Tiga hari setelah pernikahan Jason
Pada akhirnya, Leonyca lebih memilih tinggal bersama Daniel dan Riska, orangtua dari Nick di Bogor. Setelah mempertimbangkan banyak hal, Leonyca lebih memilih tinggal tidak bersama kedua orangtuanya.
Meski sebenarnya Nick dan Devany berat hati, tapi mereka mau tidak mau menuruti permintaan putrinya itu. Karena Leonyca mengatakan tidak mau lanjut sekolah kalau tidak pindah.
Sedikit berlebihan memang, tapi begitulah Leonyca. Sekali tidak, ya tetap tidak.
Seperti saat ini, Leonyca dan Devany duduk di lantai sambil memasukkan pakaian Leonyca ke dalam koper.
"Nanti Mama ikut, kan?" Devany tersenyum tipis, dia mengangguk.
"Iya, mama menginap di rumah kakek kalian untuk mengurus segala keperluan Ony di sana."
"Papa?" Devany menghentikan tangannya, dia beralih pada tangan Leonyca dan menggenggam tangan putrinya itu.
"Papa juga akan ikut, kok. Besok pagi, Ony siap-siap, ya. Kita akan ke sekolah Ony untuk mengurus surat pindah." Leonyca mengangguk. Dia sudah memantapkan hatinya untuk menjauh dari Matt.
"Ma, aku sayang pada kalian," kata Leonyca memeluk Devany dengan erat. "Aku janji tidak akan nakal di sana," lanjutnya sembari melepaskan pelukannya.
"Iya, Nak. Kami juga sayang pada Ony, kami percaya pada Ony kalau Ony itu gadis yang penurut." Leonyca tersenyum lebar.
"Oke deh, Ma. Ini sudah selesai, aku ingin mengganggu abang dulu, hihi...." Devany mengangguk, tangannya mengancing koper Leonyca, sementara gadis itu sudah berlari meninggalkan sang ibu.
Leonyca masuk ke dalam kamar Leonard, dia melihat abang kembarnya itu sedang berguling-guling di atas tempat tidurnya.
"Abang kenapa?" tanya Leonyca yang tak di respons Leonard.
Leonyca naik ke tempat tidur Leonard, dia berdiri sambil berkacak pinggang. Leonyca tersenyum jahil, lalu tanpa rasa berdosa, dia meletakkan kakinya di dada Leonard membuat lelaki itu terkejut.
"Ony, ngapain di sini?" tanya Leonard cemberut. Leonyca menarik kakinya, dia berbaring di sebelah Leonard.
"Sepertinya Abang sedang uring-uringan, ya?" Leonyca menahan tawanya.
"Ony, bagaimana ini? Sepertinya aku...." Leonyca mengerutkan keningnya. Leonard diam, tidak melanjutkan ucapannya tadi. Jadilah Leonyca membaca pikiran Matt, dia tersenyum.
"Abang jatuh cinta?" Leonard hanya mengangguk dan mengembuskan napasnya pelan.
"Pada akhirnya, Abang jatuh cinta juga pada Rhein. Aku harap, Abang tidak mempermainkan Rhein karena Rhein gadis yang lugu dan sulit di tebak."
"Ah, Ony...." desanya menutup wajahnya menggunakan bantal karena merasa malu. Leonyca membaca pikirannya dengan mudahnya.
"Abang ikut saja denganku ke rumah kakek. Kita sekolah di sana saja." Leonard menggerutu dalam hati.
"Ony, sepertinya Rhein tidak suka padaku. Dia seorang gadis yang tidak banyak bicara, aku menjadi gemas. Bagaimana ini, Ony? Aku sudah menciumnya," kata Leonard memeluk bantal gulingnya.
"Bang, yang Abang lakukan ke Rhein itu jahat!" pekik Leonyca.
"Aku tahu, Ony. Tapi, yang Ony lakukan ke Matt itu juga jahat!" Leonyca terduduk dan dia memukul perut Leonard.
"Matt yang jahat padaku! Abang tidak usah membelanya! Matt meninggalkan aku, Matt tidak pernah peduli padaku!" jerit Leonyca husteris mebuat Leonard terduduk juga. Dia meraih tangan Leonyca yang memukulu kepalanya sendiri.
KAMU SEDANG MEMBACA
PREDESTINATION
Teen Fiction[Seri Kedua My Little Girl] Klise, ketika dua insan manusia yang saling mencintai, tapi mereka terikat hubungan darah. •Matt Morris Christover (21) sudah menyukai bahkan mencintai keponakannya sejak lama. •Leonyca Reyner Reland (16) gadis yang benar...