4. Excessive

34K 2.2K 434
                                    

Leonard menyentil kening Leonyca karena respons Leonyca yang sangat berlebihan. Rhein juga tertawa pelan melihat Leonyca.

"Ony, itu hanya foto. Tolong, ya, ekspresinya di ganti!" cibir Leonard. Leonyca menurunkan tangannya, lalu dia kembali memegang ponsel Leonard. Menatap foto Matt dengan jantungnya yang sangat keterlaluan berdebar dengan kencang. Wajahnya juga bersemu merah.

Leonyca terkikik pelan, dia menatap lekat-lekat foto Matt yang sepertinya baru bangun tidur

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Leonyca terkikik pelan, dia menatap lekat-lekat foto Matt yang sepertinya baru bangun tidur.

"Aduh, Matt memang paling top!" gumam Leonyca tidak jelas. Leonard mendengus dalam hati, tapi dia diam saja. Tidak mau merusak wajah cerah dan suasana hati Leonyca.

"Kenapa Matt tidak pakai baju, ya?" tanya Leonyca sembari mengerutkan keningnya.
"Mungkin di sana cuacanya panas, Kak...." jawab Rhein sembari mencuri pandang pada foto Matt.
Leonyca menutupi ponsel Leonard, tidak memperbolehkan Rhein melihatnya.

"Anak kecil tidak boleh melihat foto seperti ini!" ketus Leonyca membuat Leonard terkekeh pelan. Sementara Rhein, dia hanya tersenyum salah tingkah.

"Dasar! Padahal dia sendiri yang seperti anak kecil!" dengus Leonard tanpa sadar. Leonyca mengerucutkan bibirnya.

"I don't care, Bro...." kata Leonyca mengerling nakal, dia menjulurkan lidahnya pada Leonard.

"Terserah anak kecil saja, deh. Aku mencari tempat duduk saja. Awas, matanya keluar!" ejek Leonard karena Leonyca masih menatap foto itu sambil senyum-senyum sendiri.

Leonyca tidak merespons, dia malah mendekatkan ponsel itu ke bibirnya lalu mengecup foto itu.

"Ternyata Kakak centil juga, ya?" Leonyca menarik pelan rambut Rhein.

"Rhein, dengarkan saja pemberitahuan di depan, jangan ganggu orang dewasa...." kata Leonyca dengan angkuh.
Rhein hanya mengangguk-anggukan kepalanya, tapi dia menyeringai kecil.

Setelah memakan waktu beberapa jam, akhirnya para siswa selesai mendengarkan arahan-arahan dari kepala sekolah dan juga beberapa anggota OSIS.
Leonyca menarik tangan Rhein, langsung saja dia membawa Rhein menuju kantin.

"Kak, kita, kan di suruh masuk ke kelas masing-masing. Bukan ke kantin!" protes Rhein.

"Ya sudah, pergi sana...!" sergah suara bariton itu. Leonyca dan Rhein membalikkan tubuh mereka saat mendengar suara itu.

Rhein menundukkan kepalanya, dia juga memperbaiki letak kaca matanya. Mundur satu langkah dan dia bersembunyi di belakang Leonyca.
Leonyca menghela napasnya kuat, dia menatap Leonard tidak suka.

"Ayo, Rhein ... kita ke tempat lain saja...." kata Leonyca, dia menarik tangan Rhein dan membawa gadis itu pergi dari hadapan Leonard.

Leonyca mendudukkan Rhein di salah satu kursi panjang di dekat perpustakaan. Wajah Rhein kembali kaku dan dia hanya menundukkan kepalanya.

PREDESTINATIONTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang