Leonyca mendengus pelan dan dia mengerucutkan bibirnya karena mengetahui Jackson dan Jason sudah akan pergi lagi.
Dia juga sedang merajuk pada Matt karena lelaki itu terus menggodanya, jadilah Ony memerintahkan Matt untuk membelikan ice cream untuknya sebagai hukuman untuk Matt.
"Ony, cepat sembuh, ya. Nanti kalau Ony sudah sembuh, kita akan pergi jalan-jalan bersama Mine. Oke?" Leonyca mengangguk pelan. Meski dalam hati dia ingin menjerit, tapi Leonyca menahannya. Leonyca membalas pelukan Jason yang memeluknya dengan erat.
"Janji?" Tanya Leonyca yang di balas dengan anggukan dari Jason. Leonyca melepaskan pelukan mereka lalu dia menatap Jackson yang duduk di sisi kirinya. Sementara Jason di sisi kanan Leonyca.
"Bang, aku tidak ingin Abang pergi lagi, apa lagi itu keluar kota," ucap Leonyca menahan tangisnya. Jackson membawa adik kesayangannya itu ke pelukannya. "Maaf, ya, Ony. Tapi urusan pekerjaan memaksa aku harus pergi," balas Jackson dengan berat hati.
"Tapi kalian baru saja kembali. Kalian berubah menjadi orang yang sulit di temui. Kalian sibuk dengan urusan kalian sendiri, dan aku di campakkan!" Pekik Leonyca mendorong Jackson lalu menutup wajahnya menggunakan kedua tangannya.
"Ony, kami tidak mencampakkan, Ony. Kami juga punya kesibukan sendiri, Ony jangan seperti anak kecil seperti ini. Tolong mengerti, Ony...." Desah Jackson berusaha tidak membentak adiknya itu.
Tangis Leonyca semakin pecah, rasa kesepian itu kembali mengisi kekosongan hatinya. Ternyata meskipun sudah ada Matt, namun itu tidak cukup untuk menghilangkan rasa kesepian dan kekosongan di hati Leonyca.
"Baiklah, ini yang terakhir!" Kata Leonyca lalu dia bangkit berdiri. Leonyca melangkah dengan pelan menggunakan tongkatnya. "Ini yang terakhir aku berbicara dengan kalian!" Lanjut Leonyca membuat Jackson dan Jason bangkit berdiri.
Leonyca mengangkat sebelah tangannya lalu dia berlalu dari hadapan kedua saudaranya itu.
Leonyca memasuki kamar di sebelah kamar Nick dan Devany, lalu menutup pintu dengan kuat."Siapa yang seperti anak kecil? Apa salah aku menginginkan mereka tinggal lebih lama di sini?" Leonyca duduk di tempat tidur lalu membuang tongkatnya dengan asal.
"Sial! Mereka semua memang sialan!" Pekik Leonyca dengan kesal. Leonyca mengusap air matanya dengan kasar. Dia juga membuka perban di kakinya yang masih bengkak.
"Jangan ganggu aku, sialan!" Jerit Leonyca saat pintu kamarnya terbuka. Leonyca memiringkan wajahnya dan dia melihat Devany yang berdiri mematung di depan pintu.
"Mama...." Desah Leonyca dengan pelan lalu dia membuang wajahnya. Devany mendekat dan duduk di sebelah Leonyca. Sempat kaget juga karena Leonyca kembali mengucapkan kata-kata kasar.
"Ony, ada apa, Nak?" Tanya Devany dengan lembut. Dia menarik Leonyca ke pelukannya dan mengelus punggung Leonyca yang bergetar.
"Apa pun yang diucapkan mereka, Ony jangan memasukkan ke dalam hati, ya, Nak...." Pinta Devany, Leonyca hanya diam. Dia memeluk Devany dengan erat dan membenamkan wajahnya di dada sang ibu.
"Ony lapar?" Tanya Devany saat mendengar perut Leonyca yang keroncongan. Leonyca melepaskan pelukan mereka, dia menatap Devany sendu dan Leonyca mengerucutkan bibirnya lagi.
"Tidak. Aku tidak lapar!" Pekik Leonyca membuat Devany tersenyum. Wajah Leonyca memerah lalu dia memeluk sang ibu lagi, kembali membenamkan wajahnya di dada sang ibu.
"Ony ingin makan apa?" Tanya Devany. Leonyca menggeleng pelan,mendongakkan kepalanya dan menatap Devany penuh arti.
"Mama, apa aku boleh meminta sesuatu?" Twnya Leonyca. "Tentu saja, Ony ingin apa?" "Aku ingin adik...."Jawab Leonyca membuat Devany mengerutkan keningnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
PREDESTINATION
Teen Fiction[Seri Kedua My Little Girl] Klise, ketika dua insan manusia yang saling mencintai, tapi mereka terikat hubungan darah. •Matt Morris Christover (21) sudah menyukai bahkan mencintai keponakannya sejak lama. •Leonyca Reyner Reland (16) gadis yang benar...