Chapter 44

1.4K 115 1
                                    


Oliv baru keluar dari kamar mandi setelah lima belas menit ia berkutat di dalam. Sambil mengeringkan rambutnya dengan handuk, Oliv berjalan santai menuju kamarnya.

Di hadapannya terdapat kaca setinggi tubuhnya. Oliv melihat pantulan dirinya yang memakai tank top hitam longgar dan celana pendek dengan rambut yang masih acak-acakan. Ia menempatkan dress putih di depannya, alisnya bertaut melihat dirinya sendiri yang terlihat aneh jika tubuhnya di balut oleh dress seperti ini.

Kalau bukan demi Moza, Oliv tidak mau memakai kostum macam ini. Ia ingat terakhir kali dirinya memakai dress adalah saat ia masih duduk di kelas enam SD dimana ia harus penampilkan tarian—entah tarian apa yang jelas Oliv geli jika harus mengingatnya. Mengingat Oliv kecil yang meliuk-liuk di atas panggung.

Lamunan tentang dirinya beberapa tahun lalu terpecahkan oleh suara dering dari ponselnya. Satu LINE dari seseorang membuat bibirnya tertarik sedikit.

JevinAW: Lip..oioi!

Olivia G: apaan vin?

JevinAW: Dateng ke ulangtahunnya Moza kan? Di anter siapa lu?

Olivia G: Abang gue.

JevinAW: Bareng gue aja yuk. Ada yg mau gue omongin. Penting

Senyuman Oliv merekah saat membaca chat yang satu itu. Namun ia langsung menutup bagian bibirnya. Ya ampun, ini memalukan bagi seorang Oliv.

Kok kalimatnya macem di film-film ya? Aaa! calm down, Liv!, batinnya.

Olivia G: oh yaudah nanti gue blg abang gue

JevinAW: sip jam 8 gue depan rmh. Dandan yg cantik ye bang! Wk

Oliv terkekeh membaca chat terakhir dari Jevin. Ia langsung melempar ponselnya ke kasur dan dengan segera memakai dress putih yang baru mama belikan kemarin.

Setelah dirasa cukup, Oliv langsung turun ke lantai satu untuk meminta bantuan mamanya untuk merias wajahnya.

Lagi lagi ini demi Moza. Gadis itu sempat berpesan, kalau Oliv tidak tampil beda maka Moza akan meminta satpam hotel untuk menyeretnya secara paksa.

Dengan tenang mama memulaskan make up natural ke wajah Oliv. Walau natural tapi tetap saja wajah Oliv terlihat berbeda. Apalagi rambut Oliv yang dibiarkan terurai dengan hiasan hair band kecil  di kepalanya.

Benar-benar berbeda.

Oliv dengan keadaan sedang memakai dress, langsung lari menaiki dua anak tangga sekaligus seperti seekor lutung. Ia hendak menghampiri Satria yang pasti sedang bersantai di kamarnya.

"BANGSAT!" Oliv yang baru saja menggapai gagang pintu kamar Satria langsung memanggil kakaknya dengan semangat 45.

"Kalo manggil nama orang itu yang bener, yang lengkap. Lu gak ngehargain banget mama sama papa yang udah sembelih kambing buat nama gue ini" Ujarnya santai saat Oliv baru sampai di ambang pintu, masih dengan nafas yang terengah-engah.

Oliv yang mendengar ucapan Satria itu mau tidak mau harus mengulanginya lagi. Di tutupnya pintu berwarna putih itu dan sedetik kemudian ia buka kembali.

"Assalamu'alaikum Abang Satria Aldebaran!" Sapa Oliv sopan dengan senyum manis yang di buat-buat.

Satria yang hanya memakai celana boxer pendek dan kaos putih polos hanya memperhatikan adiknya yang mulai mendekat ke arahnya sambil menjawab salam.

Dalam hati ia memuji penampilan Oliv yang sangat berbeda dari biasanya. Adiknya ini terlihat cantik dan anggun.

Dengan refleks Satria menaruh iPadnya di sisi lain kasur berlapiskan sprei warna hitam itu. Ia mencoba memberikan perhatian pada adik satu-satunya ini. dengan santai Satria melipat kedua tangan di depan dadanya.

BOMTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang