17. Evano?

14.1K 1.2K 122
                                    

Leonyca memukul pelan dada lelaki di depannya. Dia juga menggerutu pelan saat lelaki itu hanya tersenyum. Leonyca mundur satu langkah saat mendengar derap langkah kaki mendekati kamarnya.

Leonyca membalikkan tubuhnya, ia mendapati Devany yang berdiri di depan pintu. Gadis itu menghampiri Devany dengan langkah yang tertatih. Dia juga masih menggunakan tongkatnya.

Devany membawa Leonyca keluar meninggalkan Matt sendiri di kamar Leonyca.

"Ada apa, Ma?" Tanya Leonyca sambil meraih tangan Devany. Devany mengulum senyumnya, "ada tamu untuk Ony," bisik Devany misterius membuat Leonyca mengernyit bingung.

"Tamu ... siapa, Ma?" Leonyca sepertinya kebingungan. Devany membawa Leonyca menuju ruang tamu, setelah itu dia meninggalkan Leonyca di sana.

Leonyca menatap tubuh seorang lelaki yang membelakanginya. Dia mendekat dan saat sudah di depan lelaki itu, Leonyca menyentuh punggung lelaki itu menggunakan sebelah tangannya yang bebas.
Lelaki itu membalikkan tubuhnya, meraih tongkatnya yang dia sandarkan di dekat jendela.

"Hai...." Sapanya membuat Leonyca terbelalak. "Evan?" Tanya Leonyca dan mulutnya menganga.

"Iya, Ony...." Jawab Evano, dia mendekat lantas memeluk Leonyca. "Evan, kapan pulang?" Tanya Leonyca membalas pelukan Evano. "Tadi, aku mampir ke rumah dulu, lalu langsung ke sini," jawab Evano mengecup puncak kepala Leonyca.

"Ony kenapa pakai tongkat jalannya?" Tanya Evano, dia tersenyum dan melepaskan pelukan mereka.

"Evan juga pakai tongkat, hihi...." kata Leonyca sambil terkekeh pelan. Leonyca duduk di sofa begitu juga dengan Evano, dia duduk di sebelah Leonyca. Dia menatap gadis di sebelahnya dengan tatapan rindu.

"Aku jatuh dari tangga," ucap Leonyca membuat Evano menaikkan sebelah alisnya yang mendengar Leonyca berbicara tidak menyebutkan namanya lagi.

"Jatuh?" Tanya Evano, Leonyca mengangguk-angguk. "Jadi kenapa Evan meninggalkan aku?" Leonyca mengintimidasi. "Aku tidak meninggalkan Ony," jawab Evano berusaha mengelak.

"Sudah jelas, Evan!" Pekik Leonyca, "Evan pergi seolah karena aku," lanjut Leonyca mencubit lengan Evano.

"Aku hanya ikut bersama papa ke luar negeri untuk berobat, Ony. Agar aku bisa berjalan, agar aku tidak merepotkan Ony lagi. Lagi pula, saat itu Ony tidak mau bertemu denganku," ucap Evano dengan sedih.

"Maaf," Leonyca menundukkan kepalanya. Matanya mulai berkaca-kaca, apa lagi mengingat saat ia mengabaikan Evano tempo hari lalu.
Evano menarik Leonyca ke dalam peluknya, "tidak apa-apa. Mungkin Ony tidak nyaman bersamaku," desah Evano.

"Ony...!" Leonyca terkejut dan langsung melepaskan diri dari Evano saat mendengar suara Matt memanggilnya.  Leonyca memiringkan kepalanya dan mendapati Matt yang berdiri di pintu.

"Matt," desis Leonyca. Matt mendekat lalu duduk di sebelah Leonyca. Dia juga menarik Leonyca agar berjauhan dengan Evano.

"Ony kenapa mau-mau saja di peluk olehnya, hah?!" Tanya Matt meneriaki Leonyca. Leonyca kembali menundukkan kepalanya, cairan bening itu tidak bisa dia tahan lagi.

"Evan...." Kata Evano menjulurkan tangannya pada Matt tapi Matt menepisnya. Evano menarik kembali tangannya, dia juga menatap Matt dengan tidak suka. Sama halnya dengan Matt, dia menatap tajam Evano.

"Ony, aku tidak suka Ony dekat-dekat dengan dia lagi," ucap Matt tidak senang, dia memeluk pinggang Leonyca dengan posesif. Dan Evano menatap tangan Matt yang memeluk Leonyca.

"Aku mengerti," desis Leonyca. Dia mendongak dan menatap Matt dengan terluka.

"Ony...." Leonyca menggeleng, menepis tangan Matt dari pinggangnya.

"Aku ke kamar dulu. Evan, nanti kita bertemu lagi, ya...." Kata Leonyca menambah kecemburuan di hati Matt. Leonyca bangkit berdiri dan meninggalkan Matt dan Evano di ruang tamu.

Matt menatap Evano yang juga menatapnya, "aku tidak tahu kamu siapanya Ony, yang jelas aku tidak suka kamu dekat-dekat dengan Ony!" Evano hanya diam. Menatap wajah tampan Matt yang terasa tidak asing baginya.

"Sebaiknya kamu pergi saja dari sini, jangan ganggu calon istriku lagi," ketus Matt membuat Evano mengepalkan kedua tangannya.

"Jangan mengaturku!" Ketus Evano, dia membuang wajahnya. Evano meraih tongkatnya, lalu dia bangkit berdiri. Evano meninggalkan ruang tamu rumah Leonyca lalu dia pulang tanpa pamit pada sang tuan rumah.

"Sial!" Geram Matt, dia bangkit berdiri dan menghampiri Leonyca di kamar. Setelah sudah di kamar, Matt mendapati Leonyca yang berbaring tengkurap di tempat tidurnya. Matt mendekati tempat tidur dan duduk di tepi tempat tidur.

"Ony...." Matt mengelus kepala Leonyca.  "Matt, aku tidak suka di larang-larang berteman dengan siapa pun," ucap Leonyca, dia kembali menangis.

"Aku tidak melarang Ony berteman dengan siapa pun, aku tidak suka melihat Ony dekat dengan Evano. Hanya itu, Ony!" Pekik Matt tertahan.

"Tapi aku dan Evan itu hanya berteman, Matt!" Jerit Leonyca, dia membenamkan wajahnya di bantalnya.
"Aku tahu kalian hanya berteman. Bagaimana perasaan Ony kalau aku dekat-dekat dengan gadis selain Ony, hmm?" Tanya Matt berusaha selembut mungkin.

"Aku tidak suka! Pokoknya Matt tidak boleh dekat-dekat dengan gadis manapun!" Jerit Leonyca, Matt menghela napasnya yang terasa berat.

"Nah, aku sama sepertimu, Ony. Aku tudak suka Ony dekat-dekat dengan lelaki manapun," ucap Matt. Dia berbaring di sebelah Leonyca, mendorong Leonyca ke belakang membuat tubuh Leonyca menyamping dan mereka saling berhadapan.

"Tapi aku ingin berteman dengan Evan, Matt...." Kata Leonyca. "Oke ... oke ... Ony boleh berteman dengan Evan asal jangan peluk-peluk seperti tadi, aku tidak suka, Ony!" Matt akhirnya mengalah, Leonyca mengangguk-angguk. Lalu hening.

Matt menarik Leonyca agar semakin dekat padanya, dia juga mengecup kening Leonyca.
"Ony, apa Ony tahu kalau aku sangat takut kehilangan Ony?" Leonyca menggeleng, dia memainkan kerah baju Matt dan tidak mau menatap lelaki itu.

"Aku takut, Ony. Masalah semakin bertambah lagi. Aku juga harus berjuang untuk Ony nantinya karena dunia akan menentang hubungan kita, Ony. Aku tidak mau berpisah dengan Ony meski Ony adalah gadis yang menyebalkan," ucap Matt. Leonyca menghentikan tangannya, dia beralih ke leher Matt, mengelus leher itu membuat Matt meremang.

"Kalau begitu, aku ingin hamil anaknya Matt agar dapat restu dan mama, papa, dan abang," desah Leonyca dengan polosnya dan pasrah saja. Karena gadis itu memang sudah pasrah pada takdirnya.

"Itu bukan ide yang baik, Ony. Bisa-bisa aku di bunuh papa kalau sampai menghamili putrinya," ucap Matt sambil tertawa pelan.

"Lalu bagaimana lagi?" "Kalau aku menghamili Ony, bukannya dapat restu tapi malah di nilai berengsek, Ony. Mereka akan tetap menjauhkan kita," jawab Matt, dia mengerang dalam hati. Meski ucapan Leonyca tadi sangat menggiurkan, tapi Matt bukanlah orang yang seperti itu.

"Kalau begitu, Ony pura-pura ingin bunuh diri saja, Matt...." Gurau Leonyca.

"Hush, tidak boleh seperti itu, Ony," desah Matt, "aku akan memperjuangkan kamu layaknya pria sejati, karena pria sejati akan melakukan apapun demi orang yang dia cintai," lanjut Matt membuat Leonyca tersenyum. Matt mengecup puncak kepala Leonyca, dia memeluk Leonyca dengan erat.

★•••★

Okey, segini dulu, ya 💋
Btw, vote-nya, ya💋💋

PREDESTINATIONTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang