Nadia membuka pintu rumahnya saat bel berbunyi terus menerus.
Wanita itu menggerutu dalam hati karena orang yang menekan bel itu tidak sabaran."Dave!" pekik Nadia saat pintu sudah terbuka lebar. Dia langsung memeluk suaminya itu dengan erat.
"Dave, kenapa kamu tidak mengatakan padaku kalau kamu pulang?" tanya Nadia mendongakkan kepalanya.
"Kejutan," bisik Dave membalas pelukan Nadia.
"Ayo kita masuk," kata Nadia sembari melepaskan pelukannya. Dia menarik tangan Dave masuk ke dalam rumah, membawa lelaki itu menuju kamar mereka.
"Dave, apa kamu yakin kalau putra pertama kita dulu meninggal?" tanya Nadia dengan hati-hati. Dia melepaskan dasi Dave, membantu lelaki itu melepaskan kancing kemejanya.
"Dave, kenapa kamu diam saja?" tanya Nadia lagi.
"Memangnya kenapa?" tanya Dave membuat Nadia merengut.
"Aku merasa kalau Matt itu adalah putra kita. Setelah aku melihat wajahnya dengan jelas dan dekat, Matt sangat mirip denganmu," kata Nadia dengan semangat. "Pasti Matt itu putraku. Aku akan memintanya dari orangtua asuhnya," lanjut Nadia saat Dave tidak menjawab.
"Nad, kamu yakin?" tanya Dave, sesungguhnya dia khawatir.
"Aku sangat yakin," jawab Nadia.
"Tapi kita tidak mempunyai bukti," sela Dave membuat Nadia menundukkan kepalanya.
"Aku akan mencari buktinya. Aku akan mencari tahu semuanya, Dave. Aku akan mencari tahu ke rumah sakit tempatku dulu bersalin," kata Nadia dengan ambisinya yang tidak bisa terbantahkan.
"Nad, aku takut kamu kecewa lagi nantinya," kata Dave, dia memegang bahu Nadia agar bisa lebih tenang.
"Aku tidak masalah kalau merasakan kecewa lagi, asal aku bisa menemukan kebenarannya. Aku hanya ingin tahu!" pekik Nadia dan dia mulai menangis.
"Aku merasakannya, Dave. Aku merasakan perasaan itu kepada Matt, sama seperti perasaanku pada Evan. Aku merasakan ikatan batin itu," kata Nadia. Suaranya mulai melemah.
"Nad, tenangkan dulu dirimu, nanti setelah pikiranmu sudah tenang, kita ke rumah sakit, ya?" Nadia mengangguk.
"Aku berharap kalau Matt itu adalah anak kita, Dave...." kata Nadia dengan lirih. Dave tidak menjawab, dia memeluk Nadia dengan erat.
Dulu Nadia pernah mengalami depresi saat dia mengetahui putranya yang baru dia lahirkan telah tiada. Butuh waktu yang lama untuk menyembuhkan depresi wanita itu. Sehingga empat tahun kemudian, Nadia mengandung lagi dan berhasil melahirkan seorang anak lelaki, yaitu Evano.
Saat melihat Matt, Nadia merasa kalau Matt itu adalah putranya. Menghidupkan kembali harapan itu.
"Aku ingin melihat foto Matt sewaktu kecil," kata Nadia, tubuh Dave mendadak kaku.
"Untuk apa?" tanya Dave.
"Aku ingin melihatnya, Dave. Karena saat dulu aku sempat melihat bahkan menyusuinya. Bayiku dulu baik-baik saja, sehat-sehat saja. Apa salah aku berharap kalau Matt itu putraku yang hilang? Kamu membohongi aku, kamu mengatakan kalau putraku sudah meninggal. Iya kan, Dave? Kamu berbohong, kan saat itu?" tanya Nadia, dia menatap wajah suaminya itu dengan sendu.
"Iya," jawab Dave membuat tangis Nadia semakin pecah.
"Sudah kuduga ... Matt pasti anakku, anak kita," kata Nadia, dia tersenyum sambil menangis.
"Besok kita harus datang ke rumah Devany, Matt ada di sana," kata Nadia dengan semangat, Dave mengangguk saja.
★•••★
KAMU SEDANG MEMBACA
PREDESTINATION
Teen Fiction[Seri Kedua My Little Girl] Klise, ketika dua insan manusia yang saling mencintai, tapi mereka terikat hubungan darah. •Matt Morris Christover (21) sudah menyukai bahkan mencintai keponakannya sejak lama. •Leonyca Reyner Reland (16) gadis yang benar...