Sebelum baca, klik bintang dibawah dulu ya🌼
Selamat membaca, Guys❤
__________________Evano menyambut seorang pria bertubuh tinggi dan tegap dengan semringah. Pria itu hanya memasang wajah datarnya seperti biasa. Rambutnya di sisir ke belakang dan terlihat mengkilap karena cahaya lampu. Tubuhnya terbalut jas hitam dan pria itu terlihat gentleman dengam setelan yang rapi melekat di tubuhnya.
"Akhirnya Papa pulang." Evano tersenyum lebar. Mereka belum memberitahu soal Matt pada lelaki yang bernama David atau biasa dipanggil Dave.
Dave hanya mengangguk. Dia melangkah masuk ke rumah dan langkahnya terhenti di ruang tengah saat menyadari ada sosok asing yang duduk di sofa. Evano yang mengekori sang ayah mendekati Matt.
"Pa, dia ini Matt." Dave maju tiga langkah. Dia masih berdiri sambil memerhatikan Matt dari kaki sampai kepala. Wajahnya tanpa ekspresi, tatapannya juga tajam, dan mengintimidasi.
"Siapa?" tanya Dave dengan suara beratnya. Evano tidak menjawab karena dia melihat sang ibu sudah keluar dari kamar.
"Dave, akhirnya kamu pulang." Nadia melangkah menuju ruang tengah, wanita itu duduk di sebelah Matt yang hanya diam.
Nadia tersenyum, "Namanya Matt. Dave, aku tidak tahu menjelaskannya dari mana, tapi yang pasti Matt ini adalah putra kita."
Dave mengusap keningnya, dia menghela napasnya. Dia sama sekali tidak memercayai ucapan Nadia meski istrinya itu bicara dengan serius.
"Aku terus mencarinya, hingga akhirnya aku menemukan dia. Dave, kemarilah...." Dave tidak bergeming. Dia hanya menatap tajam Matt yang juga menatapnya.
"Apa Anda ayah kandungku?" tanya Matt membuat Dave melonggarkan dasinya. Dia pun akhirnya duduk di sofa dan terus menatap Matt, sepertinya Dave sedang meneliti Matt.
"Sedikit mirip dengan Evan." Dave menyenderkan tubuhnya ke sofa.
"Matt putra kita, Dave. Dia tidak meninggal. Orangtua yang merawatnya juga sudah mengakuinya. Percayalah padaku," ucap Nadia meyakinkan.
Dave mengalihkan tatapannya ke Nadia, memerhatikan tubuh istrinya itu. Dia mengerang dalam hati karena Nadia jauh lebih kurus dari terakhir dia pergi, bahkan wajah itu pucat.
"Oh, begitu...." ucap Dave dengan cuek membuat Nadia dan Evano menghela napas. Lalu ruangan itu hening, mereka sibuk dengan pikiran masing-masing sampai akhirnya Nadia angkat bicara karena tidak tahan dengan keheningan di ruangan itu.
"Aku tahu kamu butuh waktu untuk menerima Matt. Tapi, Tuhan telah menjawab doa-doa kita, Dave. Puluhan tahun kita jalani dengan menunggu keajaiban ini." Nadia masih terus meyakinkan suaminya.
Wajah Dave masih tanpa ekspresi.
"Ya sudah. Mungkin Papa lelah dan harus istirahat, Ma. Papa istirahat saja dulu. Lagi pula ini sudah larut, besok kita bicarakan ini lagi." Evano mendekati Dave dan menepuk bahu lelaki itu dua kali. Dave mengangguk, dia berdiri dan melenggang pergi dari ruang tengah.
Evano menghela napasnya. Dia mendekati Matt sambil tersenyum tipis.
"Papa memang seperti itu, Matt. Mudah-mudahan nanti hatinya meluluh. Aku tahu dia pasti senang, hanya saja masih terkejut dengan kabar yang mendadak ini." Matt hanya mengangguk saja.
"Ya sudah, kita juga istirahat saja," ucap Nadia.
Matt berdiri begitu juga dengan Nadia. Lalu mereka melangkah menuju kamar yang ada di sebelah kamar Evano. Evano menolak satu kamar dengan Matt karena di kamarnya masih banyak foto-foto Leonyca. Kalau Matt melihatnya, bisa-bisa terjadi perang dingin diantara mereka.
KAMU SEDANG MEMBACA
PREDESTINATION
Teen Fiction[Seri Kedua My Little Girl] Klise, ketika dua insan manusia yang saling mencintai, tapi mereka terikat hubungan darah. •Matt Morris Christover (21) sudah menyukai bahkan mencintai keponakannya sejak lama. •Leonyca Reyner Reland (16) gadis yang benar...