Chapter 11

1.9K 181 3
                                    

Suara bel di rumah Bintang membuatnya buru-buru keluar dari kamar dan membuka pintunya. Ia yakin itu adalah Valdo karena waktu sudah menunjukan hampir pukul 07.00 malam. Bintang berlari saat menuruni tangga dengan sisir yang masih ia genggam di tangan kirinya.

Ayah dan Bunda Bintang kebetulan sedang tidak ada di rumah, mereka tau Bintang memiliki acara malam ini maka dari itu selepas maghrib, kedua orang tuanya memutuskan untuk menghabiskan waktu berdua dengan menonton film di bioskop.

"Kak Valdo gak pulang dulu?" bintang terkejut melihat Valdo yang masih memakai seragam dengan rambut yang lepek.

"Tadi anak kelas tiga kumpul OSIS terus abis itu gue main futsal dulu. Sorry ya kalau bau" Valdo mengendus bagian ketiaknya, khawatir jika ia mengeluarkan bau tidak sedap dari tubuhnya yang berkeringat.

Bintang langsung menyuruh Valdo masuk dan memberinya minum. Bintang yakin Valdo masih lelah untuk langsung melanjutkan perjalanan ke rumahnya. Ia berjalan ke dapur dan membawa sebotol air minum dingin seperti yang diminta Valdo meski sebenarnya ia tau minuman dingin tidak baik bagi orang yang baru selesai berolah raga, tapi Bintang baru tau bahwa ini adalah kebiasaan buruk Valdo.

Bintang kembali menaiki tangga untuk membawa cluthnya yang masih tergeletak di atas kasur. Ia teringat akan jaket milik Valdo yang tergeletak di ujung kasur di sisi yang lain. Terdengar bodoh memang karena apa yang pernah Valdo katakan tentang jaketnya yang dibiarkan menjadi teman tidur Bintang, benar-benar Bintang lakukan, Bintang selalu menghirup aroma jaket Valdo, wangi yang khas dan sama ketika Valdo berjalan melewatinya atau duduk disampingnya.

Ia menarik jaket itu dengan gerakan cepat setelah menautkan cluth di bahu kirinya dan langsung menutup pintu kamar yang lampunya dibiarkan menyala.

"Haus Kak?" tanya Bintang sambil menenteng flat shoes warna merah maroonnya.

"Yaaa menurutmu aja, Dek" jawabnya asal sebelum meneguk air putih yang baru ia tuang itu.

Bintang memperhatikan Valdo dengan seksama, mata cokelatnya yang akan tiba-tiba menghilang saat Valdo tertawa lepas adalah hal yang paling Bintang suka. Belum sempat Bintang mengagungkan ciptaan Tuhan yang kelewat indah ini, Valdo malah langsung beranjak dari duduknya tanpa menghiraukan Bintang yang terperanjat karena ulahnya tadi, untung Valdo tidak menyadari bahwa tadi Bintang sempat lupa diri karenanya.

Bintang mengikuti Valdo dari belakang, ia langsung mengunci pintu saat Valdo sudah menghampiri dan menyalakan mesin motornya. Bintang melihat Valdo yang sudah menyeletingkan jaketnya sampai menutupi lehernya.

"Kak ini jaket lu" Bintang langsung menyodorkan jaket yang sedari tadi masih ia pegang seakan tak mau ia lepas.

"Duh tas gue penuh Bi. Lu pake aja dah" jawabnya santai sambil mengisyaratkan Bintang untuk segera naik ke motornya.

--

"Kok gue panik ya Kak" Bintang mengepal kedua tangan di depan dadanya. Wajahnya tidak bisa menyembunyikan rasa panik yang ia rasa saat ini. Tubuhnya terus bersembunyi di balik tubuh Valdo yang lumayan bidang. Valdo membalikkan tubuhnya pada Bintang sebelum membuka pintu rumahnya dan tersenyum simpul.

"Di ajak makan malem aja tegangnya subhanallah, gimana kalo gue kawinin ntar" Valdo mencoba mencairkan suasana dan membuat Bintang bisa lebih santai sedikit meski ia harus menerima tonjokan di lengan kirinya akibat kalimat ngawur yang baru saja ia ucapkan.

Dengan refleks Valdo membawa tangannya ke beberapa helai rambut yang menutupi sebagian wajah Bintang dan menautkannya di belakang telinga Bintang. Dan Valdo tidak akan pernah tau bagaimana perasaan Bintang saat ia melakukan hal sesederhana itu. Seakan detak jantung Bintang berhenti beberapa detik.

BOMTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang