Chapter 45

1.5K 127 10
                                    

Ballroom Hotel PillowTalk dipenuhi oleh orang dengan balutan baju warna putih. Musik dari home band dan riuh orang-orang yang mengobrol membuat suasana semakin terasa ramai.

Sebelum masuk ke ballroom, Jevin menarik Oliv ke arah photo booth meski awalnya Oliv menolak tapi ia langsung patuh saat Jevin mengancam tak akan mengantarnya pulang. Ia pikir tidak ada salahnya juga untuk sekedar berpose di depan kamera bersama Jevin.

Pose pertama, Jevin menangkupkan tangan di kedua pipi sambil tersenyum lugu dengan kepala yang miring ke sebelah kanan, sementara Oliv yang berdiri di sebelah kanan berpose seperti seorang binaragawan yang pamer otot lengannya dengan ekspresi wajah yang terlihat menantang.

Di pose kedua, Oliv hanya tersenyum dengan lengan yang terlipat di depan dada, sementara Jevin dengan tiba-tiba merangkul Oliv, tangan kanannya menarik hidung Oliv sehingga membuat gadis itu mendongak sambil tertawa geli.

Jevin dan Oliv langsung tertawa melihat hasil foto itu, terlebih di foto kedua, dimana gambar itu diambil saat mereka tidak melihat ke arah kamera. Oliv yang tertawa sampai matanya tertutup rapat dan kepala yang agak bersandar ke lengan Jevin, begitupun Jevin yang terlihat sedang tertawa sambil melihat wajah Oliv yang konyol saat itu.

Semburat senyuman muncul di bibir Oliv, ia langsung memasukkan foto itu ke tas kecil yang ia bawa.

Jevin yang memakai kemeja panjang dimana bagian lengannya ia gulung sampai sikut serta rambut yang tertata rapih terlihat sangat berbeda dari kesehariannya di sekolah. Apalagi Oliv, tidak usah ditanya siapapun yang melihatnya pasti awalnya tidak menyangka kalau itu Oliv.

Oliv berjalan mencari Moza dengan Jevin di sampingnya. Tangan kanannya menenteng goody bag yang di dalamnya terdapat sekotak kado berisi parfum Victoria's Secret, jujur Oliv paling tidak handal dalam memberi kejutan.

Dan alasan Oliv memberi kado berupa parfum pun karena Oliv menanyakannya terlebih dahulu pada Moza tentang apa yang sedang gadis itu mau.

"Eh lu gak bawa kado, Vin?" Tanya Oliv saat menyadari bahwa Jevin tidak membawa kado—yaaa meski tidak diwajibkan sih tapi tetap saja.

"Gue mah santai, kado gak melulu harus berbentuk barang kan?" Jawab Jevin ambigu sambil tersenyum dan hanya dibalas Oliv yang menaikkan bahu tak acuh.

Mata Oliv kembali menjelajah setiap sudut ballroom, dan tak butuh waktu lama ia sudah bisa menemukan Moza yang berbalut dress berwarna pink fuschia yang kontras dengan kulit putihnya sedang mengobrol dengan dua orang yang juga tak asing di matanya.

Moza sedang berbincang dengan Bintang dan Valdo. Segeralah Oliv berjalan menghampiri mereka dan dengan refleks tangannya menggamit tangan Jevin yang masih juga celingukan.

"Kamu agresif ya?" Celetuk Jevin saat menyadari tangan Oliv dan tangannya bertaut.

Sial.

Oliv langsung mematung. Mendengar hal itu, Oliv merasa amat sangat tengsin. Sumpah, ia hanya ingin mengajak Jevin menghampiri Moza, Bintang dan Valdo. Tidak ada maksud lain.

Dengan cekatan Oliv melepaskan genggamannya. Matanya sesekali melirik Jevin yang masih tersenyum jahil. Oliv malu. Banget. Ia yakin pasti wajahnya sudah memerah.

Oliv dan Jevin sempat berhenti melangkah sampai akhirnya Jevin melingkarkan tangannya di leher Oliv dan mereka berjalan beriringan.

Mata Moza sudah menangkap sosok Oliv dan Jevin yang hendak berjalan ke arahnya. Mulutnya seketika terbuka, rasanya seperti rahangnya copot dan jatuh ke lantai melihat pemandangan di depannya itu.

BOMTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang