26. Pasrah Level Akhir

6.3K 741 45
                                    

Satu jam setelah Leonyca di rawat di rumah sakit

Suasana di dalam ruang rawat Leonyca masih terjadi keheningan seperti ruangan yang tak berpenghuni. Setelah beberapa saat lalu terjadi pertengkaran antara Matt, Nick, dan juga Lory, sekarang mereka tampak diam menunggu Leonyca sadarkan diri. Masih terlihat jelas amarah yang siap meledak pada diri Nick. Bahkan dia belum puas meski tadi sudah memberikan dua kali pukulan keras untuk Matt, dan satu tamparan kuat dari Lory.

Matt hanya diam saja, menerima semuanya dengan pasrah. Pikirannya hanya tertuju pada Leonyca. Rasa bersalah itu menggerogoti hatinya. Ya, kalau dia tidak meninggalkan Leonyca tanpa satu pesan pun, Leonyca tidak akan sedepresi itu. Apa lagi banyaknya masalah yang terjadi pada Leonyca membuat gadis itu banyak berpikir, dan akhirnya depresi.

Dokter mengatakan kalau Leonyca mengalami depresi dan juga stres. Nick juga menyesal karena bisa-bisanya dia dan keluarganya kecolongan. Ya, mereka terlalu sibuk mengurus pernikahan Jason dan Mine membuat Leonyca kurang perhatian.

Setelah Nick menyuruh Leonard memeriksa CCTV, ternyata layar monitor tersebut mati dan tanpa mereka duga, Leonyca sudah merusak CCTV yang sudah disiapkan Nick untuk memantau keseharian Leonyca yang bersikeras tinggal sendiri pada saat itu.

"Mhhh...." erangan pelan itu membuat keluarga Leonyca mengalihkan perhatian dan pandangan mereka pada putri semata wayang keluarga besar Reland itu.

"Syukurlah, Ony sudah bangun, Nak. Maafkan kami yang mengabaianmu, kami tidak bermaksud begitu," kata Devany yang sedari tadi duduk di tepi ranjang rumah sakit tempat Leonyca berbaring.

Leonyca menatap langit-langit kamar rawatnya yang berwarna putih. Kepalanya terasa sakit dan berdenyut. Begitu juga dengan telinganya yang terasa seperti berdengung. Dia dapat mencium aroma obat-obatan yang sangat di benci olehnya.

Leonyca bahkan mengabaikan sekitarnya, dia hanya menatap ke atas tanpa berniat berbicara barang sepatah kata pun.

Devany menyentuh pipi Leonyca yang tirus, mengelus pipi itu dengan perlahan.

"Semua salah kami, Ony. Maafkan—" "Aku ingin putus dengan Matt dan aku ingin jadi biarawati saja. Matt boleh menikah dengan siapa pun karena itu bukan lagi urusanku!" Devany Dan keluarganya terkejut mendengar ucapan Leonyca, termasuk Matt dan Lory.

Matt maju tiga langkah demi mendekatkan jaraknya dengan Leonyca. Dia menatap Leonyca, wajahnya begitu lesu, di tambah lagi matanya yang berkaca-kaca.

"Ony, aku tidak mau!" ucap Matt tidak terima. "Pergilah, Matt. Karena aku bahkan tidak sudi lagi melihat laki-laki berengsek dan tidak bisa menepati janji sepertimu!" Matt menundukkan kepalanya, buliran air mata itu jatuh juga membasahi pipinya.

Dia mundur beberapa langkah, membalikkan tubuhnya, dan menatap Lory dengan kesedihan yang mendalam. Mulutnya tak sanggup lagi berkata-kata. Matt keluar dari ruangan Leonyca, membawa pergi hatinya yang hancur.

Matt melangkah menuju parkiran dan saat sudah menemukan mobilnya, dia masuk ke dalam.

Dia memejamkan matanya, tangisnya tidak dapat disembunyikan lagi. Matt memukul setir di depannya, kepalanya gelang-gelang tanda dia tidak ingin mengakhiri hubungannya dengan Leonyca. Dengan gadis yang sangat dia cintai.

★•••★

"Ony, Nak...." Devany menitikkan air matanya. "Kumohon, tinggalkan aku sendiri!" kata Leonyca memaksa. Devany mengangguk, dia berdiri dan mengajak Nick dan yang lainnya keluar. Sementara itu, Lory masih berdiri mematung di tempatnya.

"Pergilah, Nenek lampir!" kata Leonyca mengusir Lory, bahkan mengatai Lory nenek lampir. Lory mendekat, dia berdiri di samping Leonyca. Dia menatap Leonyca dengan lekat-lekat.

"Ony, aku—" "Tidak perlu khawatir, aku pasti menyingkir dari hidup Matt yang jelek itu. Lagipula, laki-laki bukan dia saja. Seratus pun bisa aku dapatkan kalau aku mau! Jadi, pergilah di dari sini karena aku ingin tidur!"  Lory menghela napasnya.

"Sombong kamu!" dengus Lory membalikkan badannya. Dia melangkah dan Leonyca berkata kasar padanya. "Dasar tua bangka tidak tau malu!" katanya, tapi Lory tidak menggubris Leonyca.
L

eonyca memiringkan tubuhnya, lalu dia tidur.

Sementara itu, Lory melangkah melewati Nick, Nara, dan Devany yang duduk di kursi tunggu. Sementara Jason dan Leonard sudah pulang ke rumah.

Lory berniat mencari Matt dan ingin berbicara pada putranya itu. Dia keluar dari rumah sakit, mencari mobil Matt di parkiran. Lory menemukannya, dia mengetuk kaca mobil karena melihat Matt ada di dalam sana.

"Matt, buka, Nak!" Lory terus mengetuk kaca mobil karena pintu di kunci dari dalam. Lory mendengus pelan saat tidak ada respons dari Matt.

"Matt, buka!" jerit Lory, Matt mengepalakan kedua tangannya, dia membuka pintu mobilnya dan dia keluar.

"Ada apa lagi, Ma? Apa Mama belum puas?" tanya Matt dengan pelan. Lory menyentuh lengan Matt, menatap Matt dengan mata yang berkaca-kaca.

"Ony sudah memutuskan hubungan kalian! Jadi, apa lagi yang kamu harapkan sekarang darinya, Matt?"

"Aku akan mencari tahu siapa ibu kandungku!" kata Matt lantas pergi dari hadapan sang ibu.

Lory menundukkan kepalanya, cairan bening itu terjatuh juga membasahi wajah lelahnya.

"Matt, sudah jelas kalian itu tidak bisa bersama, Nak. Kenapa kamu bersikeras sekali untuk tetap bersama Ony? Apa lagi yang harus aku lakukan sekarang?" Lory mengangkat wajahnya, dia tidak melihat Matt lagi.

Akhirnya, Lory memutuskan untuk masuk ke dalam rumah sakit lagi. Dia juga ikut bergabung dengan Nick. Mereka hanya diam, sibuk dengan pikiran masing-masing.

Berbeda dengan Matt yang masih gigih untuk tetap mempertahankan hubungannya dengan Leonyca. Dia melangkah cepat menuju jendela kamar rawat Leonyca dari luar. Jendela itu terbuka. Matt menyibakkan gorden untuk melihat suasana di kamar Leonyca. Sepi, hanya ada Leonyca yang tidur.

Matt masuk dari jendela tanpa berpikir dua kali, saat sudah berhasil, langsung saja dia mendekati Leonyca. Dia berbaring di sebelah Leonyca dengan gerakan yang pelan agar tidak mengganggu gadis itu.

Leonyca yang tidur menyamping membuat mereka berhadapan. Matt mengangkat kepala Leonyca dan meletakkannya di lengannya. Sebelah lagi dia gunakan memeluk Leonyca.

Maaf, Ony ... aku menyakitimu lagi. Aku janji tidak akan melakukannya lagi. Matt menatap wajah Leonyca yang berjarak beberapa senti dengan wajah Matt. Matt semakin mendekat, dia mengecup kening, hidung, dan bibir Leonyca.

"Aku akan Bertahan, Ony. Aku hanya mencintai Ony saja," bisik Matt. "Kalau nanti aku memang anak kandung mama, maka aku akan pasrah, Ony. Aku akan pasrah pada takdirku." Matt mengecup bibir Leonyca sebelum dia memejamkan matanya.

"Kuharap mereka tidak masuk," desah Matt.

"Ingkar janji!" Matt langsung membuka matanya lebar-lebar, dia menggeleng kuat-kuat.

★•••★

Jangan lupa di vote, ya :)
Di koment juga 😃
Terima kasih

PREDESTINATIONTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang