46. Tidak Mengerti

816 58 9
                                    

Sebelum baca, klik bintang dibawah dulu ya🌼
Selamat membaca, Guys
__________________

Aku tidak mengharapkan cintamu seterang cahaya purnama.
Apalah artinya cahaya bulan purnama bila disiang hari.
Aku hanya mengharapkan cintamu seterang lilin,
Tetap sangat menyala walaupun dimalam yang gelap dan menghangatkan dimalam yang dingin.

~❤~

Leonyca menjatuhkan badannya di tempat tidurnya yang empuk, dia memejamkan matanya, rasanya dia lelah sekali melakukan perjalanan dari desa Wangunharja-Subang ke Jakarta.
Leonyca lebih memilih istirahat sendirian di kamarnya, sementara Matt langsung dibawa Leonard dan Nick ke rumah sakit. Sementara Devany sedang membereskan barang-barang Leonyca termasuk baju kotor Leonyca saat masih di desa.

Leonyca membuka matanya, dia mengamati sekeliling kamarnya, tidak ada yang berubah. Dia menghela napasnya pelan. Gadis itu beralih menatap langit-langit kamar.

"Kenapa aku tidak ikut ke rumah sakit, ya?" Leonyca meletakkan tangannya di keningnya. Dia juga tidak mengerti dirinya.

Leonyca kambali memejamkan matanya, dia tidak tidur. Hanya sedang memikirkan sesuatu.

"Ony, makan dulu, Nak." Devany masuk ke kamar Leonyca sambil membawa nampan berisikan makanan dan air mineral.

"Ony tidak lapar, Ma." Leonyca masih memejamkan matanya. Devany meletakkan nampan itu di atas nakas, lalu duduk di sebelah Leonyca. Dia menatap putrinya itu sambil mengelus rambut Leonyca.

"Ony ada masalah, hmm?" Leonyca menggeleng. Devany menghela napasnya pelan. Selama diperjalanan tadi, Leonyca tidak ada berbicara. Dia hanya mendengar pembicaraan antara orangtuanya dengan Matt. Sementara Leonard fokus menyetir.

"Ma...." Leonyca membuka matanya dan dia mengambil posisi duduk di depan sang ibu.

"Ya Sayang?" Devany mengelus rambut Leonyca penuh kasih.

"Kenapa ya tiba-tiba Ony merasa ada yang aneh dengan diri Ony. Maksud Ony, Ony senang bisa menemukan Matt dan bisa kembali ke Jakarta bersama Matt. Tapi entah kenapa Ony merasa ada yang kurang, Ma."

Devany tersenyum, "Mungkin perasaan Ony pada Matt itu tidak sedalam itu, Nak. Maksud Mama, selama ini Ony tidak mau melirik laki-laki lain selain Matt. Mama rasa Ony sudah tidak suka lagi pada Matt." Leonyca mengerutkan keningnya.

"Ony juga tidak bisa menjelaskan bagaimana yang Ony rasakan, Ma. Ony juga tidak mengerti kenapa jadi seperti ini." Devany membingkai wajah Leonyca. Dia tersenyum lagi.

"Suatu saat Ony akan mengerti dan menemukan jawaban-jawaban dari semua pertanyaan di hati Ony." Leonyca memeluk sang ibu dengan manja. Dia memejamkan matanya saat merasakan betapa nyaman berada dalam pelukan sang ibu.

Sementara itu di rumah sakit, Matt sedang di periksa dokter di ruang rawat. Ada kedua orangtua Matt-Lory dan Nara- menunggu di luar bersama Nick dan Leonard.

"Kenapa bisa sampai begini sih? Apa yang terjadi padanya?" Lory bolak-balik di depan pintu ruangan Matt, dia sangat khawatir pada putranya.

"Tenanglah, Sayang. Aku yakin Matt akan baik-baik saja. Harusnya kita bersyukur karena masih bisa berkumpul dengan Matt." Nara menyentuh tangan Lory yang membuat wanita itu akhirnya menyerah. Dia duduk di sebelah Nara.

"Pokoknya siapa pun yang menabrak Matt saat itu harus ditemukan!" Nara mengangguk sambil memegang kuat tangan Lory agar istrinya itu bisa lebih tenang.

Saat pintu itu terbuka, Nara dan Lory langsung berdiri.

"Bagaimana kaki anak saya, Dok?" tanya Lory pada dokter perempuan bernama Kartini.

PREDESTINATIONTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang