6. Meet

27.4K 2.4K 355
                                    

Leonyca mengusap air matanya dengan kasar. Dia melakukan kebiasaannya lagi; menunggu Matt di bandara.

Sepulang sekolah tadi, Leonyca langsung melarikan diri ke bandara. Sementara Leonard, dia hanya bisa mengawasi adiknya itu dari kejauhan.

Saat hari mulai sore, Leonyca sama sekali tidak mau beranjak dari tempatnya berdiri.

Mengabaikan perutnya yang meminta di isi, bahkan sejak kemarin, Leonyca tidak mau makan karena tidak berselera.

Dia meremas ujung baju seragam sekolahnya, menundukkan kepalanya sambil terus menangis.

Leonyca mengabaikan pandangan dan bisikan aneh dari orang-orang di sekitarnya. Karena memang sudah beberapa jam yang lalu dia berdiri sambil menangis terus.

Sementara di tempat yang sama, Matt melangkah dengan cepat. Setelah pesawat mendarat dengan selamat, dia dengan tidak sabarnya ingin cepat turun.

Matt melangkah menuju pintu keluar, dan dia terkesip melihat Leonard yang menunggu di depan motor besarnya.

"Lee?" tanya Matt keheranan.

Leonard mendongak, dia mengerutkan keningnya.

"Matt, Ony di mana?" tanya Leonard membuat Matt kebingungan namun saat dia mengerti, dia berlari memasuki bandara itu, sementara Leonard pergi pulang ke rumah.

Matt berhenti berlari saat melihat Leonyca berdiri mematung di tengah-tengah keramaian.
Dia mendekat dan berdiri di depan Leonyca. Langsung saja dia memeluk gadis itu.

"Ony...." desis Matt.
Leonyca mendongak, dia membalas pelukan Matt dengan erat. Menangis sejadi-jadinya di pelukan lelaki itu.

"Matt, Ony kangen...." ucap Leonyca dalam tangisnya. Matt mengecup puncak kepala Leonyca berkali-kali dan menghirup aroma itu dengan rakus.

Matt mengendurkan pelukannya lalu dia menciumi kening dan wajah Leonyca berkali-kali.

"Matt...." desis Leonyca, Matt menanggung semua beban tubuh Leonyca.
Dia membawa Leonyca menepi ke tempat yang sepi, Leonyca tampaknya tidak mau melepaskan pelukannya.

"Ony, wajahmu pucat. Apa Ony sudah makan?" Leonyca menggelengkan kepalanya. Dia membenamkan wajahnya di dada lelaki itu.

"Ony, kita makan, ya...." bujuk Matt dengan lembut. Leonyca menggelengkan kepalanya.
"Tidak mau!" rajuknya manja. Matt menghela napasnya pelan.

"Ony, badan kamu panas. Ony demam?" Leonyca mengangguk-anggukan kepalanya.

"Kita makan, ya Ony...." bujuk Matt lagi dengan lembut. Leonyca kembali menangis.

"Ony tidak mau, Matt! Mengerti tidak?!" pekik Leonyca, dia menggigit bibirnya pelan.
"Baiklah, asal Ony berhenti menangis." Leonyca mengangguk.

Matt membingkai wajah Leonyca, dia menatap sedih wajah pucat dan tirus itu.
"Ony, kamu kurusan, sayang. Apa Ony makan teratur?" Leonyca menggeleng.

"Matt, jangan pergi lagi...." pinta Leonyca, dia kembali menangis tersedu-sedu. Matt mengusap air mata Leonyca menggunakan ibu jarinya.

"Iya Ony, aku akan di sini. Bersama Ony," ucap Matt dengan pelan. Dia memeluk Leonyca dengan erat.

"Nanti, Ony akan mengikat tangan Matt di tangan Ony, agar Matt tidak meninggalkan Ony lagi," ucap Leonyca dengan serak. Dia mengerucutkan bibirnya dan tidak mau melepaskan pelukannya. Dia takut Matt akan pergi lagi meninggalkannya.

"Ony, kita pulang, ya?" Leonyca menggeleng. Dia menatap Matt sendu membuat lelaki itu meringis dalam hati.

Matt menggendong Leonyca, lalu membawa gadis itu pergi dari bandara. Kalau tidak seperti itu, Matt berani bertaruh kalau Leonyca tidak akan mau pulang.

PREDESTINATIONTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang