Chapter 25

1.6K 139 2
                                    

"Vin, suruh abang kamu turun! Belum makan tuh dia dari pulang sekolah!" Perintah mama saat kedua matanya menangkap sosok putra bungsunya itu.

Belum sempat Jevin berpijak di anak tangga paling bawah, mamanya sudah menyuruh Jevin untuk kembali ke lantai dua.

"Males Ma, Jevin udah laper banget ini" Tolaknya dengan wajah cemberut.

"Ih si Jevin! Bisa gak sih kalo disuruh itu nurut? Mama kan cuma minta tolong kamu panggilin Bang Valdo doang! Baru disuruh begitu aja udah nolak! Gak kaya kalo ada maunya kamu mah!"

Jevin menyesal telah menolak perintah mamanya, coba saja kalo dia langsung mengiyakan, maka kupingnya akan selamat dari ocehan mamanya yang tidak akan berhenti sampai Jevin menuruti perkataan mamanya itu.

"Iyaaa Ibu Negaraaa" Jevin langsung berbalik badan dan menaiki dua anak tangga sekaligus untuk menghampiri Valdo.

Jevin langsung membuka pintu kamar Valdo tanpa mengetuk terlebih dahulu. Namun sosok yang dicari sepertinya sedang tidak ada disana, hanya ruangan berantakan yang ia temui di kamar yang berada persis di samping kamarnya itu.

Ia jelas tau dimana Valdo berada setelah matanya tidak sengaja menangkap siluet seseorang yang sedang duduk-duduk di balkon.

Ia paham dengan apa yang sedang terjadi pada kakak satu-satunya itu. Karena akhir-akhir ini Valdo jarang mengajaknya untuk adu bacot seperti biasa. Bahkan saat Jevin sengaja menggoda Valdo, Jevin harus dengan lapang dada mendapat perlakuan tidak peduli dari Valdo.

Dan akhir-akhir ini untuk diajak makam malam pun susah, harus saja ada yang memanggil dan memaksanya untuk keluar kamar. Tidak seperti biasanya, Valdo akan siap menunggu di meja makan meski mamanya belum selesai memasak.

"Pasti gara-gara cinta", Bisiknya saat hendak menghampiri Valdo yang sedang menatap bintang di langit yang sudah menghitam.

Ah bahkan saat melihat benda langit yang kelap-kelip itupun, Valdo teringat dia.

Kenapa namanya harus sama sih?, batinnya.

Tiba-tiba suara pintu kaca yang terbuka berhasil memecah lamunannya.

What am I supposed to do when the best part of me was always you...And what am I supposed to say when I'm all choked up and you're ok...I'm falling to pieces yea yeaaaaah...I'm falling to pieces...

Mata Valdo tidak lepas dari Jevin yang tiba-tiba saja muncul sambil memetik gitar dan menyanyikan lagu yang jelas liriknya sangat menyindir dirinya.

Bahkan Jevin mengakhiri penampilan abalnya itu dengan merentangkan tangan kanannya yang bebas ke udara dengan dramatis. Membuat Valdo jijik setengah mati.

"Eh, Justin Bieber! Ngelamun aja, Ntin." Jevin pura-pura terkejut saat menyerongkan tubuhnya dan mendapati Valdo yang menatapnya datar.

"Apaan sih? Sana sana pergi! Ganggu aja lu!" Valdo mendorong tubuh Jevin yang hampir mendaratkan bokongnya di kursi kosong di sebelahnya namun gagal.

"Kenapa sih bang?" Tanya Jevin saat Valdo meraih satu bungkus rokok di meja dan membakar bagian ujungnya.

"Dwiem lwu!" Sergahnya saat Valdo mengapit rokok itu di antara kedua lapis bibirnya.

Masalah Valdo dan Jevin yang terkadang menghisap benda yang mengandung nikotin itu di balkon rumah, papanya sudah mengetahui hal itu,

Papanya membuka satu per satu pintu kamar Valdo dan Jevin malam itu, beliau berniat untuk mengajak dua putranya untuk menonton bareng pertandingan bola antara club bola favoritnya di ruang keluarga.

BOMTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang