14. Surprise For Ony

19.9K 1.9K 279
                                    

Leonyca meringis pelan saat kakinya berdenyut sakit. Dia menahan tangisnya sambil menatap Devany tak yakin. Setelah enam hari hanya duduk dan berbaring di ranjang, akhirnya Leonyca memutuskan untuk mencoba berjalan. Dia juga merasa bosan.

"Ma, ini sakit sekali...." Ringis Leonyca yang memegang kuat lengan sang ibu.
Devany berhenti melangkah, "tidak perlu dilanjutkan lagi, ya Nak. Ony istirahat saja, ya?" Leonyca menggeleng dengan keras kepalanya. Tetap saja dia memaksakan kakinya berjalan meski itu sangat sakit.

"Aku tidak mau! Pokoknya aku harus bisa!" Pekik Leonyca membuat Devany hanya bisa menghela napasnya. Dia membantu Leonyca lagi, melangkah dengan sepelan mungkin.

Sekarang, ibu dan anak itu ada di luar ruangan Leonyca. Leonyca bersikeras untuk berjalan sendiri tanpa bantuan tongkat. Jadilah Devany yang membantu Leonyca.

Leonyca duduk di kursi sembari mengusap peluh keringatnya. "Ma, aku pengin makan es krim. Aku juga pengin pulang ke rumah," kata Leonyca. Devany mengangguk-anggukan kepalanya. "Tunggu di sini sebentar," kata Devany lalu dia meninggalkan Leonyca.
Leonyca hanya mengangguk, dia menatap kakinya yang di perban dan juga kaki itu bengkak.

"Kenapa bisa sampai begini? Tapi ini benar-benar sakit," Leonyca menggerak-gerakkan kaki kirinya yang terkilir. Dia juga menghapus air matanya.

Tidak berapa lama, Devany kembali dan duduk di sebelah Leonyca. Wanita itu memberikan es krim pada Leonyca dan dengan cepat Leonyca menerimanya.

"Terima kasih, Mama...." Ucap Leonyca tersenyum simpul. Devany mengangguk. Dia membantu Leonyca membuka es krim itu dan setelah itu, Leonyca melahapnya dengan rakus sampai tidak peduli kalau wajahnya kotor. Devany meraih tisu lalu membersihkan wajah Leonyca.

"Ini enak sekali," kata Leonyca kegirangan. Dia melahap es krim itu dengan cepat, tidak membiarkan meleleh sedikit pun.
Saat satu es krim sudah habis, Leonyca meraih satu lagi dan memakannya layaknya seperti anak kecil.

Wajahnya berbinar-binar, Leonyca bahkan tidak memperhatikan dan memperdulikan sekitarnya, dia hanya fokus pada es krim di tangannya.

Devany tersenyum lebar melihat Leonyca. Tangannya juga terus membersihkan wajah putrinya itu.

"Nanti aku mau es krim yang banyak, aku mau rasa yang sama, aku mau rasa vanilla," celoteh Leonyca. Devany hanya mengangguk.

Tiba-tiba Leonyca berhenti memakan es krim, dia menatap Devany dengan curiga membuat tubuh Devany kaku. Tangan Devany juga berhenti begitu saja yang membersihkan wajah Leonyca.

"Mama, papaku di mana? Kenapa tadi pagi mereka pergi dengan buru-buru?" Tanya Leonyca dengan wajah serius. Sebenarnya Leonyca bisa saja menebak dan membaca pikiran sang ibu, tapi Leonyca tidak melakukannya karena dia lelah untuk berpikir.

"Em ... mereka sedang ada urusan. Ya, sedang ada urusan...." Jawab Devany gugup. Leonyca terkekeh pelan melihat wajah Devany, lalu gadis itu menyuapkan es krim pada Devany.

"Kenapa tegang begitu, sih?" Tanya Leonyca menatap sang ibu dengan jenaka dan dia merasa gemas.
Devany menggeleng dengan cepat. Dia juga tersenyum pada Leonyca.

"Jadi papaku sedang sibuk urusan apa, Ma? Abangku juga sibuk urusan apa? Tadi aku mendengar kalau Lee menyebut-nyebut bandara, eh?" Devany tersenyum salah tingkah.

"Oh, mungkin mereka akan menjemput Mine. Hari ini Mine pulang, jadi mereka menjemput Mine ke bandara. Mungkin...." Kata Devany mencari-cari alasan.

"Apa aku juga boleh pulang hari ini?" Tanya Leonyca.
"Tentu saja, Nak. Tapi setelah papa menjemput kita," jawab Devany membuat Leonyca tersenyum lebar.

PREDESTINATIONTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang