beberapa peserta diklat memang banyak maunya seperti Moza dan Oliv, bahkan ada siswa yang tidak mau memakan nasi sama sekali dengan alasan diet, membuat Bintang geleng-geleng sebab kegiatan besok akan sangat melelahkan.
Bintang mengambil jatah makannya setelah semuanya sudah mendapat jatah makan masing-masing. Ia berjalan ke deretan bangku plastik yang tidak jauh dari tempat dirinya berdiri dimana beberapa panitia juga sedang duduk disana.
Bintang menikmati makan siangnya sambil menatap ke sebelah kiri dimana terdapat lapangan hijau yang cukup luas dan sisi-sisinya terdapat pohon yang tinggi menjulang, jarang-jarang ia mendapat pemandangan seperti ini di kota tempatnya tinggal.
Seeorang tiba-tiba mencolek ujung kepalanya dari belakang dan Bintang langsung menoleh pada orang yang kini berdiri di sampingnya.
"Twugasnywa udwah kwelar?" Tanya Bintang sambil menutup mulutnya karena takut makanan yang sedang dikunyahnya tersembur keluar.
Valdo yang menjalarkan tangannya dan mengambil satu gelar air mineral langsung terkekeh,
"Telen dulu atuh neng!" Ucapnya sambil menonjok pipi Bintang pelan, ia kemudian duduk di bangku plastik di hadapan Bintang. Jidatnya yang berkeringat di gulung oleh handuk putih dan membuat rambutnya agak berantakan.
KAMU SEDANG MEMBACA
BOM
Teen FictionBerawal dari kesamaan nasib, sama-sama sering menjadi sasaran empuk saat OSPEK SMA akhirnya hubungan Bintang, Oliv dan Moza yang dulunya tidak mengenal satu sama lain kini terikat dalam satu tali persahabatan yang erat. Ditambah kehadiran dua cowok...