"Hallo yaya sayang..." Sapa Jevin saat pintu di hadapannya terbuka setelah ia beberapa kali memencet bel di sampingnya.
"Jevin jangan bilang gitu nanti Bang Salim marah!" Keluh Mbak Yaya dengan tampang cemas. Jevin memang selalu menggodanya seperti itu padahal ia tau bahwa Mbak Yaya dan Bang Salim adalah insan yang sedang di mabuk asmara macam dirinya dan Moza. Oke ini menggelikan.
Gadis itu masih tidur saat Jevin membuka pintu kamarnya. Jevin tidak pernah bosan memandangi ruangan private milik Moza. Tembok berwarna baby pink yang ditempeli beberapa foto, serta lampu-lampu kecil yang jika dinyalakan akan menghasilkan sinar berwarna-warni.
Tatapannya berhenti pada Moza yang tertidur dengan satu tangan yang terangkat sejajar dengan kepalanya. Kuncirannya berantakkan dan bibir tipisnya sedikit terbuka. Jevin juga tidak akan pernah bosan mengagumi Mahakarya Tuhan yang satu ini.
Jevin duduk di tepi kasur tanpa mengalihkan pandangannya pada Moza sedetikpun yang terlihat sama sekali tidak terusik atas kehadirannya. Bahkan tubuhnya tidak bergerak saat Jevin duduk di sampingnya.
"Kebo dasar!" Gumam Jevin sambil tersenyum.
Dengan segenap keisengan dalam dirinya, Jevin menyentil bibir Moza beberapa kali membuat mata Moza mengerjap saat bibirnya disentil namun ia tidak juga terbangun.
Gila, disentil aja gak bangun ini bocah, batinnya.
Jevin mendengus keras, ia harus mencari cara lain karena cara pertama sudah gagal.
"Pagi Mozaaa!" Sapanya sambil menarik kelopak mata Moza agar gadis itu bisa melek. Rasa perih pada matanya membuat Moza langsung membuka matanya sendiri. "Mbak, tidur apa mati suri, sih?"
Samar-samar ia bisa melihat sosok di hadapannya yang sedang tersenyum jahit.
"Ngapain sih aaah? Masih ngantuk" Protes Moza sambil membalikkan tubuhnya sehingga memunggungi Jevin.
Dengan cekatan Jevin langsung menarik kedua tangan Moza secara paksa. Kekuatan Jevin yang tidak bisa diragukan ditambah tenaga Moza yang belum terkumpul membuat gadis itu mau tidak mau bangun dari kasurnya.
"Gue bawa pizza. Ayo makan dulu!" Kata pizza seakan menjadi alarm bagi Moza yang masih setengah sadar.
Matanya melirik jam dinding dan jarum pendek menunjukkan pukul sebelas siang. Moza mengerang, rasa kantuk itu masih ada sebab Moza begadang karena menonton film semalam suntuk. Tapi pacarnya ini selalu saja datang di waktu-waktu yang tidak pernah diduga dan terkesan dadakan macam jelangkung.
Setelah sampai di sofa Moza langsung menghempaskan tubuhnya dan menekan tombol power pada remot televisi. Hidungnya mencium wangi dari keju mozarella dan langsung saja Moza menyambar sepotong pizza dan memakannya masih dengan posisi tengkurap.
Waktu berjalan begitu cepat saat kita bersama orang yang kita sayang, mungkin begitu yang sedang Jevin dan Moza rasakan. Sedari tadi mereka hanya menghabiskan waktu dengan movie marathon sampai tidak terasa waktu sudah menunjukkan pukul setengah lima sore. Bahkan Moza sampai tertidur lagi.
Moza terbirit-birit kala menghampiri Jevin yang sudah menunggu di dekat mobil sejak lima belas menit lalu. Dengan senyuman andalannya, gadis itu berdiri di depan Jevin, pertanda meminta maaf karena membuat Jevin menunggu lama.
Senyum itu masih tampak di hadapan Jevin yang sama sekali tidak memberi ekspresi apa-apa, datar. Sedikit kesal karena menunggu Moza yang tak kunjung keluar dari rumah karena terlalu lama memilih baju apa yang akan dikenakan.
"Maafin heee" Bisik Moza sambil terus melengkungkan bibirnya ke atas, alisnya naik turun gemas. Jevin sedari tadi hanya menatap Moza lekat-lekat.
Namun rasa kesal Jevin tak bertahan lama saat bibir Jevin tiba-tiba berkedut, melihat mata Moza yang membulat dan pipi bagian atasnya yang menggembung membuat Jevin tidak bisa menahan senyumnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
BOM
Teen FictionBerawal dari kesamaan nasib, sama-sama sering menjadi sasaran empuk saat OSPEK SMA akhirnya hubungan Bintang, Oliv dan Moza yang dulunya tidak mengenal satu sama lain kini terikat dalam satu tali persahabatan yang erat. Ditambah kehadiran dua cowok...