Sembilan puluh hari lagi.
Tapi keadaannya masih sama seperti dua puluh sembilan hari yang lalu, informasi tentang Lao Bo masih sangat terbatas.
Entah bagaimana kelihaian Lao Bo, seperti apa pula ilmu silatnya, Meng Xin Hun tidak tahu.
Pada serangan di hari ulang tahun itu, jemari Lao Bo sama sekali tidak bergerak. Ketenangan yang sungguh menakutkan.
Berapa banyakkah anak buah Lao Bo? Seberapa tangguhkah mereka?
Meng Xin Hun tidak tahu.
Ia hanya melihat seorang pemuda berdiri di belakang Lao Bo, sangat terpelajar, dan di balik bajunya tersimpan entah berapa banyak senjata rahasia.
Juga ada Sun Jian, putra Lao Bo, pemuda dengan semangat tempur seperti api membara mengerikan.
Ia mendapat kabar, keduanya sudah meninggalkan kota. Apakah di sisi Lao Bo masih ada pelindung lain setangguh mereka?
Siapa pula si Jubah Kelabu? Di mana ia sekarang?
Meng Xin Hun seorang pembunuh berdarah dingin, berhati dingin, bertangan dingin. Tapi ia menilai si Jubah Kelabu terlebih kejam dan dingin lagi.
Ketika melihat cara membunuh sekejam dan secepat itu, timbul rasa takut di hati Meng Xin Hun.
Meng Xin Hun sudah pernah coba mencari tahu tentang si Jubah Kelabu. Hasilnya nihil, ia tidak mendapat apa-apa.
Kebiasaan dan kehidupan sehari-hari Lao Bo pun ia tidak tahu, juga tidak tahu di mana tempat tinggal Lao Bo.
Taman chrysan itu begitu luas, di dalamnya terdapat tujuh belas ruangan. Di ruangan mana Lao Bo tinggal?
Pun taman bunga Lao Bo tidak hanya chrysan itu saja, masih terbentang taman-taman lain: taman bunga mei, mawar, mudan, belum lagi kebun bambu.
Setiap taman saling berhubungan. Meng Xin Hun tidak punya informasi seberapa luas total keseluruhan taman bunga Lao Bo.
Kabarnya, jika seseorang berjalan dengan cepat mengelilingi seluruh taman, satu hari pun tidak cukup.
Sejak hari ulang tahun itu, Meng Xin Hun tidak pernah melihat Lao Bo lagi. Sepertinya, Lao Bo tidak pernah menginjakkan kaki di luar daerah kekuasaannya.
Bagaimana penjagaan di taman itu? Berapa banyak penjaga dan jebakannya? Meng Xin Hun tidak tahu.
Untuk order membunuh kali ini, begitu banyak hal menyangkut target sasaran yang belum ia ketahui.
Ia tidak mau gegabah.
*
Waktu makan malam.
Ia ingin makan, sederhana saja dan tidak berlebihan, karena ia beranggapan terlalu banyak makan bisa membuat pikiran dan pergerakan lamban.
Mungkin karena pengalaman masa kecilnya yang prihatin, berhari-hari tidak makan, dan kini profesinya selaku pembunuh, ia merasa tubuhnya jadi seperti hewan.
Terkadang ia merasa seperti kelelawar; pagi tidur, malam keluar. Atau seperti ular; makan hanya sekali, kemudian berhari-hari baru makan lagi.
Tapi sekarang ia lapar.
Meng Xin Hun memilih rumah makan yang tidak teralu besar, tidak terlalu kecil, tidak begitu sepi, juga tidak begitu ramai.
Ia selalu memilih tempat yang tidak mencolok, tidak memancing perhatian.
Beberapa orang keluar masuk dari rumah makan. Ada lelaki, ada perempuan, ada yang muda, juga ada yang berpenampilan kaya raya. Meng Xin Hun berharap ia bisa seperti mereka.
KAMU SEDANG MEMBACA
Meteor, Kupu - kupu, dan Pedang (Liu Xing Hu Di Jian) - Gu Long
Mystery / ThrillerSemasa hidupnya, Gu Long pernah mengakui bahwa dirinya sangat terpengaruh para pengarang Barat, antara lain Mario Puzo dengan Godfathernya, Ian Fleming dengan James Bond, dan Agatha Cristie dengan kisah teka-teki pembunuhannya. Ramuan dari para peng...