45. Pulang

786 63 3
                                    

Sebelum baca, klik bintang di bawah dulu ya🌼
Selamat membaca Gusy❤
_________________

Pukul 09.00 AM

Leonyca baru saja selesai menyuci piring dan membersihkan dapur. Hari ini Patch hanya mengurung diri di kamar. Terpaksa Leonyca dan Matt yang memasak. Patch juga belum sarapan.

Tin...tin...tin....

Leonyca berlari ke pintu dan membuka pintu saat dia mendengar suara klakson mobil. Leonyca melompat kegirangan melihat mobil yang sangat dia kenal. Mobil Leonard.

"Papa, Mama, Abang!" pekiknya yang melihat Devany, Nick, dan Leonard keluar dari mobil. Leonyca berlari dan langsung memeluk Devany, Nick, dan Leonard secara bergantian.

"Ony kangen...." rengeknya.

"Ony baik-baik saja, kan?" Leonyca mengangguk membuat ketiga orang itu merasa lega.

Leonyca memeluk Devany lagi dan melepasnya.

"Ayo kita masuk, ada kejutan di dalam rumah." Leonyca menarik tangan Devany dan Nick. Dengan langkah ragu, kedua orangtuanya mengikuti langkah Leonyca. Sementara Leonard melihat ke sekeliling pekarangan rumah itu.

"Tak kusangka Ony tinggal di tempat seperti ini." Leonard berlari dan masuk ke rumah sambil memegang makanan yang mereka bawa dari rumah.

"Matt!" panggil Leonyca. Matt memutar kursi rodanya dan dia terkejut melihat siapa yang datang. Namun Devany, Nick, dan Leonard yang lebih terkejut melihat Matt yang duduk di kursi roda.

"Ya Tuhan, Matt kenapa?" Devany mendekati Matt dan berjongkok di depan adiknya itu.

"Ony, Matt kenapa?" tanya Leonard dengan pelan pada adiknya itu.

"Panjang ceritanya, Bang." Leonard memndekat, dia juga berjongkok di sebelah Devany.

"Mmm, ini hanya luka kecil. Kalian tak perlu khawatir."

"Bagaimana kronologis kejadiannya, Matt?" Tanya Nick. Leonyca juga mendekati Matt.

"Tabrak lari," jawab Matt dengan singkat.

"Kami datang untuk menjemput Leonyca. Kami pikir Leonyca belum menemukan Matt. Kita pulang sama-sama, ya. Nanti Matt berobat di Jakarta saja." Matt diam, dia menundukkan kepalanya. Dia meremas ujung bajunya. Lebih tepatnya baju Patch.

Devany berdiri dan melihat ke sekeliling rumah, dia menatap miris rumah yang ditinggali Leonyca.

"Ony betah tinggal di sini, Nak?" tanya Devany dengan lembut. Dia mendekati putrinya itu.

"Sebenarnya tidak, Ma. Tapi tak masalah." Devany bahkan menahan tangisnya. Leonyca menarik Devany ke kamarnya. Lagi-lagi Devany menatap miris kamar itu. Tidak ada kasur, tidak ada listrik, jendela juga sudah reot.

"Ony," Devany memeluk putri satu-satunya itu. Dia tak kuasa menahan air matanya.

"Tidak apa-apa, Ma. Ony tidak masalah. Ony senang akhirnya bisa menemukan Matt." Leonyca membalas pelukan sang ibu.

"Kita berkemas dan pulang ya." Leonyca mengangguk dan melepaskan pelukan mereka. Lalu Devany mulai menyusun barang-barang Leonyca. "Ony sudah makan, Nak?" Leonyca mengangguk.

Sementara itu di ruang tengah, Nick dan Leonard saling menatap. Leonard meletakkan bekal di lantai, dia mendorong kursi roda Matt mendekati jendela.

"Matt, kamu kenapa bisa sampai begini? Syukurlah Ony menemukan kamu." Matt menghela napasnya pelan.

"Aku juga bersyukur bisa bertemu dengan Ony dan kalian juga. Terima kasih."

"Kami semua khawatir padamu. Apa pun masalahnya, jangan lari seperti ini Matt." Matt mengangguk. Dia menatap Nick dengan sedih.

PREDESTINATIONTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang