53. Dua Sisi

885 67 0
                                    

Sebelum baca, klik bintang dibawah dulu ya🌼
Selamat membaca, Guys❤

_____________

Di rumah Leonyca.

Leonyca baru selesai sarapan yang ditemani Davany.
Devany juga membantu Leonyca meminum obatnya karena demam Leonyca belum turun juga.

"Ma, aku kangen dia," ucap Leonyca tiba-tiba.

Devany meletakkan gelas di nakas dan dia mengusap sudut bibir Leonyca.

"Iya, iya, Matt juga pasti kangen Ony." Leonyca menundukkan kepalanya. Menutupi rasa kecewanya karena kemarin malam Matt tidak ikut untuk makan malam. Lory juga sudah menceritakan semuanya. Leonyca sama sekali tidak terkejut karena dia sudah mengetahui hal itu sejak lama.

Bukan tidak ada alasan Leonyca bersikeras ingin menikah dengan Matt kalau dia tidak tahu satu rahasia yang disimpan Lory dan Nara sejak puluhan tahun.

Kadang kala Leonyca merasa bersyukur juga bisa mempunyai kemampuan membaca pikiran dan isi hati seseorang hanya dengan menatap mata. Namun hal yang tak mengenakkan bagi Leonyca adalah, kadang ada hal yang tak seharusnya dia ketahui menjadi tahu. Padahal itu privasi seseorang kan?

Namun semakin dewasa, Leonyca sudah mengurangi hal itu. Dia melakukannya jikalau hanya ingin saja. Terakhir Leonyca mencoba membaca pikiran Patch, tapi Leonyca tidak berhasil.

Oh iya, soal Patch, lelaki itu menghilang entah ke mana. Leonyca tidak tahu bagaimana kabar Patch.

"Bukan kangen Matt, Ma. Aku kangen Patch." Leonyca menatap Devany sambil tersneyum. Kening Devany berkerut mendengar ucapan Leonyca.

"Bagaimana pun juga, Patch sangat berjasa membantu aku saat mencari Matt, Ma. Aku ingin tahu bagaimana keadaan Patch sekarang."

Devany menghela napas pelan. "Kita berdoa saja, Nak. Semoga dia baik-baik saja." Leonyca mengangguk.

Leonyca juga berharap begitu.

Jika diberi kesempatan bertemu kembali dengan Patch, apa kira-kira yang Leonyca inginkan dari lelaki itu?

Kadang Leonyca hanya bisa melihat beberapa foto Patch yang ada di ponselnya. Leonyca merutuki dirinya karena bisa-bisanya dia tidak memiliki nomor Patch. Atau Patch yang tetalu misterius?

"Matt sangat sombong sekarang, ya Ma. Mentang-mentang punya keluarga baru, jadi lupa kalau dia masih punya keluarga di sini," sungut Leonyca karena Matt tidak ada memberi kabar apa pun padanya.

"Kita harus mengerti bagaimana kondisinya sekarang, Nak. Matt pasti ingin bertemu dengan kita, termasuk Ony. Hanya saja Matt sedang melakukan pendekatan dengan keluarganya. Dia juga harus beradaptasi dengan rumah barunya."

"Mama benar. Harusnya aku tidak egois." Suara Leonyca melemah. "Tapi aku sedang sakit, Ma. Dia benar-benar tidak peduli padaku." Leonyca kembali bersungut-sungut.

Devany hanya bisa tersenyum sambil mengelus punggung Leonyca.

"Ma, apa aku cari pengganti Matt saja? Aku tidak tahan begini!" Leonyca mengacak-acak rambutnya.

Devany merapikan rambut Leonyca sambil berkata, " Ony, semua keputusan di tangan Ony. Karena jujur saja, Mama sudah terbiasa menganggap Matt itu adik kandung, jadi rasanya masih kurang setuju kalian bersama." Jeda sebentar. "Namun kalau memang sudah jodoh, pasti tidak akan ke mana," lanjut Devany.

"Ma, tapi aku kesal. Setidaknya beri kabar padaku!" gerutu Leonyca.

"Sabar, Sayang. Nanti pasti Matt datang. Sabar saja ya." Leonyca menghela napasnya dan dia mengangguk.

PREDESTINATIONTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang