Chapter 2

3.9K 277 6
                                    

Senior di kelasnya mengintruksikan untuk melihat masing-masing "DOSA" (kesalahan) yang mereka perbuat selama OSPEK ini yang di tulis di Name Tag bagian belakang. Dan aturannya bagi yang memiliki dosa lebih dari tiga, harus maju ke depan kelas saat itu juga.

Oliv menelan ludah dengan berat, ia menyadari DOSA yang bertubi-tubi yang telah ia perbuat selama dua hari terakhir ini.

1. Datang terlambat

2. Membentak kakak kelas—walaupun sebenarnya tidak sengaja

3. Tidak membawa makanan bernama "Janda Api Neraka"—karena mamanya tidak mendapatkan terong ungu di pasar

4. Name Tag rusak karena ditarik paksa oleh kakak kelas—yang belum sempat ia perbaiki

Di bangku paling pojok, Bintang tidak kalah was-wasnya karena beberapa DOSA yang melebihi batas maksimal.

1. Tidak mau makan bubur ijo

2. Sepatu tidak sesuai ketentuan—Bintang malah memakai sepatu Vans saat yang lain memakai sepatu warrior hitam

3. Tidak membawa topi pot

4. Gagal meminta tanda tangan Valdo—Sang Ketua Osis yang entah ada dimana saat Bintang mati-matian mencarinya

Jevin cengengesan saat mengintip serentetan DOSA yang Bintang lakukan. Dengan angkuhnya ia mengangkat Name Tag ke hadapan Bintang secara dramatis dengan sengaja agar Bintang bisa melihat satu-satunya DOSA yang dilakukan Jevin: Ukuran pot tidak sesuai ketentuan.

Bintang, Oliv dan Moza adalah siswa yang melakukan DOSA terbanyak di kelas itu. Mereka bertiga kini berdiri didepan kelas tapi tidak ada satupun dari mereka yang menunduk. Hal itu memancing senior untuk berceletuk lagi pada mereka.

"Kontrol muka kali!" Mengingat muka mereka yang memang sengak padahal mereka tidak sama sekali bermaksud seperti itu. Bintang yang memang tegas, Oliv si penantang maut dan Moza yang kelewat percaya diri membuat mereka berkelakukan seperti itu.

"Ikut gue!" kata Valdo yang memang sedang ada di kelas mereka kepada tiga anak perempuan yang terkesan tengil di mata para senior.

Mereka bertiga membuntuti Valdo yang kini berjalan menuruni tangga. Valdo yang terkesan so cool itu tidak banyak bicara pada mereka yang sedari tadi mendengus. Apalagi Moza yang terus mengeluh pada Oliv dan baru berhenti ketika Oliv mengisyaratkan akan menggibeknya jika Moza tidak juga diam.

Valdo akhirnya menyerah, sedari tadi memang ada perdebatan dalam dirinya untuk berbicara pada Bintang atau tidak yang berjalan tepat di belakangnya.

"Bintang?" Valdo terlihat tidak yakin.

Bintang yang mendengar namanya disebut langsung mendelikkan matanya ke arah Valdo tanpa berkata apa-apa.

"kok bisa gak dapet sih tanda tangan gue waktu itu?" tanyanya heran.

"Lah Kak Valdo yang kemana? Saya muter-muter gak nemu Ka Valdo tuh" jawab Bintang dingin.

"Saya... Kaku amat macem kanebo kering" Valdo berceletuk tapi Bintang sama sekali tidak tertawa, disitulah Valdo merasa tengsin dan berharap ia bisa menarik kembali celetukan garingnya.

Valdo berhenti di depan kamar mandi perempuan tanpa berbicara, di ikuti oleh Bintang. Moza yang masih mengobrol dengan Oliv yang berjalan di sampingnya tiba-tiba menubruk punggung Bintang, membuat Bintang ikut-ikutan menubruk punggung Valdo yang kekar.

"Ya ampun maaf maaf, ka Valdo mau berhenti gak ngasih tau" Moza berlagak so imut.

"dih jijik dah lu" celetuk Oliv pada orang yang mesem-mesem di sampingnya itu. Valdo hanya senyum seperlunya.

BOMTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang