12. Why?

20.1K 2K 357
                                    

Leonyca membuka matanya dengan cepat, dia melihat ke arah jendela yang terbuka, sudah gelap.

Leonyca meraih tasnya dan kunci rumah itu lalu dia berjalan dengan tergesa-gesa menuju pintu keluar.

Setelah sudah ada di luar, Leonyca mengunci pintu dan meninggalkan tempat itu.

Dia melangkah dengan cepat menembus gelapnya malam. Sampai akhirnya, Leonyca sampai di jalan umum. Dia menunggu taksi yang lewat, lalu saat sudah berhasil mendapatkan taksi, Leonyca langsung masuk ke dalam taksi dan menyebutkan alamat rumahnya.

Sama seperti tadi, membutuhkan waktu yang lumayan lama untuk sampai di rumah.

Setelah naik taksi memakan waktu sejam lebih—karena macet—, taksi berwarna kuning itu sampai juga di halaman rumah Leonyca. Leonyca memberikan uang seratusan dua lembar kepada sopir taksi lalu keluar dari taksi tersebut.

Dia masuk ke dalam pekarangan rumahnya dan saat sudah ada di teras rumah, Leonyca dapat merasakan kalau suasana rumah itu sedang tegang dan mencekam.

Di depan pintu, Devany mondar-mandir menunggu Leonyca sedari tadi siang sambil menangis. Leonyca melewati Devany begitu saja.

Devany mengejar langkah Leonyca, lalu memeluk putrinya itu dari belakang.

"Ony, jangan pergi lagi, Nak...." isak Devany. Leonyca menghela napasnya jengah. Dia melepaskan tangan Devany lalu melangkah gontai menuju tangga. Dia dapat melihat keluarganya yang duduk bersitegang di ruang keluarga.

Devany mengikuti langkah Leonyca, seakan sang ibu tidak menyerah.

"Ony, apa lagi yang harus mama lakukan, Nak?" tanya Devany membuat Nick, Jackson, Jason, dan Leonard bangkit berdiri dan mendekati ibu dan anak itu.

Leonyca menatap Devany dengan lekat-lekat. Wajah sang ibu begitu pucat dengan mata yang bengkak.

Leonyca memegang lengan Devany, dia memeluk Devany dengan erat. Devany juga melakukan hal yang sama, berharap hati Leonyca akan mencair.

Leonyca tahu kalau sang ibu belum ada mengisi perutnya sejak kejadian itu.

Leonyca melepaskan pelukan mereka, dia menatap Devany yang menangis terus menerus. Leonyca mengusap air mata sang ibu, dia mengalihkan tatapannya kepada sang ayah dan ketiga saudaranya.

Leonyca mendekat, memeluk mereka satu per satu tanpa berbicara apa pun.

"Ony, kenapa Ony membeli rumah tanpa sepengetahuan papa, hmm?" Tanya Nick saat masih memeluk Leonyca.

"Yang punya rumah mendatangi papa, Nak. Dan memberikan surat-surat rumahnya. Kenapa Ony melakukannya? Kenapa Ony bisa tahu rumah di kawasan hutan itu, hmm?" Leonyca hanya diam. "Ony bahkan menghabiskan semua tabungannya," lanjut Nick. Leonyca mendongak dan menatap sang ayah dengan sesal. Nick memang sengaja tidak menjemput Leonyca karena dia tahu kalau Leonyca akan kembali.

"Maaf, Papa...." Desis Leonyca. Dia tidak menyangka kalau perbuatannya di ketahui oleh Nick. Dia tidak memikirkan sampai sejauh itu.

Nick melepaskan pelukan mereka saat melihat Devany memegangi kepalanya. Dia mendekati Devany yang hampir ambruk ke lantai, lalu menggendong istrinya itu dan membawanya ke kamar. Devany pingsan, mungkin wanita itu sudah kehabisan tenaga, apa lagi tidak ada makanan yang masuk ke perutnya. Hanya air mineral saja.

Leonyca berdiri mematung, sementara ketiga saudaranya mengikuti langkah Nick ke kamar.

Leonyca menghela napasnya jengah lalu melangkah menuju kamar orangtuanya. Dia hanya berdiri di depan pintu, tak berniat mendekat.

PREDESTINATIONTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang