Langkah kaki membawanya ke arah parkiran sekolah, hujan tidak selebat sebelumnya, meski masih menyisakan rintikan kecil. Suasana sekolah sudah cukup sepi, semua murid nampaknya tidak tahan untung bergulung di kasur semenjak bel sekolah menggema dua jam lalu.
Suara ocehan dari tikungan koridor membuat Oliv berhenti dan menoleh sekilas. Dilihatnya Tia dan salah satu temannya yang sedang sibuk menempelkan sesuatu di mading sekolah. Entah kenapa wajah Tia memucat saat matanya menangkap sosok Oliv yang berdiri tidak jauh dari mereka.
Melihat ekspresi Tia yang seperti itu membuat Oliv penasaran dengan apa yang mereka perbuat di mading itu. Entah mendapat keberanian darimana, Oliv langsung mendekat, beralih dari wajah Tia, Oliv memalingkan pandangan ke satu artikel tentang Moza dan Jevin.
Dengan seksama Oliv membaca kalimat yang tertera disana, jelas ini pasti ulah Tia yang entah sampai kapan akan menaruh kekesalan pada dirinya, Moza dan Bintang tanpa alasan jelas.
"Mau lo apa sih?" Tandas Oliv tanpa basa-basi, "Ini berita sampah buat apa dipampang disini?" Oliv menarik paksa satu helai kertas yang sudah tertempel di mading dan menyobeknya di depan Tia.
Serasa rahangnya jatuh ke bawah saat kertas itu di injak-injak oleh Oliv, "Bukan urusan lo ya! Ngapain sih lo disini? Mau jadi pahlawan kesiangan? Ha?" Tantang Tia, seakan Oliv tidak ada apa-apanya bagi gadis yang tidak lama lagi akan lulus itu.
Orang seperti ini tidak bisa didiamkan, entah ada kelainan atau apa dalam diri kakak kelasnya ini, Oliv tidak pernah habis pikir. Sifatnya yang licik dan dengan mudahnya mencari perhatian orang agar bersimpati padanya. Tia ini calon psikopat atau apa?
"Gue mau minta satu hal sama lo, kalo lo ada masalah sama gue atau yang lain, bilang aja! bukan kayak gini caranya" Suara Oliv pelan dan dingin. Gadis itu memberanikan diri maju satu langkah, namun Tia yang tidak terima langsung mendorong bahu Oliv cukup kencang sehingga dia hampir saja tersungkur.
Emosi Oliv saat itu juga langsung meledak, Tia tidak pernah bisa diajak berbicara dengan baik-baik sementara ia sudah lelah dengan semua drama yang terjadi padanya dan sahabatnya.
Mungkin ini saatnya Oliv menumpahkan semua kekesalannya yang cukup lama terpendam untuk kakak kelasnya ini. Tangan Oliv sudah terkepal di samping, wajahnya sudah menyiratkan kekesalan yang tidak dapat tertahan.
Satu hantaman hampir mengenai wajah Tia saat tangan Tia yang menggenggam cutter terangkat ke depan dan mengenai perut Oliv.
Dan saat itu lah Oliv jatuh tersungkur dengan darah yang mengalir dari perutnya yang sangat kontras dengan warna seragam putihnya. Tia dan juga temannya mematung seketika, melihat Oliv yang tidak berdaya dan airmata yang terlihat dari ekor mata Oliv.
Tangan Tia bergetar hebat, ia tidak bermaksud melakukan hal itu pada Oliv tapi kenyataannya kini Oliv sudah hampir kehilangan kesadaran.
Dengan tanpa pikir panjang mereka meninggalkan Oliv sendiri di tempat itu tanpa sama sekali berniatan untuk mencari pertolongan.
Tidak ada yang bisa Oliv lakukan selain berteriak meminta tolong dengan sisa tenaga yang ia punya. Kemungkinan itu masih ada meski suasana sekolah sudah cukup sepi namun Oliv tau ada seseorang yang sangat Oliv harapkan bisa mendengar suaranya yang sudah parau ini.
Semoga Jevin masih disini, semoga Jevin mendengar.
Semoga...
"Liv?" Oliv masih memiliki waktu cukup untuk mendengar Jevin yang sudah ia tunggu sedari tadi. Oliv masih bisa melihat Jevin yang datang mendekat meski sosoknya terlihat kabur di matanya. Oliv masih bisa mencium wangi khas Jevin sampai akhirnya hanya hening yang terasa dan penglihatannya gelap seketika.
KAMU SEDANG MEMBACA
BOM
Teen FictionBerawal dari kesamaan nasib, sama-sama sering menjadi sasaran empuk saat OSPEK SMA akhirnya hubungan Bintang, Oliv dan Moza yang dulunya tidak mengenal satu sama lain kini terikat dalam satu tali persahabatan yang erat. Ditambah kehadiran dua cowok...