Wu Lao Dao sudah mulai mabuk.
Ia sangat berterima kasih pada Lao Bo. Inilah hari pernikahan putranya, ia berharap Lao Bo bisa menghadiri pesta ini. Namun, ia paham, Lao Bo tidak mungkin datang.
Walau Wu Lao Dao kecewa, tapi tidak seberapa sedih karena Lu Xiang Chuan hadir di pesta ini.
Setelah pesta usai, Lu Xiang Chuan baru pulang. Ia meninggalkan dua jagonya, Wen Hu dan Wen Bao, guna menjaga Wu Lao Dao.
Para tamu sudah pulang. Pelayan sedang minum-minum, beristirahat dan bercengkrama di dapur. Sepasang pengantin pun sudah masuk kamar.
Di ruang tamu hanya tinggal Wu Lao Dao sendiri. Melihat lilin yang hampir habis, pikiranya melayang senang sekaligus sedih.
'Anak lelakiku sudah menikah, aku memang semakin tua,' pikirnya dalam hati sambil mulai merencanakan tempat tenang dan sepi guna menghabiskan masa tua.
Saat itu ia mendengar suara langkah kaki mendekati.
Orang itu sepertinya sudah mabuk, lebih mabuk daripada Wu Lao Dao, datang dari taman menuju ruang tamu. Ia bukan hanya mabuk, juga terlihat bodoh, penampilannya sangat lugu, langsung menghampiri Wu Lao Dao.
Tapi Wu Lao Dao tidak mengenalinya. Di antara teman-teman Wu Lao Dao tidak ada yang bodoh dan lugu seperti ini.
"Apa kau mencari Lao Song? Mereka sedang di dapur." Wu Lao Dao menduga lelaki itu teman juru masaknya.
Lelaki itu menggeleng, dengan suara mabuk bergumam, "Yang kucari adalah kau."
"Mencariku? Ada urusan apa?"
Sebelum sempat mengatakan apa pun, lelaki itu ambruk, tapi masih sempat melambaikan tangan.
"Kau ingin menyampaikan sesuatu?"
Susah payah orang itu mengangguk.
Terpaksa Wu Lao Dao menghampiri dan membungkukkan badan, "Bicaralah!"
Lelaki itu berkata terengah, "Aku ingin..."
Suaranya serak dan mabuk. Wu Lao Dao tidak mendengar cukup jelas. Terpaksa ia lebih mendekatkan diri dan bertanya, "Apa yang ingin kau sampaikan?"
"Aku ingin..." nafasnya begitu berat.
Posisi mereka begitu dekat. Tapi saat orang itu bicara, tidak tercium bau arak dari mulutnya.
Wu Lao Dao tertegun. Hanya sedetik, namun sudah terlambat.
Lelaki itu menyelesaikan ucapannya tepat di sisi telinga Wu Lao Dao, "... membunuhmu!"
Saat perkataan terahir terucap, seutas tali sudah menjerat leher Wu Lao Dao. Saat tali ditarik, sebilah pisau sudah menggorok lehernya.
Nafas Wu Lao Dao seketika tersekat, ia seperti ikan yang meloncat ke permukaan jatuh ke darat, menggelepar untuk diam selamanya.
Lelaki itu berdiri tegak, beberapa saat menatap Wu Lao Dao. "Aku sudah bilang ingin membunuh, ya kubunuh kau. Aku, Wang Er Dai, tidak pernah bohong!"
'Dai' yang berarti bodoh.
Tapi ia tidak bodoh.
*
Pasangan pengantin, Xiao Wu dan Dai Dai, saling berpelukan. Begitu erat, seakan tidak terpisahkan.
"Kau milikku." Lembut Xiao Wu mengecup bibir Dai Dai sambil memejam mata.
Nafas Dai Dai begitu harum. Sedemikian harumnya, membuatnya jadi mengantuk.
Seketika Xiao Wu merasa sesuatu yang tidak beres. Ia meronta bangun, tapi kaki dan tangan tidak mengikuti perintahnya. Pikiran pun terasa melompong.
KAMU SEDANG MEMBACA
Meteor, Kupu - kupu, dan Pedang (Liu Xing Hu Di Jian) - Gu Long
Misterio / SuspensoSemasa hidupnya, Gu Long pernah mengakui bahwa dirinya sangat terpengaruh para pengarang Barat, antara lain Mario Puzo dengan Godfathernya, Ian Fleming dengan James Bond, dan Agatha Cristie dengan kisah teka-teki pembunuhannya. Ramuan dari para peng...