Leonyca masih berdiri di bandara untuk menanti kedatangan Matt. Sesekali dia menghela napasnya, wajah itu begitu murung. Sekarang dia ada di Bandar Udara Internasional Soekarno-Hatta.
"Kenapa Matt tidak kembali juga?" desis Leonyca sambil mengusap pelan wajahnya dari tetesan air mata.
Dengan berat hati, Leonyca melangkahkan kakinya meninggalkan tempat itu.
Dia melirik jam di tangannya, kembali menghela napasnya. Melangkah gontai menuju parkiran, dia mendapati Leonard yang ketiduran di dalam mobil.Leonyca masuk ke dalam mobil lalu menepuk wajah Leonard sehingga lelaki itu terbangun. Leonard adalah saudara kembar Leonyca.
"Sudah?" tanya Leonard membuat kekecewaan di hati Leonyca semakin bertambah.
"Belum, Bang...." jawab Leonyca dengan lirih.
Leonard mengelus kepala Leonyca dengan lembut, lalu dia melajukan mobilnya.
"Ony, kan aku sudah bilang kalau Matt tidak akan kembali dalam waktu dekat ini. Percuma saja Ony menunggu Matt setiap hari di bandara." Leonard menghela napasnya jengah.
Dia sangat kasihan melihat Leonyca yang setiap harinya dihabiskan untuk menunggu Matt pulang. Sejak seminggu lalu, sejak Leonyca keluar dari rumah sakit, dan saat Matt pulang ke luar negeri, Leonyca tidak banyak bicara lagi, dia lebih banyak melamun bahkan mengurung dirinya di kamar.
"Ony, jangan seperti ini terus, Sayang...! Tadi mama sudah menanyakan Ony padaku, sepertinya mama sudah mulai curiga pada kalian. Jadi, bersikap seperti dulu atau mama akan terus mencurigai Ony." Leonyca mengerutkan keningnya, dia menatap Leonard tak yakin. "Ony, Matt itu ingin benar-benar fokus pada kuliahnya, Ony juga harus fokus pada sekolah Ony dulu," lanjut Leonard membuat Leonyca mendengus tidak suka.
Dia mengalihkan pandangnya menuju kaca jendela mobil, dan wajah itu kembali basah karena air matanya. Kepergian Matt benar-benar membuat Leonyca sedih.
"Mama sudah tahu kalau Ony menyukai Matt, Bang...." desis Leonyca membuat Leonard terkesip. "Setelah Matt pergi, mama datang ke kamar Ony dan Ony mengatakan yang sebenarnya," lanjut Leonyca tanpa menatap Leonard. Leonard melajukan mobil menuju Mangga Dua, Jakarta Utara yang memakan waktu hampir lima puluh menit dari bandara.
"Oh, apa gara-gara itu Ony bertengkar dengan mama?" Leonyca menggeleng. Leonard terdiam, dia kembali fokus pada jalanan di depannya. Tidak berapa lama, mereka sampai di rumah.
Setelah saat mobil berhenti di garasi, Leonyca langsung turun dan berlari memasuki rumah tanpa menunggu Leonard.
Leonard mendesah dalam hati, dia tidak habis pikir melihat Leonyca."Padahal masih banyak lelaki lain, tapi Ony tetap saja tidak bisa berpaling dari Matt. Lagi pula, apa sih hebatnya si Matt itu? Soal wajah masih aku yang menang, lebih kerenan aku juga. Ya ampun, orang seperti Matt itu wajahnya sudah pasaran, selera Ony memang tidak sebagus seleraku," celoteh Leonard, lalu dia keluar juga dari mobil.
★•••★
Leonyca menjatuhkan tubuhnya di tempat tidurnya. Dia mengerucutkan bibirnya karena Matt sama sekali belum ada menghubunginya. Ia sudah mengganti pakaiannya menjadi pakaian rumahan.
"Matt ke mana, sih? Kenapa Matt tidak pernah menelepon? Matt memang bodoh!" geram Leonyca sambil mengacak-acak kamarnya.
Leonyca mengambil posisi duduk, lalu turun dari tempat tidurnya. Dia melangkah menuju jendela kamar, lalu duduk di jendela kamarnya, menggigit jarinya dengan gemas.
"Besok, Ony tidak mau ke rumah Evan. Ony, kan bukan perawat!" gerutunya kesal. Evan atau Evano adalah lelaki seumuran Leonyca yang duduk di kursi roda. Leonyca masih ingat betul bagaimana kondisi Evano saat pertama kali ia melihat lelaki itu. Tapi, sekarang kondisi Evano sudah sangat baik berkat Leonyca, karena Leonyca adalah sumber semangat bagi Evano.
KAMU SEDANG MEMBACA
PREDESTINATION
Teen Fiction[Seri Kedua My Little Girl] Klise, ketika dua insan manusia yang saling mencintai, tapi mereka terikat hubungan darah. •Matt Morris Christover (21) sudah menyukai bahkan mencintai keponakannya sejak lama. •Leonyca Reyner Reland (16) gadis yang benar...