Pagi itu Jevin beserta motornya sudah nangkring di depan gerbang rumah Moza, ia sudah mengajak Moza untuk berangkat bersama karena kebetulan jadwal ekskul mereka dilaksanakan di hari yang sama, hari sabtu.
Kurang lebih lima menit menunggu, Moza langsung keluar dari gerbang rumahnya. Dengan memakai celana legging ¾ berwarna hitam, dan tanktop berwarna senada serta jaket sport adidas berwarna light yellow, Moza berjalan menghampiri Jevin yang sedang melongo melihatnya.
"Ping, lu gak lagi kesambet kan?" Tanya Moza sambil menggoyang-goyangkan tubuh Jevin.
"Hah? Eeh... nggak lah! Ayo buru naik!" Jevin langsung mengerjapkan matanya dan seketika raungan dari knalpotnya keluar, membuat Moza sedikit terkejut.
"Gue belom naik, bego!" Teriak Moza sambil menarik lengan jaket Jevin yang sudah mau melaju saat dirinya baru mengangkat kaki kanannya.
Jevin dan Moza tidak pernah kehabisan bahan obrolan selama di perjalanan. Mereka tidak peduli dengan pengendara lain yang melirik heran ke arahnya karena mereka berbincang sambil berteriak.
Bahkan Jevin harus beberapa kali mengulang ucapannya karena Moza tidak bisa mendengar ucapannya dengan jelas. Walau ujung-ujungnya Jevin akan menyerah karena Moza terus-terusan berteriak "HAH?" sambil mendekatkan kepala ke arahnya.
Motor itu tiba-tiba berbelok dan berhenti di depan sebuah minimarket. Jevin tidak mengeluarkan sepatah katapun, turun dari motor pun tidak. Membuat Moza yang duduk di belakangnya terheran-heran.
"Ngapain berhenti disini?" Moza menepuk bahu Jevin pelan.
"Mau isi bensin"
"Hah? Terus ngapain kesini?" Suara Moza semakin meninggi karena kelakuan Jevin yang tidak jelas.
"Yang ngendarainnya yang keabisan bensin. Za, turun gih beliin gue minum!" Jevin sedikit menyerongkan tubuhnya agar bisa melihat Moza, ia terus mendorong Moza pelan sampai gadis itu mau tidak mau turun dari motor Jevin.
"Bangke banget sih lu, Ping. Mau minum apaan cepetan?" Sungut Moza sambil menaikkan kaca helmnya. Kalau bukan karena Jevin berjasa menawarkan tumpangan gratis, ia tidak mau jika harus dikerjain seperti ini.
"Susu"
"Hih? Seriusan! cepet, ntar gue telat gimana?" Moza mendengus sebal.
"Ya emang gue mau susu! Udah sana beliin cepetan!" Suruh Jevin sambil menutup kaca helm Moza, membuat gadis itu terkesiap dan langsung menendang kaki Jevin.
Moza melangkah sambil menghentakkan kakinya ke lantai setelah Jevin memberinya selembar uang seratus ribu, sialan Jevin lagi-lagi berhasil mengerjainya.
Ia berjalan ke arah lemari pendingin dan mengambil tiga kotak susu sekaligus dengan rasa yang berbeda-beda. Menghindari jika nanti dia salah membeli minuman, sehingga Jevin tidak akan menyuruhnya untuk membeli minuman yang ia mau.
--
Perkiraan Moza ternyata benar, mereka sampai di sekolah setelah jam menunjukkan pukul 09.15 padahal ekskul cheers dimulai pukul 09.00.
Moza langsung turun saat motor Jevin yang baru berhenti di parkiran sekolah bahkan Jevin pun baru mematikan mesin motornya.
Ia berjalan dengan rusuh namun tangan Jevin langsung menariknya, "Eits, sama-sama Moza" Sindirnya halus.
Moza meringis saat ia merasakan akar rambutnya yang tertarik gara-gara ulah Jevin, ia langsung melepaskan tangan Jevin "Terima kasih banyak, Jevin" Moza menepuk-nepuk pipi itu pelan dan Jevin hanya tersenyum puas sambil terpejam.
KAMU SEDANG MEMBACA
BOM
Teen FictionBerawal dari kesamaan nasib, sama-sama sering menjadi sasaran empuk saat OSPEK SMA akhirnya hubungan Bintang, Oliv dan Moza yang dulunya tidak mengenal satu sama lain kini terikat dalam satu tali persahabatan yang erat. Ditambah kehadiran dua cowok...