Leonyca menatap lurus ke depannya, tangannya mengepal, dan wajahnya memperlihatkan kalau dia sedang kesal dan marah.
Leonyca sekarang ada di dalam kamar Leonard, dia menundukkan kepalanya. Helaan napas itu terdengar lagi, Leonyca bangkit berdiri lalu dia keluar dari kamar Leonard.
Menutup pintu dengan pelan dan dia menuruni tangga dengan langkahnya yang hati-hati agar tidak terjatuh.
Setelah sudah ada di lantai dasar, Leonyca melangkah menuju kamar Nick dan Devany.
Dia membuka pintu dan memasukkan kepalanya untuk melihat keadaan kamar orangtuanya. Dia melihat sang ayah yang sedang berdiri di depan jendela.
"Pa...!" panggil Leonyca mendekati Nick. Nick membalikkan tubuhnya lalu dia tersenyum.
Leonyca duduk di sofa yang ada di kamar itu, Nick melangkah menuju sofa dan duduk d sebelah Leonyca.
"Mama di mana?" tanya Leonyca menundukkan kepalanya.
"Mama di kamar oma kamu," jawab Nick yang memerhatikan wajah Leonyca yang cemberut.
"Oh," Leonyca bergumam pelan.
"Ony kenapa, Nak?" Nick mengelus kepala Leonyca.
"Pa, aku ingin berbicara penting pada Papa dan mama," desis Leonyca membuat kening Nick berkerut.
"Apa itu? Apa yang ingin Ony bicarakan, hmm?" tanya Nick dengan lembut.Leonyca menyelipkan rambutnya ke balik telinga dan dia mengembuskan napasnya dengan kasar. "Aku ingin pindah sekolah dan pindah dari sini," ucap Leonyca membuat Nick terkejut.
"Pindah? Kenapa Ony ingin pindah?" tanya Nick dengan cemas. Leonyca memaksakan senyumnya, "Aku ingin pindah! Pokoknya aku harus pindah!" pekik Leonyca, saat dia hendak bangkit berdiri, Devany masuk ke dalam kamar dan menghampiri suami dan putrinya itu.
Leonyca mengusap air matanya dengan kasar, "Ma, aku tidak mau tinggal di sini lagi, aku ingin pindah! Aku juga ingin pindah sekolah!" kata Leonyca memelankan suaranya.
"Tidak! Ony tidak boleh ke mana-mana. Tidak boleh pindah, Nak," kata Devany tidak setuju dengan Leonyca.
"Ma, aku ingin pindah. Tolong aku!" kata Leonyca menundukkan kepalanya.
Devany duduk di sebelah Leonyca, dia menarik Leonyca kepelukannya, "kenapa Ony ingin pindah?" tanya Devany.
"Aku tidak mau di sini lagi," kata Leonyca menggelengkan kepalanya. "Tapi kenapa, Nak? Ceritakan pada kami," Devany menitikkan air matanya.
"Aku tidak mau dekat-dekat lagi dengan Matt, Ma, Pa...," ucap Leonyca dengan lirih.
"Nanti papa akan menyuruh Matt saja yang pergi, Nak...." Leonyca kembali menggeleng.
"Tidak perlu, biar aku saja yang pergi tanpa sepengetahuan Matt. Aku akan menjauh sejauh mungkin darinya, oma tidak suka padaku karena selalu berdekatan dengan Matt," ucap Leonyca mengeratkan pelukannya.
"Nanti mama akan berbicara pada oma," kata Devany dengan pelan. Dia mengecup puncak kepala Leonyca sekilas.
"Tidak, Ma ... aku tidak mau kalian bertengkar karena aku. Memang sudah sepantasnya aku tidak suka pada Matt," kata Leonyca yang mulai jujur pada kedua orangtuanya tentang perasaannya kepada Matt.
"Ony, dengarkan mama, Sayang...," kata Devany melepaskan pelukan mereka. "Kalau Ony ingin pindah, mama ikut dengan Ony," ucap Devany dengan lirih.
"Tidak, Ma! Aku ingin sendiri saja!" jerit Leonyca tertahan. Nick menyentuh jemari Devany agar tidak menyela Leonyca. Agar Leonyca bisa lebih tenang dulu.
KAMU SEDANG MEMBACA
PREDESTINATION
Teen Fiction[Seri Kedua My Little Girl] Klise, ketika dua insan manusia yang saling mencintai, tapi mereka terikat hubungan darah. •Matt Morris Christover (21) sudah menyukai bahkan mencintai keponakannya sejak lama. •Leonyca Reyner Reland (16) gadis yang benar...