Hai guys berhubung sepertinya Epilognya bakal agak lumayan panjang, maka gue putuskan buat dibikin beberapa part kayak chapter terakhir, mungkin di bagi dua kali yaaa. Dannn gue membawa cerita full tentang Valdo dan Bintang lho, disini. Ayo bacaaa yang udah kangen mereka berdua.
Gatau kenapa pas ngetik part ini gue mesem-mesem mupeng.
enjoy! xx
"Bintang?" panggil seseorang dengan dengan tenang sembari menepuk pipi gadis itu pelan. Mata Bintang enggan terbuka saat merasa dibangunkan oleh tepukan itu. Ia malah berbalik memunggungi orang yang Bintang pikir adalah ayahnya sendiri.
"Ayaaah, Bintang masih ngantuk, tau," keluh Bintang dengan suara serak khas bangun tidurnya. Tidak berminat sama sekali untuk menanggapi ide jahil yang biasa Ayahnya lakukan pada Bintang.
"Lah? Lo udah gak sabar manggil gue "ayah"?" suara itu terdengar begitu jelas dan dengan mulusnya menelusup ke indera pendengaran Bintang. Suara itu, suara yang amat familiar di telinganya, suara yang tidak jarang bisa membuat Bintang terlelap tidur, suara yang selalu ingin Bintang dengar setiap waktunya.
Menurunkan selimutnya perlahan, Bintang lantas dengan ragu menoleh ke belakang. Mata dan mulutnya sontak membulat sempurna, melihat seseorang yang tengah duduk di tepi kasurnya dengan senyuman andalan yang tak pernah gagal membuat jantung Bintang berpacu beberapa kali lebih cepat dari seharusnya.
"Iiih, ngapain sih, Kak? Ini jam berapa sih, kok masih gelap di luar? Ngigo lo ya?" cecar Bintang yang justru malah menarik selimutnya lagi sampai ke ujung kepala. Terlalu kaget mendapati Valdo yang sudah ada di rumahnya di saat waktu masih menunjukkan pukul lima pagi. Bahkan suasana saat itu masih terasa dingin khas pagi hari, Bintang merasakannya saat Valdo menyibakkan tirai dan membuka jendela kamar Bintang lebar-lebar.
Melihat tidak ada reaksi sama sekali dari Bintang, Valdo lantas menghampiri gadis itu dan berjongkok untuk menyetarakan posisi wajahnya dengan Bintang. Valdo menatap lurus ke depan. Perlahan tangannya menarik selimut itu dan mendapati Bintang yang sudah kembali luput dalam mimpinya.
"Good morning, Bintang," sapa Valdo sambil menyingkirkan beberapa helai rambut yang menutupi dahi gadis itu. "Bangun dong, gue mau ajak lo jalan nih," ucap Valdo sambil mengetuk jari tengah dan telunjuknya di puncak kepala Bintang.
"Jangan aneh-aneh deh, masih pagi ini. matahari aja masih ngumpet," keluh Bintang lagi yang kini sudah membuka matanya, dengan alis berkerut, Bintang menatap Valdo heran. Karena cowok itu masih senyum-senyum ke arah dirinya.
"Kode banget sih minta digendong sampe keluar rumah?" goda Valdo yang justru di balas pukulan dari Bintang yang tepat mengenai bahunya.
Jujur saja, Bintang tengah berusaha mati-matian menahan gemuruh yang terasa di balik dadanya. Oh, apa-apaan ini? mimpi apa Bintang semalam sehingga saat bangun di pagi harinya, Ia sudah disuguhi pemandangan karya Tuhan yang paling ia suka. Wajah sumringah Valdo.
"Mau kemana? Gue lagi gak mau olahraga, ah."
"Lah siapa yang mau ngajak olahraga sih? ayo bangun, jangan susah, ah!" kata Valdo seraya menarik tangan Bintang agar gadis itu beranjak dari kasur. Tanpa ada penolakan sama sekali, Bintang mengikuti saja apa yang diucapkan Valdo.
Setelah mengambil jaket dan sendal jepit milik Bintang dengan tangan kirinya, Valdo langsung mengajak Bintang keluar dari kamarnya. Bahkan suasana rumah Bintang masih gelap, hanya lampu di ruangan dapur saja yang menyala.
Tangan kanan Valdo masih menggamit tangan Bintang. Sambil mendengus, Bintang terus mengucek matanya beberapa kali karena rasa kantuk yang enggan pergi. Bahkan Valdo tidak memberi kesempatan sama sekali pada Bintang untuk menganti bajunya dengan yang lebih layak.
KAMU SEDANG MEMBACA
BOM
Teen FictionBerawal dari kesamaan nasib, sama-sama sering menjadi sasaran empuk saat OSPEK SMA akhirnya hubungan Bintang, Oliv dan Moza yang dulunya tidak mengenal satu sama lain kini terikat dalam satu tali persahabatan yang erat. Ditambah kehadiran dua cowok...