Chapter 19

1.6K 143 1
                                    

"I do love you! But I couldn't be yours" Hal yang hampir semua orang benci adalah saat kita saling menyayangi namun tidak bisa saling memiliki.

"Gue janji gue gak akan bikin konsentrasi lu terpecah saat nanti lu jadi milik gue Bi, gue berani sumpah! Gue gak akan ganggu urusan lu untuk dapetin beasiswa bahkan gue akan dukung sepenuhnya. Gue juga gak akan posesif, gue akan bikin lu senyaman mungkin berada di sisi gue, Bi!" Valdo tetap berusaha untuk meyakinkan Bintang.

"Enggak Kak, someday tanpa sadar kita akan merasa memiliki pasangan kita seutuhnya dan kita akan mengontrol satu sama lain, That's not me! Please kita bisa temenan aja kan Kak?" Tawaran klasik.

"Ngapain kita temenan kalau kelakuan kita aja udah kayak orang pacaran?" Pertanyaan Valdo sangat menohok. Bintang langsung memberikan tatapan terkejut pada laki-laki di sampingnya yang terlihat kalut ini.

"Berarti ini hanya masalah status kan?"

"Ya justru karena ini hanya masalah status kenapa lu harus menolak gue? Berarti so far apa yang gue lakukan ke lu membuat konsentrasi lu terpecah dan lu gak suka akan hal itu? Okay I got It, Bi. Sorry kalo selama ini perlakuan gue terlalu berlebihan dan malah mengganggu konsentrasi lu, mulai sekarang gue lebih paham apa tujuan utama lu. Kejar semua mimpi lu, Bi! Gue janji gue gak akan melakukan semua itu lagi kalau itu memang mengganggu." Valdo mulai beranjak dari duduknya, namun Bintang tidak juga bergeming, ia masih duduk diantara rerumputan yang mungkin sedang menangis mendengar perbincangan mereka yang mengenaskan itu.

"Dan satu yang perlu lu tau Bi, gue akan nunggu lu sampai kapanpun. I love you and I will never stop" Valdo mengelus puncak kepala Bintang untuk kesekian kalinya dan berlalu begitu saja meninggalkan Bintang yang sudah menunduk, mati-matian menahan airmatanya agar tidak menetes.

Bintang menghentakkan kakinya, ia benci menjadi orang lemah karena untuk pertama kalinya, ia menangis hanya karena laki-laki. Dirinya kembali mencerna semua percakapan—perdebatan itu. Apakah ia bisa fokus jika orang yang ia sayang malah menjaga jarak dengannya? Menjauh darinya dan bahkan Valdo bilang ia tidak akan melakukan hal yang sama seperti dulu lagi? Apakah dia akan sebahagia seperti saat itu ketika Valdo pergi yang justru karena kemauan dirinya sendiri?

Valdo melempar gitar milik Jevin itu sembarangan, setelah kejadian itu ia langsung masuk ke ruangan yang menjadi tempat berkumpul panitia. Untunglah keadaan saat itu sedang sepi sehingga hanya ada dirinya sendiri disana.

Kenapa semuanya terasa rumit sekarang ini? padahal ia sudah membayangkan apa yang akan ia lakukan saat Bintang akan menjadi miliknya. Ia tidak habis pikir Bintang menolaknya begitu saja. Bahkan iapun tidak yakin dengan apa yang tadi ia katakan pada Bintang, ia tidak mampu jauh dari gadis itu.

Valdo jelas tidak mampu jauh dari gadis itu, ia sudah terlanjur menikmati kedekatannya bersama Bintang meski hubungannya hanya sebatas senior dan junior. Valdo pun sempat menyesal dengan apa yang baru saja ia lakukan.

Bodoh, coba saja ia tidak menyatakan perasaannya dan tidak meminta Bintang untuk menjadi miliknya, mungkin saat ini ia masih menikmati waktu berdua bersama Bintang di bawah pohon itu.

Tapi di sisi lain ia tidak mau terlalu lama menyembunyikan perasaannya. Ia ingin Bintang tau apa yang ia rasakan dan ia juga ingin tau apa yang Bintang rasakan padanya. Tapi ternyata rasanya lebih sakit karena Bintang memang mengaku memiliki perasaan yang sama tapi mereka tidak bisa bersatu.

"Shit! Bintang doang yang bikin gue kayak gini" bisiknya sambil menendang salah satu bangku kayu di hadapannya.

Cinta kadang sulit di tebak, cinta itu misteri. Bahkan Valdo pun tidak pernah menyangka akan jatuh cinta pada Bintang, pada gadis yang memiliki pendirian teguh dan keras kepala. Ia tidak pernah tau bahwa dirinya akan bertemu dengan gadis semacam ini, yang dengan caranya sendiri sukses membuat Valdo hampir gila.

BOMTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang