38. Tragedi

1.7K 137 7
                                    

Suara dentuman musik itu terdengar begitu memekakkan telinga di sebuah ruangan persegi yang tidak terlalu besar.

Barang-barang berserakan di lantai, bahkan pakaian juga berserakan di mana-mana.

Seorang lelaki yang duduk di kursi roda meremas kuas di tangannya sampai kuas itu patah. Kaki kirinya terbalut kain kasa dan menggantung di kursi rodanya.

Saat pintu terbuka pun tidak dia hiraukan. Dia masih menatap tajam kanvas besar di depannya.

"Astaga!!!" jerit seorang wanita berambut pirang sambil menutup telinganya. Dia berlari mendekati meja di samping tempat tidur, lalu mematikan musik tersebut.

"Kamarmu seperti kapal pecah, Tuan! Kamu tahu kebersihan tidak?" Lelaki itu masih diam bahkan saat gadis itu berjongkok di depannya.

"Jangan sedih, aku sangat yakin kalau kamu bisa berjalan lagi," ucapnya menyentuh kepalan tangan lelaki di depannya.

"Matt, kamu membuang makanan yang sudah kusiapkan. Kamu juga membuat kamarmu berantakan. Kalau begitu, aku tidak bisa pergi bekerja, kalau aku tidak bekerja, aku tidak akan mendapatkan upah untuk membeli obat dan makanan untuk kita, Matt!"

"Pergilah, Ratu. Aku ingin sendiri saja hari ini," katanya dengan dingin.

"Baik, kalau kepalamu pusing, tolong langsung hubungi aku, ya." Lelaki itu mengangguk dan membiarkan Ratu pergi.

"Aku sangat ingin melihatnya, aku sangat ingin melihat wajahnya walau sekali saja! Tapi, aku tidak bisa pergi ke mana-mana, dan sekarang aku bergantung pada orang lain, orang yang baru kukenal beberapa bulan terakhir ini. Aku pasti sangat merepotkannya." Matt kembali mengepalkan tangannya. Pikirannya kembali pada masa beberapa bulan yang lalu.

"Hallo, Matt. Akhirnya kamu mau mengangkat telepon mama juga."

"Ada apa, Ma?"

"Apa kamu bisa pulang sekarang? Ony, dia benar-benar terpuruk, Nak. Dia terus saja menangis."

"Aku tak peduli padanya!" kata Matt memutuskan sambungan telepon dengan sepihak.

Matt juga mematikan ponselnya, lalu dia melanjutkan mengendarai sepeda motor yang dia sewa sebelum punya sepeda motor sendiri. Dia ingin pergi ke kota untuk bekerja di sebuah bengkel.

Di perempatan jalan, Matt mengalami kecelakaan. Motor yang dia kendarai bertabrakan dengan sebuah truk. Belum diketahui sebab akibatnya, yang pasti polisi masih menyelidiki kasus kecelakaan itu.

Untung saja saat itu Matt memakai helm sehingga kepalanya tidak kenapa-napa. Tapi, entah bagaimana kejadiannya, kakinya kini belum ada kemajuan juga. Padahal sudah berbulan.

PREDESTINATIONTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang