15. Best Moment?

22K 1.8K 314
                                    

"Apa Ony mau men...." Leonyca memukul dada Matt membuat Matt tidak menyelesaikan ucapannya.

Leonyca menggigit lengan Matt dengan pelan, gadis itu benar-benar ingin menghajar Matt karena telah meninggalkannya.

"Ony, dengarkan aku dulu, setelah itu Ony bebas memukul aku sesuka hati Ony," ucap Matt membuat Leonyca mengerucutkan bibirnya. "Hei, jangan cemberut lagi, oke?" Leonyca mengumpat kesal membuat Matt terkekeh pelan.

"Apa, hah?" Tanya Leonyca dengan ketus.

"Ony, apa Ony tahu kalau selama ini aku tidak berniat meninggalkan Ony?" Tanya Matt dengan lembut membuat Leonyca melepaskan pelukannya.

"Kenapa, hah? Apa sekarang kamu berniat meninggalkan aku lagi? Iya, Matt?!" Tanya Leonyca meneriaki Matt dan air mata sudah membasahi wajah tirus Leonyca.

Matt memeluk Leonyca lagi, "tidak, Ony. Ya, Tuhan ... kenapa Ony berpikir seperti itu?" Leonyca mengusap air matanya dengan kasar.

"Memang itu kenyataannya, kan? Matt berjanji tidak akan meninggalkan aku lagi, tapi nyatanya Matt tetap pergi. Kalau Matt tidak senang padaku, ya sudah! Matt tidak perlu mendekati aku lagi, tidak perlu membuang waktu untukku lagi!" Pekik Leonyca.

Matt semakin mengeratkan pelukannya, lalu dia mengecup kening Leonyca. Matt tersenyum membuat Leonyca semakin kesal. "Justru aku senang bisa terus berdekatan dengan Ony. Mulai sekarang, Ony tidak boleh berpikiran negatif terus padaku atau pada siapa pun. Mengerti?" Leonyca mengangguk-anggukan kepalanya.

Leonyca mendorong Matt dengan pelan, lalu dia menatap Matt dengan kesal. "Matt tidak romantis! Harusnya Matt menghapus air mataku seperti yang ada di film-film itu," rajuk Leonyca membuat Matt menahan tawanya.

Matt melepaskan pelukannya dan membingkai wajah Leonyca dengan kedua tangannya. Dia mengusap wajah Leonyca dari air mata, lalu mengecup kening Leonyca lagi.

"Jadi apa yang akan Matt katakan tadi?" Tanya Leonyca sembari tersenyum dengan lebar.  Matt beralih pada tangan Leonyca, dia menggenggam tangan Leonyca dengan erat dan mengecup punggung tangan Leonyca membuat gadis itu tersipu malu.

"Apa Ony mau menungguku? Maksudku, apa Ony mau menungguku hingga aku selesai kuliah?" Tanya Matt dengan senyum di bibirnya.

"Aku tidak mau, Matt! Aku tidak suka menunggu! Ya ampun, rasanya aku ingin sekali menarik rambutmu sampai kamu botak!" Pekik Leonyca namun dia tertawa dengan kuat membuat Matt merasa takjub.
"Bwahahaha ... aduh ... perutku sakit...." Leonyca memegangi perutnya dengan sebelah tangannya.

"Kakiku juga sakit, kepalaku yang berharga ini juga sakit, tapi itu tidak masalah karena sudah ada Matt di sini," kata Leonyca menatap Matt penuh arti.
Matt merogoh kantung jaket yang dia pakai, lalu dia mengeluarkan benda kecil dari sana.

"Ony, apa Ony mau menikah denganku?" Tanya Matt membuat Leonyca ternganga. "Menikah? Apa? Menikah?" Tanya Leonyca, Matt mengangguk lantas memasangkan sebuah cincin di jari manis Leonyca.

"Menikah seperti apa?" Tanya Leonyca dengan polosnya. Dia menatap cincin yang dipasangkan Matt dengan wajah yang berbinar-binar.

"Menikah itu nanti kita menjadi sepasang suami-istri," jawab Matt yang mendapat pukulan dari Leonyca. "Kalau itu aku juga tahu Matt. Oke, abaikan pertanyaan konyolku tadi," kata Leonyca, dia memeluk Matt lagi.

"Iya, Matt. Aku mau menikah denganmu setelah aku lulus nanti. Meski akan banyak rintangan, aku akan tetap menikah denganmu. Aku tidak mau menikah dengan lelaki mana pun selain dengan Matt. Awas saja kalau Matt dekat-dekat dengan gadis lain, aku akan menghajarmu!" Geram Leonyca membuat Matt bergeming.

PREDESTINATIONTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang