34. Tidak Akan

3.3K 208 7
                                    

Leonyca melangkah mondar-mandir di depan gerbang rumahnya. Sesekali dia menggigit jari telunjuknya karena sedang berpikir keras.

"Berhenti melakukan itu, Ony!" ketus Leonard dengan gemas pada adiknya itu. Leonyca berhenti dan mendekati Leonard yang berdiri menyandar di gerbang sambil melipat kedua tangannya di dada.

Leonyca menendang lutut Leonard membuat lelaki itu mengaduh kesakitan.

"Apa sih, Ony?" Leonard mendorong kening Leonyca, dia memasang wajah kesalnya.

"Bang, aku akan mencari Matt. Setelah menemukan Matt, aku akan langsung menikahinya. Bagaimana menurut Abang?" Leonard menaikkan sebelah alisnya, menatap adiknya ini dengan mengejek.

"Jangan mimpi, Ony! Matt saja sudah tidak mau bertemu denganmu, dia sudah melupakanmu, Ony!" Leonyca mendesah pelan, dia menatap Leonard dengan sinis.

"Aku akan mencarinya. Abang pikir aku tidak tahu dia di mana sekarang? Minggu lalu oma sudah memberitahu padaku, Bang. Tapi saat oma menelepon, Matt hanya berbicara singkat. Sepertinya benar, dia tidak mau lagi bertemu denganku. Tapi aku tidak akan menyerah! Aku akan membawa pendeta kenalanku saat mencari Matt, dan saat sudah kutemukan ... aku akan menikahinya! Abang atau siapa pun tidak bisa mencegahku!" celoteh Leonyca membuat Leonard tersenyum melihat ambisi Leonyca begitu besar.

"Ony, kamu yakin membawa pendeta? Yang benar saja!" Leonard menepuk kepala Leonyca.

"Yakin, Bang. Aku punya lima pendeta kenalanku. Dua yang sudah menikah, tiga lagi belum menikah."

"Ony bahkan tahu status mereka," desis Leonard pelan.

"Jangan remehkan aku, Bang!" dengus Leonyca menaikkan dagunya tinggi-tinggi. Dia juga berkacak pinggang seperti siap menantang Leonard.

"Kita lihat saja nanti. Kalau Ony berhasil membawa pendeta dan menikahi Matt, aku akan memberikan apa pun yang Ony Minta," kata Leonard meragukan Leonyca.

"Ya ampun! Aku sudah merencanakan semuanya, Bang! Haha....! Aku bahkan sudah mempersiapkan pendeta dan surat-surat pernikahan. Bahkan pendetanya sudah menungguku di stasiun!" Leonard membesarkan matanya, dia menatap Leonyca dengan lekat untuk mencari kebohongan di mata sang adik.

"Benarkah?" Leonyca mengangguk.

"Sebentar lagi aku akan pergi, Abang ikut tidak?"

"Tidak, besok ada jadwal magang di rumah sakit, Ony." Leonyca menginjak kaki Leonard dengan sengaja.

"Jangan kasar, Ony! Aduh...." Leonyca tersenyum mengejek, dia mendorong dan memukul kepala Leonard dengan pelan sebelum dia masuk ke dalam pekarangan rumah.

"Aku harus bergegas, aku harus bergegas, aku harus bergegas," kata Leonyca berulang-ulang. Dia masuk ke dalam rumah yang sudah sepi karena kedua orangtuanya sudah tidur, begitu juga dengan Jason dan Mine.

Leonyca berlari menuju kamarnya yang sudah pindah ke lantai dasar, lalu setelah di kamar, dia langsung menarik kopernya. Mengambil tasnya di meja, lalu dia keluar dari kamar dengan hati-hati.

Dia keluar dari dalam rumah, menutup pintu dengan sepelan mungkin.

"Jadi Ony serius?" Leonyca mengangguk.

"Aku ikut!" pekik Leonard yang mendapat pukulan di kepalanya dari Leonyca.

"Cepatlah berkemas, Bang!" Leonard mengangguk, dia langsung masuk ke dalam rumah untuk mengambil pakaiannya.

Lalu setelah selesai, dia kembali dan Leonyca masih menunggunya.

"Ayo, Bang. Taksinya sudah menunggu," kata Leonyca memberikan kopernya pada Leonard. Leonard mengangguk saja.

PREDESTINATIONTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang