Chapter 8

2.5K 188 3
                                    

Kesialan menghampiri Bintang sepagi ini, niat ingin berangkat lebih awal agar bisa mencari buku di perpustakaan, dirinya malah harus berhadapan dengan abang angkot sialan. Bagaimana tidak, angkot di depannya berjalan lambat dan ketika Bintang akan menyalip, angkot itu malah berbelok ke arah kanan secara tiba-tiba. Parahnya lagi, angkot itu malah terus maju tanpa meminta maaf pada Bintang yang jatuh dari motornya.

Mau tidak mau Bintang harus mendorong motornya untuk mencari bengkel terdekat sambil terus menyumpah serapahi abang angkot yang sudah melaju entah sampai mana itu.

"Bi?" seseorang tiba-tiba mendekat dan menepikan motor ninjanya di hadapan Bintang yang langsung berhenti.

"Kenapa Bi? Sini gue bantuin" Valdo langsung mengambil alih motor Bintang yang sudah baret di body depan dan sampingnya. Valdo mendorong motor ke bengkel yang kebetulan berada tidak jauh dari tempat mereka berdiri tanpa sempat membuka helmnya. Sementara Bintang tidak menolak karena memang ia sangat membutuhkan bantuan ditambah dirinya yang masih terkejut karena kejadian tadi.

Valdo menyarankan untuk menaruh motor Bintang di bengkel itu dan mengambilnya lagi sore hari nanti. Kondisi Bintang pun tidak memungkinkan karena lututnya dan betisnya berdarah, cardigan yang digunakannya sudah kotor terkena jalanan yang agak becek dan bolong di bagian sikutnya. Kalau tidak ada ulangan harian, mungkin Bintang memilih untuk pulang saja daripada harus datang dengan keadaan mengenaskan seperti ini.

"Pake jaket gue aja nih!" Valdo melepaskan tasnya dan hendak membuka jaket denimnya tapi Bintang langsung menghentikan apa yang Valdo lakukan.

"Nggak! Nggak usah, gue ga apa-apa kok" Bintang menggeleng dengan tegas, matanya masih menyiratkan kekesalan. Valdo yang memahami kondisi hati Bintang tidak mau memaksakannya. Di saat-saat seperti ini pun gengsi Bintang masih saja tinggi.

Bintang berjalan gontai ke arah motor Valdo yang terparkir di depan bengkel, sesekali ia mengerenyitkan dahi dan meringis akibat rasa perih dari bagian kakinya yang luka. Darah yang hampir mengering belum sempat di bersihkan padahal Valdo menawarinya untuk disiram dulu menggunakan air mineral tapi Bintang menolaknya.

Bintang berusaha keras agar bagian dadanya tidak beradu dengan punggung kekar itu saat Valdo mengerem motornya saat berhenti lampu merah. Bintang sampai menyilangkan tangan sebelah kirinya karena takut Valdo tiba-tiba saja ngerem mendadak seperti di FTV-FTV.

Bahkan Bintang menolak untuk dituntun oleh Valdo saat mereka sudah sampai diparkiran sekolah, untunglah mereka tidak datang terlambat walau sempat ada insiden itu. Valdo berjalan di belakang Bintang yang menyeret kaki kirinya yang ternyata bengkak di bagian pergelangannya.

Tidak ada yang memulai pembicaraan, mereka berdua hanya diam berkutat dengan isi pikiran masing-masing. Bintang yang tidak menyangka ia akan bertemu Valdo saat dirinya sedang mendorong motor yang mogok dan membayangkan bagaimana jadinya kalau tidak ada Valdo.

Sementara Valdo yang baru mengetahui bahwa letak rumah Bintang searah dengannya dan pikiran lain seperti kondisi Bintang yang sudah seperti ini tetapi menolak ia tuntun padahal ia takut kalau tiba-tiba Bintang terjatuh.

"Do?" seseorang di belakang mereka menyapa Valdo. Membuat si pemilik nama menengok dan Bintang malah terus berjalan.

"Tia.." balas Valdo setengah hati. Membuat Bintang langsung menghentikan langkahnya dan berbalik ke belakang secara perlahan.

Yaelah TISUS everywhere, batinnya.

Tia melihat Bintang yang berada dibelakang Valdo, seragam yang kotor, dan lutut yang berdarah membuat Tia mengerutkan alisnya heran.

"Dia kenapa Do?" tanya Tia pada Valdo yang terkesan enggan menanyakan langsung pada yang bersangkutan.

"Jatoh" jawab Valdo singkat sambil membalikan badan dan menginstruksikan Bintang untuk lanjut jalan dan Bintang melakukannya.

BOMTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang