Sebelum baca, klik bintang dibawah dulu ya🌼
Selamat membaca, Guys❤
__________________Satu bulan kemudian...
Hari demi hari telah berlalu dan berhasil dilewati seorang pria bernama Matt dengan penuh sabar untuk kesembuhan kakinya. Dengan dikelilingi orang-orang yang dia sayangi tentu saja membuat Matt semakin semangat. Terlebih Leonyca yang hampir tiap hari menemaninya. Kini kaki Matt sudah berangsur baik dan dia sudah bisa berjalan walau belum lihai. Dan kadang dia masih memakai tongkatnya.
Kini Matt sedang duduk di sofa yang ada di ruang tengah rumah mereka bersama Nara dan Lory. Ada juga Nadia dan Evano yang duduk berseberangan dengan Matt.
"Jadi?" tanya Matt memulai pembicaraan. Yah, setidaknya dia masih menunggu kejutan yang dijanjikan Lory padanya.
"Matt, begini..." Lory yang duduk di sebelah Matt menyentuh punggung tangan Matt. "Aku tidak tahu harus mulai dari mana."
"Ada apa, Ma?" Matt menatap sang ibu kebingungan. Mata Lory sudah berkaca-kaca.
"Matt, sebenarnya kamu bukan anak kandung kami." Dengan berat hati Lory akhirnya mengatakannya pada Matt. Sementara Matt tidak tahu harus senang atau sedih.
Satu sisi dia senang karena hubungannya dengan Leonyca pasti semakin lancar, namun di sisi lain dia tidak senang saat melihat Nadia. Dan Matt menduga kalau Nadia ibu kandungnya. Karena dulu dia pernah datang ke rumah Nadia.
"Matt..." Matt tersadar dari pikirannya.
"Lalu siapa orangtua kandungku? Apa dia?" Matt menatap Nadia yang tersenyum lebar padanya. Lory mengangguk.
"Kenapa bisa?"
"Singkat ceritanya, dulu saat Mamamu melahirkan, bayinya masih dalam keadaan sehat. Dan bayi tersebut ada di ruang bayi bersama bayi yang lain. Saat aku ingin membawa bayi kami ke ruangan di mana Mamamu di rawat, aku sungguh terkejut. Tubuh bayinya kaku dan sekujur tubuhnya membiru. Aku sungguh panik. Tanpa pikir panjang, aku menukar bayi itu dengan bayi lain yang seumuran dan mengganti tandanya. Aku sangat menyesal." Nara menghela napasnya pelan. Dia menatap Matt penuh sesal.
"Lalu aku membawamu ke ruangan Mamamu sebelum ketahuan perawat. Dan memang tidak ada yang curiga akan hal itu. Aku berpura-pura seolah tidak ada yang terjadi dan aku menyimpan rahasia ini puluhan tahun."
"Kenapa Papa setega itu? Tahu tidak, selama ini aku sangat tersiksa, Pa! Aku sampai putus asa karena tidak bisa menahan perasaanku pada Leonyca. Aku sampai meninggalkan Leonyca karena aku tidak bisa terima takdirku! Dan yang lebih parah lagi, Papa tega memisahkan aku dengan orangtua kandungku! Apa Papa tidak memikirkan perasaan orangtuaku, Pa? Egois!" Matt bangkit berdiri, lalu dia melangkah dengan perlahan menuju kamarnya.
"Bagaimana ini?" tanya Nadia dengan pelan, wajahnya pucat.
"Matt butuh waktu, Ma." Evano mengelus punggung ibunya.
"Maafkan aku." Nadia mengangguk. Untuk marah pun dia tidak sanggup lagi. Dan tidak ada gunanya juga. Yang penting dia sudah menemukan putra pertamanya. Karena Nadia memang tidak percaya putranya meninggal saat itu. Dua puluh enam tahun lebih dia mencari dak terus berharap agar bisa menemukan putranya, kini penantiannya telah berakhir.
Ruangan itu mendadak hening. Beberapa saat kemudian, Matt kembali ke ruang tengah. Dia kembali duduk. Matt menghela napasnya.
"Kami tidak memaksa Matt tinggal bersama kami. Tapi kami berharap Matt mau tinggal bersama kami." Suara Nadia begitu lembut.
"Beri aku waktu, Tante." Nadia mengangguk. Dia menahan tangisnya.
Ya, Matt membutuhkan waktu untuk menerima dan terbiasa dengan hal baru ini. Bahkan untuk memanggil Nadia dengan sebutan mama pun dia membutuhkan waktu. Matt tahu ini bukan salah Nadia, tapi salah Nara. Namun, kalau tidak diganti Nara saat itu, mungkin Matt tidak akan bertemu dengan Leonyca. Maka dari itu, Matt mensyukuri semuanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
PREDESTINATION
Teen Fiction[Seri Kedua My Little Girl] Klise, ketika dua insan manusia yang saling mencintai, tapi mereka terikat hubungan darah. •Matt Morris Christover (21) sudah menyukai bahkan mencintai keponakannya sejak lama. •Leonyca Reyner Reland (16) gadis yang benar...