54. Pada Akhirnya [END]

2.7K 105 3
                                    

Sebelum baca, klik bintang dibawah dulu ya🌼
Selamat membaca, Guys❤

_____________

Hujan lagi-lagi membasahi kota itu, membuat orang-orang tidak bisa berlalu-lalang seperti biasanya dan mengganggu aktivitas orang-orang di siang itu.

"Matt!" jeritan itu membuat Matt mempercepat langkahnya, yah meski dia tidak bisa berjalan dengan cepat. Rasanya dia sudah tidak sabar memeluk gadis yang berdiri di depan pintu rumah dengan tangan yang melebar, senyum yang manis di bibir gadis itu.

Matt meletakkan payungnya saat sudah di teras, dia tersenyum hangat. Semakin dekat, jantungnya juga berdebar semakin cepat. Dia sangat merindukan pujaan hatinya itu.

"Matt!"

"Ony...." Leonyca dengan tidak sabaran melangkah ke depan dan memeluk Matt.

"Akhirnya Matt datang. Aku menunggu Matt setiap hari."

"Maaf baru bisa datang sekarang, Ony." Matt memeluk Leonyca dengan erat. Leonyca mengangguk. Dia mengecup puncak kepala Leonyca berkali-kali.

Leonyca melepaskan pelukannya dan menarik tangan Matt masuk ke rumah.

"Ayo, ada mama di dapur."

Leonyca begitu semangat. Matt tersenyum dan mengikuti langkah Leonyca menuju dapur.

"Ma, lihat!" pekik Leonyca. Devany yang serius menghias kue buatannya mengalihkan perhatiannya pada Leonyca dan Matt. Devany tersenyum.

"Eh, Matt datang juga. Bagaimana kabarmu?"

Matt dan Leonyca duduk di kursi kayu yang ada di dapur. Di depan mereka ada meja berukuran sedang, bergabung bersama Devany.

Leonyca mengambil kue buatan Devany dan memakannya.

"Aku baik-baik saja, Kak."

"Syukurlah. Mama sudah menceritakan pada kami. Aku berharap Matt tidak marah pada mereka.

"Aku tidak marah, kok. Yah, mungkin sudah begini jalannya. Lagi pula aku merasa senang juga." Matt melirik Leonyca yang serius memakan kuenya.

"Apa mereka memperlakukanmu dengan baik?"

"Ya, hanya saja lelaki itu sangat cuek dan dingin. Dia tidak banyak bicara."

"Maksudmu? Lelaki mana?" Devany membagi kue ke dalam piring.

"Papanya Evano. Suaminya tante Nadia, Kak."

"Aku belum pernah melihat papanya Evan," ujar Leonyca setelah dia meminum susu yang dibuatkan Devany.

"Iya, aku juga belum pernah. Dulu saat Nadia datang ke sini, hanya berdua saja dengan Evano. Yang kutahu, suaminya sibuk bekerja," timpal Devany

Matt mengangguk, dia menghela napas pelan. "Itu benar, Kak. Eavn mengatakan beliau berubah sejak mereka kehilangan putra pertama mereka."

"Berarti saat kehilangan kamu, ya Matt." Matt mengangguk.

"Jadi bagaimana respons dia?"

"Kami tidak banyak bicara, Kak. Aku bingun mau mulai dari mana, aku takut salah bicara." Devany berdiri dan mengambil air putih untuk Matt dan Leonyca.

"Perlahan saja, Matt. Kamu juga tidak bisa diam terus. Aku yakin papamu senang bisa bertemu denganmu lagi. Dan kamu juga harus memanggil mereka mama papa agar tidak canggung." Devany meletakkan dua gelas berisi air di depan Matt dan Leonyca.

"Iya, Matt. Pasti om itu sangat kehilangan saat itu, karena mereka sudah menunggu kelahiran Matt sejak lama. Yah, mungkin kalian berdua masih sama-sama terkejut dengan berita ini." Leonyca menepuk-nepuk lengan Matt. Matt mengangguk dan tersenyum.

PREDESTINATIONTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang