"Vin, bangun dong udah siang!" Mama terus mengguncang-guncangkan tubuh Jevin yang masih berbaring dengan manis sembari dibalut selimut sampai puncak kepala.
Namun yang dibangunkan tetap bergeming, sama sekali tidak mengindahkan perintah Mamanya. Sampai akhirnya Valdo melihat kejadian itu saat ia tidak sengaja lewat di depan kamar Jevin yang pintunya setengah terbuka.
"Ma, mama percaya gak kalo do'a ibu itu manjur?" Tanya Valdo sambil mengetuk-ngetuk kunci inggris ke meja belajar Jevin.
"Iya lah. Terus kenapa?" Tanya Mama heran.
"Nah, Mama do'ain aja tuh si Jevin biar lobang duburnya rapet gara-gara pura-pura tidur begitu ntar abang aminin ribuan kali deh" Ujar Valdo dengan setengah berteriak.
Ucapan Valdo sontak membuat Jevin terkejut sampai ia dengan seketika membuka matanya yang membulat, "amit amit amit amit amit amit" Lafalnya panik sambil mengusap-usap bokong kesayangannya.
Kebiasaan Jevin yang suka pura-pura tidur saat Mamanya mati-matian membangunkannya memang belum juga hilang. Meski Valdo sudah sering mengancam dengan hal-hal yang membuat Jevin bergidik sendiri.
Setiap weekend seperti ini, keluarga Valdo dan Jevin memang rutin mengadakan semacam kerja bakti di rumahnya. Setiap orang memiliki tugasnya masing-masing.
Mama yang menyapu, mengepel lantai dan mencuci, papa yang mengurus taman di depan dan belakang rumah, Valdo yang membersihkan mobil dan motor, sementara Jevin memiliki tugas paling enteng yaitu menyikat kamar mandi.
"Mentang-mentang udah punya cewek lu!" Tukas Valdo sambil melengos keluar.
"Apaan sih tua!" Sungut Jevin kesal.
Setelah semua tugasnya selesai, Jevin langsung mandi dan memakai pakaian seadanya tanpa pilih-pilih. Tidak sampai sepuluh menit ia langsung pamit dan melesat menuju studio musik yang biasa digunakan untuk tempat mereka latihan.
Dan seperti biasa Oliv lah yang paling ngaret di antara mereka. Padahal Jevin saja sudah telat sepuluh menit dari waktu yang mereka tentukan.
"Sorry ya tadi nunggu nyokap dulu. Rumah gak ada yang jaga" Ujar Oliv dengan nafas tersengal saat membuka pintu studio.
"Santai. Minum dulu, Liv!" Jawab Fatir sambil menyodorkan sebotol air mineral yang sengaja dibelikan untuk Oliv. Dari ketiga temannya ini, memang Fatir lah yang paling pengertian, tidak seperti Jevin yang malah akan menghujaninya dengan kata-kata yang tidak bermanfaat sama sekali.
Oliv langsung mengalihkan pandangannya ke sekeliling studio dan matanya tidak sengaja beradu pandang dengan Jevin.
Ya Ampun. Bahkan ia tidak menyangka bahwa keadaannya akan seperti ini. Degupan di dadanya mendadak tidak normal. Padahal sedari tadi Jevin terlihat biasa saja, namun berbeda dengan Jevin, Oliv tidak bisa untuk biasa saja meski ia sudah berusaha. Oliv menjadi canggung sendiri.
Hati, lagi lagi memainkan perannya.
Oliv benci salah tingkah dan ini jelas-jelas bukan dirinya. Atau mungkin cinta bisa merubah segalanya termasuk sifat.
Dengan sigap Oliv langsung meraih gitar dan memainkannya, refleks ia mengalunkan instrumen lagu Counting Stars. Sambil menyandarkan punggungnya ke sofa, Oliv perlahan menikmati permainan gitarnya sambil menyanyikan lirik—yang kalau di pikir-pikir mewakili isi hati Oliv saat ini—di dalam hatinya.
Lately I've been, I've been losing sleep.. dreaming about the things that we could be..
But baby I've been, I've been praying hard.. said no more counting dollars.. we'll be counting stars..
KAMU SEDANG MEMBACA
BOM
Teen FictionBerawal dari kesamaan nasib, sama-sama sering menjadi sasaran empuk saat OSPEK SMA akhirnya hubungan Bintang, Oliv dan Moza yang dulunya tidak mengenal satu sama lain kini terikat dalam satu tali persahabatan yang erat. Ditambah kehadiran dua cowok...