Di sekolah Leonyca!
Leonyca menjauh dari Evano, dia berniat untuk mencari Rhein untuk memberikan bekal pada gadis itu.
"Rhein di mana?" tanya Leonyca mencari Rhein ke dalam kelas. Dia memejamkan matanya, lalu tersenyum simpul.
"Aku tahu Rhein di mana," ucap Leonyca melangkah pelan menuju taman belakang sekolah. Dugaan Leonyca benar, Rhein ada di sana, duduk sendirian termenung menatap lurus ke depan. Leonyca mendekat dan dia duduk di sebelah Rhein.
"Rhein!" panggil Leonyca tapi tidak ada respons dari gadis di sebelahnya itu.
"Rhein...." kata Leonyca menyentuh bahu Rhein membuat kepala itu menunduk.
"Rhein kenapa?" tanya Leonyca dengan lembut. "Kakak," desis Rhein menatap Leonyca dengan berkaca-kaca.
"Iya, Rhein kenapa? Tadi ke sekolah pergi dengan siapa?" tanya Leonyca. Rhein mengalihkan pandangannya, dia juga menitikkan air matanya.
"Aku tidak apa-apa, Kak. Tadi di jemput sama bang Leo," jawab Rhein mengusap pelan wajahnya dari air mata.
"Lalu kenapa Rhein menangis?" tanya Leonyca lagi. Dia mengeluarkan bekal dari tasnya dan memberikan satu pada Rhein tapi Rhein tidak menerima.
"Tadi bang Leo memaksa aku untuk pergi ke sekolah dengannya, katanya aku tidak boleh menolak permintaannya karena dia itu tampan," jawab Rhein dengan jujur.
Tadi memang dia sangat heran karena tiba-tiba saja Leonard datang ke rumahnya dan memaksa untuk pergi bersama ke sekolah.
Rhein sudah menolak mati-matian, tapi Leonard tetap dengan pendiriannya. Entah apa maksud lelaki itu sesungguhnya, yang jelas dia membuat Rhein merasa takut.
"Rhein, ini titipan bekal dari mamaku, di makan, ya," Leonyca memberikan bekal itu lagi, ia meletakkannya di pangkuan Rhein.
"Terima kasih, Kak," ucap Rhein dengan tulus. Leonyca mengangguk-angguk dan menepuk-nepuk kepala Rhein.
"Jangan sedih lagi, ya, Adik kecil. Nanti aku akan memarahi Lee dan menjewer telinganya kuat-kuat," ucap Leonyca yang geram melihat saudara kembarnya itu.
"Tidak perlu, Kak. Aku ke kelas dulu," Rhein bangkit berdiri dan meninggalkan Leonyca sendirian.
"Rhein," desis Leonyca, dia menggigit bibir bawahnya dengan pelan.
"Tadi aku meninggalkan Matt sendirian, apa Matt akan marah?" tanya Leonyca dengan sedih. Leonyca menghela napasnya pelan, dia mengancing tasnya lalu pergi dari taman belakang sekolah itu.
Leonyca memang tidak memakai tongkat lagi, maka dari itu dia berjalan sangat pelan agar tidak terjatuh.
Berjalan menuju kelasnya, Leonyca masuk ke dalam dan melangkah menuju tempat duduknya.
"Minggir sana," usir Leonyca saat melihat teman sekelasnya duduk di tempat duduknya yang sedang berbincang dengan Leonard.
Gadis itu tersenyum salah tingkah lalu mempersilakan Leonyca duduk, setelah itu dia kembali ke tempat duduknya.
"Bang, kenapa jadi laki-laki itu playboy sekali, sih? Tadi menjemput Rhein, barusan genit-genit sama gadis lain," ucap Leonyca tidak suka.
"Memangnya kenapa, Ony? Ony juga genit. Ony sudah mempunyai Matt, tapi masih saja dekat-dekat sama Evan. Ony pikir bagaimana perasaan Matt, hah? Ony egois, hanya memikirkan diri sendiri saja. Kan, kasihan Matt," geram Leonard yang merasa kesal pada Leonyca. "Giliran Matt ada di dekat Ony, Ony malah acuh tak acuh padanya," sambung Leonard membuat Leonyca terdiam.
KAMU SEDANG MEMBACA
PREDESTINATION
Teen Fiction[Seri Kedua My Little Girl] Klise, ketika dua insan manusia yang saling mencintai, tapi mereka terikat hubungan darah. •Matt Morris Christover (21) sudah menyukai bahkan mencintai keponakannya sejak lama. •Leonyca Reyner Reland (16) gadis yang benar...