7. MattOny

25.8K 2.3K 327
                                    

Matt bangkit berdiri dari duduknya lalu dia melangkah menuju kulkas. Dia menatap kulkas kosong itu dengan lama, sampai pelukan hangat itu menyadarkan Matt kembali.

"Matt, Ony kangen...." desis Leonyca membuat Matt terkekeh pelan. Dia menutup kulkas tersebut, kemudian membalikkan tubuhnya. Dia juga memeluk Leonyca.

"Iya, Ony...." ucap Matt sembari mengulum senyumnya. Karena Leonyca sudah mengucapkan kata yang sama sebanyak tiga kali.

"Ony, kenapa memakai bajuku? Kan, baju Ony ada di lemari," Leonyca meringis pelan, dia mencubit pinggang Matt dengan gemas dengan wajahnya yang cemberut.

"Memangnya kenapa? Tidak bisa, ya?" tanya Leonyca dengan ketus. Matt hanya tertawa pelan, lalu dia melepas kuciran rambut Leonyca.

"Ony, jangan di ulang lagi! Jangan menjerit di kamar mandi kalau tidak ada apa-apa. Mengerti?" Leonyca menggeleng. Dia melepaskan pelukan mereka lalu melayangkan tinjunya ke dada Matt dengan pelan.

"Memangnya kenapa? Ony, kan hanya memanggil, bukan menyuruh Matt masuk. Jadi, jangan salahkan Ony!" Dengus Leonyca dengan angkuhnya sambil melipat tangannya di dada.

Leonyca menatap Matt dengan tajam, sementara Matt yang di tatap seperti itu hanya bisa bergerak dengan salah tingkah.

"Tetap saja, Ony! Bagaimana kalau tadi aku tidak bisa menahannya? Bagaimana kalau tadi aku adalah seorang pria berengsek? Bagaimana, hah?" tanya Matt membuat Leonyca mengerucutkan bibirnya.

"Dasar! Tapi Ony tahu kalau Matt bukan lelaki berengsek. Tapi, bakat untuk menjadi lelaki berengsek, ada!" Pekik Leonyca tepat di depan wajah Matt.
Matt menaikkan sebelah alisnya membuat Leonyca menggerutu kesal.

"Ony tidak punya bukti!" Balas Matt dengan ketus dan dia menahan tawanya melihat wajah Leonyca yang merona.

"Ada! Tadi masuk ke dalam kamar mandi saat Ony sedang mandi dan tidak mengenakan apa pun! Dulu Matt juga lepas kendali, kan?" Leonyca menjewer telinga Matt, dan lelaki itu hanya tertawa dengan kuat.

"Aduh ... maaf, ya, Ony...." ucap Matt tanpa menyesal sedikit pun.

Leonyca melepaskan jewerannya, dia memeluk Matt dengan erat. Dia bergelayut manja pada lelaki itu.

"Terima kasih, Matt. Ony sangat suka kalungnya," ucap Leonyca sembari mendongakkan kepalanya. Matt mengangguk-anggukan kepalanya, dia mengecup kening gadis itu.

"Tapi Matt masih mempunyai hutang pada Ony!" Ketus Leonyca, dia menggigit pelan lengan Matt.

"Hutang apa, hmm?" Tanya Matt dengan gemas. Dia menggendong Leonyca dan membawa gadis itu ke ruang makan.

"Oleh-oleh yang sangat banyak!" Rajuk Leonyca, Matt mendesah dalam hati. Dia menatap wajah Leonyca yang mengguratkan kekecewaan.

"Maaf, ya, Ony. Aku benar-benar lupa," ucap Matt penuh sesal. Sebenarnya tidak hanya lupa, tapi benar-benar tidak ada waktu untuk pergi ke mana-mana saat itu. Apa lagi dia yang pulang secara mendadak.

Matt mengusap wajah Leonyca, dia mengecup kening Leonyca lagi.

"Tidak apa-apa. Matt pasti sangat sibuk di sana. Ony tidak apa-apa, kok...." jawab Leonyca dengan wajahnya yang kembali cerah.

Matt menghela napasnya dengan lega. Dia mulai menyuapi Leonyca makan, memang harus membutuhkan rayuan dan bujukan agar Leonyca mau makan. Matt dengan sabar menyuapi Leonyca sampai Leonyca selesai.

"Ony, jangan malas makan, Sayang. Nanti Ony sakit lagi...." ucap Matt sembari mengusap mulut Leonyca.

Leonyca hanya diam, dia meraih makanan milik Matt lalu dia juga menyuapi Matt tanpa membuka mulutnya sedikit pun.

PREDESTINATIONTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang