Dengan berteriak, Feng Jian berkata, "Kau menculikku! Apa kau membawaku ke sini hanya untuk dilempar begitu saja?"
"Sedikit pun tidak salah."
"Apa maksudmu?"
Sun Jian tertawa dan ia membedal kuda meninggalkan Feng Jian. Ia merasa tidak perlu menjelaskan perbuatannya.
Feng Jian marah dan memaki. Seluruh perkataan kotor keluar dari mulutnya, kemudian menangis tersedu.
Ia menangis bukan karena tulangnya sakit terjatuh tadi, bukan pula karena harus pulang jalan kaki. Ia menangis karena tahu Mao Wei tidak akan mempercayai kata-katanya, juga tidak percaya bahwa Sun Jian tidak melakukan apa-apa padanya.
Bila Sun Jian benar-benar melakukannya, Feng Jian malah merasa tidak sakit hati.
Memang terkadang di dunia ini terdapat semacam perempuan yang tidak bisa membedakan antara harga diri dan penghinaan.
Feng Jian adalah perempuan semacam itu. Jika orang lain menghinanya, ia malah senang. Jika tidak menghinanya, harga dirinya malah terganggu.
Ya, mengapa Sun Jian tidak melakukannya?
Harga diri Feng Jian sungguh terusik. Selamanya ia tidak bisa mengerti maksud Sun Jian.
Padahal, Sun Jian melakukan itu hanya ingin agar Mao Wei tahu bagaimana rasanya bila istri diculik orang. Ia pun sengaja menculik Feng Jian, sekali pandang ia bisa mengenali istri macam apa perempuan itu. Karenanya, ia perlu memberi pelajaran.
Sekali tepuk dua nyawa!
*
Hutang darah bayar darah, pikir Sun Jian. Bukankah itu yang diajarkan Lao Bo?
Lao Bo menggunakan cara seperti ini untuk membunuh penjahat, pikirnya dalam hati. Sun Jian tidak bisa memikirkan cara yang lebih baik lagi, karena memang tidak ada cara yang lebih baik daripada caranya itu. Memikir apa yang telah ia lakukan, Sun Jian tertawa sendiri.
Lao Bo tidak pernah memberi petunjuk cara membereskan masalah. Sun Jian percaya, jika Lao Bo sendiri yang melakukannya, belum tentu akan lebih baik daripada caranya tadi.
Dalam beberapa tahun ini Sun Jian sedikit demi sedikit merasa sudah bisa meniru cara dan teknik Lao Bo memecahkan masalah.
Dan Sun Jian merasa sangat puas.
*
Senja.
Lao Bo masih berada di taman bunga.
Ia sedang membuang ulat yang berada pada sekuntum chrysan serta menggunting dedaunan yang layu.
Itulah bagian dari pekerjaannya. Lao Bo senang melakukan pekerjaan itu sendiri. Itu adalah hiburan dan hobinya, dan karenanya ia tidak memberi pekerjaan membuang ulat dan menggunting daun pada orang lain.
Di saat itu Wen Hu dan Wen Bao bersaudara masuk. Lao Bo meletakkan gunting yang dipegangnya.
Menghadapi anak buah pun bagian dari pekerjaannya. Ketika bekerja, ia akan lakukan dengan sepenuh hati. Begitu pula saat ia melaksanakan hobi dan kesenangannya. Lao Bo tidak mencampuradukkan kedua tugas itu.
Wen Hu dan Wen Bao, dua pemuda sangat pemberani, sering melakukan tugas berat. Wajah mereka mulai keriput, apakah karena tugas yang dipikul terlalu berat?
Wajah itu kali ini pun terlihat lelah. Dua hari ini mereka telah bekerja keras. Tapi hanya dengan melihat senyum Lao Bo, kelelahan itu seketika lenyap.
Sambil tersenyum, Lao Bo bertanya, "Apa tugas kalian sudah selesai?"
Wen Hu menjawab penuh hormat, "Ya."
KAMU SEDANG MEMBACA
Meteor, Kupu - kupu, dan Pedang (Liu Xing Hu Di Jian) - Gu Long
Misteri / ThrillerSemasa hidupnya, Gu Long pernah mengakui bahwa dirinya sangat terpengaruh para pengarang Barat, antara lain Mario Puzo dengan Godfathernya, Ian Fleming dengan James Bond, dan Agatha Cristie dengan kisah teka-teki pembunuhannya. Ramuan dari para peng...