Chapter 32

1.5K 151 3
                                    

Terdengar suara pintu yang terbuka saat Valdo baru selesai memakai boxernya, membuat si penghuni kamar itu terkejut setengah mati saat seseorang tiba-tiba saja masuk tanpa mengetuk pintu terlebih dahulu.

Siapa lagi kalau bukan Jevin.

Valdo terkejut melihat Jevin yang sudah berseragam lengkap padahal waktu masih menunjukan pukul enam kurang lima belas menit. Biasanya pada saat jam-jam segini adiknya baru akan pergi mandi, berbeda dengan Valdo yang memang lebih suka berangkat sekolah lebih pagi agar tidak terjebak macet.

"Tumben lu udah rapih" Ujar Valdo heran. Meski rambut Jevin masih terlihat berantakan karena belum sempat ia sisir.

Mungkin bukan sudah rapih, tapi sudah siap. Mengingat penampilan Jevin yang selengean, sama dengan dirinya. Dengan baju seragam yang dibiarkan keluar dan akan mereka rapihkan jika sudah sampai di parkiran sekolah.

"Bagi parfum dong Bang" Timpal Jevin tanpa menanggapi perkataan kakaknya itu. Ia berjalan cepat menuju meja kecil yang berada di dekat jendela kamar Valdo yang masih tertutup tirai.

Valdo hanya tergelak melihat kelakuan adiknya yang seakan sudah hafal letak barang-barang yang ia punya. Ia hanya menganga melihat Jevin yang menyemprotkan parfum ke tubuhnya dengan berlebihan.

"Jangan diabisin, bego!" Pekiknya.

Jevin yang menyadari Valdo sedang memperhatikan dirinya sambil mengancingkan seragamnya itu langsung menoleh dan memasang tampang tidak berdosa.

"Biar gue harum semerbak Baaang!" Jevin menggeletakkan botol parfum di tempat semula dan tangannya langsung menyambar sisir yang ada di meja yang sama.

Kelakuannya yang seperti ini tak jarang membuat Valdo naik darah di pagi hari. Kebiasaan Jevin yang menyukai apapun barang yang Valdo miliki padahal dia sendiri juga punya.

Salah siapa saat diajak berbelanja oleh Papanya, Jevin suka menolak. Alhasil dia selalu dibelikan barang yang sesuai selera papanya itu.

Dan parfum miliknya yang dibelikan papa bulan kemarin memiliki aroma seperti om-om. Sementara Valdo tidak mau membantu memilihkannya untuk Jevin. Biarkan saja, biar Jevin tau rasa karena selalu mau enaknya saja, pikir Valdo waktu itu.

"Ganteng gak Bang?" Tanya Jevin sambil berpose layaknya super model.

Valdo yang heran melihat perilaku adiknya itu hanya mengerenyitkan dahi, terkadang Jevin suka berlebihan dan ia tau pasti adiknya ini sedang jatuh cinta. mungkin eh?

"Apaan sih" Gumamnya sambil menenteng tasnya dan berlalu meninggalkan Jevin.

Valdo berjalan santai ke ruang makan diikuti Jevin yang berbeda hanya beberapa langkah saja di belakangnya.

Mamanya sudah menyiapkan menu sarapan nasi goreng ikan asin di meja makan, lengkap dengan telur dadar dan kerupuknya.

Sebenarnya Jevin ingin langsung buru-buru saja berangkat namun kenyataan bahwa dirinya menderita maag kronis membuatnya mau tidak mau harus mengisi perut sebelum melakukan perjalanan.

Ia tidak mau kejadian itu berulang lagi, saat Jevin tiba-tiba pingsan karena maagnya kambuh saat ia sedang mengikuti upacara bendera. Sungguh, ia tidak mau mengulangi hal memalukan itu lagi.

"Tumben kamu udah siap. Mau kemana?" Tanya mama yang keheranan melihat Jevin yang ikut turun bersama kakaknya.

"Mau sekolah" Jawabnya singkat sambil duduk di sebelah Valdo. Mamanya hanya mendengus mendengar jawaban konyol dari Jevin. jelaslah mamanya tau Jevin akan pergi kemana, tapi bukan itu yang wanita itu maksud.

BOMTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang