Matt menjalankan kursi rodanya keluar dari pintu belakang rumah yang dia tempati. Untuk pertama kalinya, dia memberanikan diri untuk keluar dari rumah sejak kecelakaan yang menimpanya. Di pahanya dia letakkan buku gambar, cat, dan kuas gambar.
Yang Matt temukan pertama kali di belakang rumah adalah tumpukan sampah dan tidak ada jalan yang mengharuskan Matt kembali masuk ke dalam rumah untuk keluar dari pintu utama.
Dia menutup pintu dapur, lalu keluar dari pintu utama. Setelah sudah ada di luar, Matt langsung memutar kursi rodanya tanpa menutup pintu.
Dia menatap sekeliling pekarangan rumah yang semak. Kerutan itu terlihat jelas di dahinya.
"Ini di mana?" tanya Matt pada dirinya sendiri. Dia menyipitkan matanya saat tak melihat satu pun orang di sekitarnya. Bahkan rumah-rumah yang bertetangga dengan rumah Ratu, pintu dan jendelanya tertutup rapat.
"Aku merasa aneh," desah Matt dan dia menjalankan kursi rodanya kembali. Keluar dari area rumah Ratu. Dia terus berusaha memutar kursi rodanya meski jalanan rusak.
Dia kesulitan sekali, tapi tetap terus berusaha. Dia hanya mengikuti jalan lurus meski dia tidak tahu nanti berakhir di mana.
"Aku benar-benar tidak tahu tempat ini," kata Matt dengan pelan. Sampai akhirnya Matt sampai di perbatasan desa dengan hutan, barulah dia berhenti.
Matt menatap lurus ke depannya. Dia bisa melihat dua sejoli yang melangkah menjauhinya.
"Sepertinya aku mengenal postur tubuh wanita itu." Matt kembali menjalankan kursi rodanya dengan tergesa-gesa.
"Dia mengenakan jaket bertopi kelinci dan berwarna merah muda? Sepertinya itu tidak asing lagi." Matt menyentuh jantungnya yang tiba-tiba berdesir.
"Apa itu Ony? Tapi sepertinya bukan. Tapi kenapa aku sangat yakin sekali, ya?" Matt berusaha semakin cepat karena dua sejoli di depannya sudah semakin jauh.
"Ony!!!" jerit Matt dengan kuat.
"Ony!!! Ini aku, Ony!!!" jeritnya lagi sampai wajahnya memerah.
Sementara itu, di tempat yang sama, Leonyca menghentikan langkahnya.
"Kenapa?" tanya Patch, tapi Leonyca menaikkan tangannya agar Patch tidak berbicara.
Leonyca membalikkan badannya, dia menyentuh telinganya. Dia sangat yakin kalau tadi ada yang memanggil namanya. Tapi di belakang mereka tidak ada siapa pun.
Leonyca melangkah cepat, dia mencari dari mana asal suara tadi.
"Ony!!!"
Leonyca semakin mempercepat langkahnya dan Patch mengikuti langkah Leonyca dari belakang. Entah kenapa rahangnya mengeras.
"Hei, tunggu!" bentak Patch menarik lengan Leonyca.
"Lepaskan! Aku sangat yakin kalau tadi ada yang memanggil namaku!"
"Tidak ada yang memanggil namamu! Kalau ada pun, itu hanya halusinasimu saja!"
"Tidak! Aku mendengarnya lebih dari sekali!" Leonyca menepis tangan Patch, dan dia berlari mengikuti jalan yang tadi mereka lewati. Sampai akhirnya dia melihat satu titik dari kejauhan. Yang Leonyca lihat, seorang lelaki yang duduk di kursi roda dengan samar-samar.
"Nah, pasti dia yang memanggilku tadi," kata Leonyca saat melihat tangan lelaki itu melambai-lambai.
"Matt?!!!" Leonyca tersenyum lebar saat sudah bisa melihat jelas wajah lelaki yang duduk di kursi roda.
"Kamu pikir kamu mau ke mana, hah?!"
"Lepaskan aku, Patch!"
"Lihat itu!" bentak Patch menunjuk ke arah Matt. Leonyca menatap ke depan, lalu dia menundukkan kepalanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
PREDESTINATION
Teen Fiction[Seri Kedua My Little Girl] Klise, ketika dua insan manusia yang saling mencintai, tapi mereka terikat hubungan darah. •Matt Morris Christover (21) sudah menyukai bahkan mencintai keponakannya sejak lama. •Leonyca Reyner Reland (16) gadis yang benar...