29. Janji

6.6K 740 41
                                    

"Matt, aku ingin kita ... emh...." Leonyca tidak lagi melanjutkan ucapannya karena Matt tidak memberi izin.

Leonyca mendorong Matt sekuat tenaganya, dia mengusap bibirnya yang terasa panas. "Matt, kamu ini mesum sekali!" pekik Leonyca, tapi Matt hanya tersenyum. Dia menarik Leonyca ke dalam pelukannya.

"Matt, aku akan mencari pacar baru," ucap Leonyca kembali mendorong Matt yang membeku.

"Apa? Tadi Ony mengatakan apa? Aku tidak dengar!" kata Matt menyentuh tangan Leonyca, tapi di dengan cepat di tepis gadis itu.

Leonyca memperbaiki rambut dan gaunnya yang berantakan karena ulah Matt, lalu dia beranjak dari tempat tidur.

"Matt, aku harus kembali. Karena nanti akan ada foto keluarga." Matt beranjak dari tempat tidur, dia menatap Leonyca dengan sendu. "Hanya aku yang boleh menjadi pacarnya Ony!" Leonyca mengangkat bahunya acuh tak acuh.

"Matt, hari ini suasana hatiku sangat senang, jadi aku tidak mau bertengkar dengan Matt. Mengerti?" Matt berkacak pinggang dan dia menatap Matt dengan tatapan pura-pura marah.

Matt menunduk, wajahnya kembali kusut. "Aku juga tidak pernah mau bertengkar denganmu, Ony. Tolong, kasihanlah padaku sedikit."

"Matt, aku keluar dulu, ya. Aku lapar, aku ingin makan, dan aku tidak ingin terjadi, aww...." Leonyca meringis saat Matt mencekal kedua tangannya.

"Kalau aku menginginkan sesuatu terjadi, bagaimana?" Matt menarik Leonyca semakin dekat.

"Aku akan mengadu pada papa dan mama!" jerit Leonyca, Matt memejamkan matanya.

"Aku ingin ini," Matt mengecup bibir Leonyca sekilas, melepaskan tangan Leonyca, dan beralih pada pinggang gadis itu.

"Matt, begini saja-" Matt mencium bibir Leonyca, tidak ingin mendengar ucapan Leonyca. Leonyca tidak ada pilihan selain pasrah karena sesungguhnya dia juga ingin.

Matt menggendong Leonyca, lalu dia mundur sampai terduduk di tempat tidur. Melingkarkan tangan Leonyca di lehernya, dan dia menahan pinggang dan tengkuk Leonyca.

"Ony, aku tidak ingin kita berpisah," ucap Matt di sela-sela ciuman mereka. Setelah di rasa cukup, Matt langsung membenamkan wajahnya di dada Leonyca, dia menangis.

Leonyca mengangkat wajah Matt sampai mereka saling berhadapan. Dia mendekatkan wajahnya dan mengecup kedua kelopak mata Matt yang terpejam.

"Sudah, jangan menangis lagi, Matt. Ternyata Matt sangat cengeng, ya?" Leonyca mengusap air mata Matt. Dia juga melepaskan jas, rompi, dan dasi Matt. Membuka kemeja Matt, hanya baju kaos berwarna putih yang melekat pada tubuh lelaki itu.

"Ony ingin kita melakukan itu?" tanya Matt dengan polos, Leonyca menggeleng.

"Matt berkeringat, padahal di sini tidak panas." Leonyca memeluk Matt dengan manja, lalu melepasnya lagi.

"Pokoknya, saat aku nanti sudah pindah, Matt tidak boleh nakal, ya!" Matt mengangguk saja.

"Aku ingin Ony cepat menjadi gadis dewasa, aku ingin Ony hamil anakku saja, agar mereka tidak mengekang hubungan kita lagi," Matt menurunkan tali gaun Leonyca.

"Aku ingin menikah dengan Ony, aku tidak peduli kita keluarga kandung," Matt menunduk dan mengecup pundak gadisnya itu yang hanya diam saja.

"Tapi, aku ingin Ony selesai sekolah dulu, aku tidak ingin merusak masa depan Ony," Matt menaikkan kembali tali gaun Leonyca. Dia tersenyum lebar melihat pipi Leonyca yang merona.

"Ternyata Matt tidak berengsek!" kata Leonyca menyembunyikan wajahnya menggunakan kedua telapak tangannya. Matt menarik tangan Leonyca, dia mengecup kening itu.

PREDESTINATIONTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang