24. I Want You to Stay (New Part)

7.1K 829 67
                                    

Leonyca tersenyum tipis saat dia, Jason, dan Mine sedang berbincang sejak beberapa jam yang lalu. Leonyca sudah tidak kaget lagi mengenai kabar Jason akan menikah. Yang Leonyca cemaskan adalah Jackson yang pastinya akan lebih patah hati lagi.

"Bang, aku yakin masih banyak yang ingin kalian lakukan," kata Leonyca dan Jason mengerti kalau adiknya itu sudah mulai bosan.

"Baiklah, kami pulang dulu, ya, Ony." Leonyca mengangguk. Dia memeluk Jason dan Mine bergantian.

"Semoga kalian akan bahagia selamanya," kata Leonyca, Mine tersenyum begitu juga dengan Jason.

"Amin...." kata sepasang kekasih itu dengan bersamaan. Lalu Leonyca menatap kepergian Jason dan juga Mine.

Gadis itu mengembuskan napasnya dengan perlahan. Menggaruk kepalanya yang tidak gatal membuat rambut itu sedikit berantakan.

Leonyca menatap lurus menuju pintu, dalam hati dia sangat kesal karena Matt belum juga kembali. Matt pergi untuk menemui Lory, berniat membujuk sang ibu lagi.

"Matt...." desis Leonyca. Gadis itu menguap dengan lebar, rasa kantuk itu mulai menghampirinya.

Menit demi menit terus berlalu hingga hampir larut malam, Matt belum juga pulang. Leonyca yang tidak tahan lagi sudah tertidur dengan kepalanya yang dia letakkan di meja.

Sementara di apartemen Matt, suasana di sana sangat kacau. Amukan Lory dan amukan Matt yang tidak bisa dihindari. Nara-lah yang menghentikan mereka. Barang-barang berserakan akibat ulah dari Lory dan Matt. Ibu dan anak itu sama-sama keras kepala, tidak ada yang mau mengalah. Sampai-sampai Matt ingin terus memberontak karena Lory yang begitu keras.

Nara yang sudah berhasil menenangkan Lory, kini dia harus menenangkan Matt juga. Nara mengunci pintu kamar dari luar agar Lory tidak bisa keluar, lalu dia mendekati Matt yang sedang duduk di sofa di ruang tengah.

"Matt," Nara duduk di sebelah Matt dan menepuk-nepuk bahu putranya itu.

"Selama ini mama tidak banyak menuntut padamu, Nak. Bisakah sekali saja kamu menuruti permintaan mama? Dia hanya ingin kamu menikah dengan gadis pilihan dia. Bukan karena dia tidak menyukai Ony, tapi kalian memang tidak bisa terus bersama-sama." Matt menatap Nara dengan sendu, bukan hal itu yang ingin Matt dengar dari sang ayah. Dia ingin Nara mendukung hubungannya dengan Leonyca seperti dulu lagi.

"Harus berapa kali lagi aku katakan bahwa aku tidak mau, Pa? Tolong mengertilah, aku hanya ingin bersama Ony!" Matt memejamkan matanya, dia yakin Leonyca menunggunya untuk pulang. Wajah Matt masih memerah karena menahan amarah dan emosinya yang masih siap untuk meledak-ledak.

"Jadi, siapa yang lebih penting bagimu? Mama yang melahirkan kamu atau Ony, putri kakak kamu?" pertanyaan itu tentu saja membuat Matt terdiam. Tentu saja Lory dan Ony adalah dua wanita yang sangat penting baginya. Meski hubungan Matt dan Lory renggang karena Matt yang terus memberontak, tapi Matt tetap menyayangi Lory. Mencintai ibunya juga.

"Pa, apa tidak bisa aku menikah dengan Ony?" Nara menggeleng. Bagaimanapun juga, dia harus mendukung Lory, tidak membenarkan Matt ingin menikah dengan Leonyca!

"Ony masih sangat muda untuk kamu nikahi. Lagipula, papa rasa perasaan Ony padamu itu hanya sesaat. Bisa saja suatu saat nanti Ony bertemu dengan cinta sejatinya, Matt. Kita tidak tahu bagaimana takdir kita, kadang memang tak sesuai dengan harapan. Ony bisa saja mencintai Evan. Kamu jangan bersikeras terus, Nak!" ucap Nara meski dia tahu bagaimana perasaan putra dan cucunya itu sesungguhnya. Mereka saling mencintai!

"Sebaiknya kamu istirahat dulu, tenangkan pikiranmu, dan besok bicara baik-baik dengan mama," gumam Nara lantas bangkit berdiri. Matt mengangguk dan menatap kepergian sang ayah. Matt ingin pergi, tapi kunci mobil,dompet, dan ponselnya sudah diambil Lory.

"Maaf, Ony...." desis Matt memejamkan matanya sejenak.

Keesokan harinya, Leonyca terbangun dari tidurnya. Dia menatap sekelingnya dan merengut dalam hati.
"Matt tidak pulang," kata Leonyca dengan pelan. Dia bergegas menuju kamar mandi karena dia harus siap-siap ke sekolah.

"Padahal aku ingin Matt tetap tinggal di sini ... bersamaku," desis Leonyca. Dia berangkat ke sekolah sendirian, menatap lekat-lekat ponsel barunya yang dibelikan Matt. Matt tidak ada menghubunginya.

Sementara di apartemen Matt, Lory menghampiri Matt yang tertidur di sofa. Dia menatap Matt dengan sedih dan air mata itu sudah membasahi pipinya yang pucat.

"Matt ... kenapa kamu tidak pernah mendengarkan mama, Nak? Mama hanya ingin yang terbaik untukmu." Lory mengelus kepala Matt membuat lelaki itu terbangun.

"Matt, kalau kamu ingin menikahi Ony, maka lakukanlah!" ucap Lory putus asa dibarengi dengan mengalirnya cairan merah itu dari hidung wanita itu.

"Ma, hidung Mama berdarah!" pekik Matt mengambil posisi duduk. Lory memegang hidungnya, dia tersenyum pada Matt membuat Matt tertegun.

"Pa...!" jerit Matt memanggil Nara.

"Ma!" pekit Matt saat Lory jatuh pingsan sementara hidungnya tidak berhenti mengeluarkan darah.

"Ada ap ... oh, astaga!" seru Nara yang melihat istrinya tidak berdaya. Nara langsung menggendong Lory dan membawanya ke kamar. Matt mengikuti langkah Nara, setelah di kamar, Nara membaringkan tubuh lemah Lory dengan pelan.

"Telepon dokter!" perintah Nara yang mencemaskan kondisi istrinya itu.

Matt meraih ponsel Nara di atas meja, mencari kontak dokter keluarga mereka yang biasa, dan menghubungi dokter tersebut. Sementara Nara membersihkan dan menyumbat hidung Lory.

Tidak berapa lama, seorang dokter sudah datang dan langsung memeriksa kondisi Lory.

Setelah selesai, dokter itu menuliskan beberapa resep obat dan mengatakan kalau Lory itu kelelahan dan juga stres.

Dan muncullah rasa bersalah itu di hatinya Matt. Benar apa yang di katakan Nara, kalau dia tidak pernah mendengarkan dan menuruti permintaan Lory.

"Maaf, semua salahku...." Matt angkat bicara saat Lory sudah sadar. Lory bahkan tidak mau menatap Matt lagi, kata-kata tajam yang diucapkan Matt tadi malam sesungguhnya sudah mengoyakkan hatinya.

"Maafkan aku, Ma...." ucap Matt menyentuh tangan dingin Lory. Tidak ada respons dari wanita itu. Tatapan mata itu redup dan putus asa. Sementara Nara, dia hanya diam saja. Tangannya menggenggam sebelah tangan Lory dengan erat yang bahkan tidak lagi membalas genggamannya.

Matt menahan napasnya sebelum dia berbicara. "Ma, aku akan menikah dengan gadis pilihan Mama."  Kata Matt membuat dirinya sendiri sesak. Tapi Lory belum memberikan reaksi apapun, tidak memberi respons sedikit pun. Namun air mata menetes dari pelupuk matanya.

Bibirnya yang pucat bergetar, dia mengalihkan pandangannya ke arah Nara, lalu memejamkan kedua matanya.

"Ma...." suara Matt bergetar, ingin menarik kembali kata-katany barusan. Tapi Matt tahu, kalau dia melakukannya ... Lory akan bertambah kecewa.

Maafkan aku, Ony. Aku tidak ada pilihan. Maaf.... Matt menundukkan kepalanya, dia ingin berteriak sekuat yang dia bisa. Tapi Matt menahannya. Lory bahkan menarik tangannya dari genggaman Matt membuat Matt menjadi serba salah. Baru kali ini Lory mengabaikannya, biasanya Matt yang mengabaikan wanita itu. Matt tahu, kalau dia sudah sangat melukai hati sang ibu.

Selama ini Matt hanya memikirkan dirinya sendiri, kepentingannya sendiri, me nomor satukan Leonyca, dan lebih mementingkan Leonyca.

"Ma, kumohon jangan mengabaikan aku! Aku akan meninggalkan Ony dan menikah dengan gadis pilihan Mama!" Matt menitikkan air matanya.

★•••★

Terima kasih sudah mau baca :)
Boleh aku minta 1000 votenya gak buat lanjut? Hehe.
Komentnya jangan lupa ya🤗

PREDESTINATIONTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang