Sejak berusia lima, Lin Xiu sudah mahir menunggang kuda.
Waktu itu ayah dan pamannya senang berjudi, terkadang mereka menang dan membawa pulang banyak uang.
Kehidupannya pernah begitu baik, sedemikian baiknya hingga ia bisa dihadiahi seekor kuda yang gagah dan indah. Selain itu, kandang di rumahnya pun penuh terisi beragam kuda.
Tapi itu tidak berlangsung lama. Judi seperti rawa-rawa. Sekali melangkah ke dalamnya, kau tidak bisa keluar dan akan menghisapmu hingga mati.
Maka akhirnya di dalam kandang sudah tidak ada seekor kuda pun. Dan ia sudah tidak lagi merasa senang dan bahagia.
Yang ditinggalkan oleh ayahnya kemudian hanya hutang semata. Ia telah menasehati ayahnya hingga lelah. Tapi hasilnya sama saja, bahkan hutang semakin menumpuk.
Karena itu ia menikahi Lu Xiang Chuan.
Tapi Lin Xiu tidak pernah menyesali pernikahannya dengan Lu Xian Chuan. Sebab ia adalah suami terbaik, teman terakrab, kekasih tercinta.
Seandainya Lin Xiu mati dan hidup kembali, sungguh ia berharap dalam kehidupannya kelak tetap bisa mendapat suami bernama Lu Xiang Chuan.
Tangannya sudah basah berkeringat dingin. Air matanya terus mengalir dan menetes terbang terbawa angin seiring derap kuda yang dipacunya.
Sungguh ia menghawatirkan suami tercinta.
Entah apa ia bisa menyusulnya? Sungguh ia takut tungganganya keburu mati kelelahan sebelum mampu menyusul sang suami memberi tahu khabar ini: Han Tang sudah mati!
Ia sungguh ketakutan. Takut kudanya keburu roboh dan tidak bisa bangun lagi.
Tiba-tiba kuda tunggangannya benar-benar roboh. Seakan palu raksasa dari langit menghajarnya hingga tumbang.
Lin Xiu terjatuh dari kuda. Begitu pusing dan pening. Ia merasa asin di sudut bibirnya.
Darah?
Lin Xiu berusaha bangun. Tapi seketika itu juga ia menjerit melihat kuda tunggangannya.
Kuda itu tadinya berbulu putih. Tapi sekarang bulu putihnya sudah kehitaman. Darah yang keluar dari mulut dan hidung kuda itu pun kehitaman.
Kuda segagah itu tiba-tiba mati, pasti diracun!
Kenapa kuda itu diracun? Siapa yang meracuni?
Memikirkan ini tubuh Lin Xiu tiba-tiba menjadi dingin. Han Tang sudah mati tapi Lu Xiang Chuan ditugaskan membunuh Han Tang.
Dan sekarang kuda ini!
Apakah sudah ada yang merencanakan dan mengetahui bahwa ia akan menunggangi kuda itu?
Jika ya, rencana siapakah ini?
Maka ia berlari sekencangnya.
*
Purnama tertutup awan.
Belum jauh berlari, tiba-tiba ia menabrak seseorang.
Tubuh orang itu sangat keras, membuatnya terjengkang.
Dari bawah ia menengadah menatap lekaki itu.
Tawa sosok itu begitu menyeramkan.
Sekarang ia mengerti. Semua ini adalah bagian dari rencana busuk lelaki itu. Yang meracuni kudanya pun pasti lelaki itu.
Di bawah temaram purnama Lin Xiu akhirnya mengenali sosok berdiri di hadapannya.
Feng Hao!
Tapi untuk apa Feng Hao menyusun rencana ini?
*
Kebanyakan perempuan ditakdirkan pandai bersandiwara. Begitu pula Lin Xiu.
Perlahan ia berdiri. Wajahnya yang ketakutan dan penuh kemarahan sudah tidak terlihat lagi. Sebaliknya, ia terlihat senang dan ceria.
Lin Xiu tertawa manis. "Tidak kusangka bisa bertemu denganmu di sini, pasti ini hari keberuntunganku."
Feng Hao memandangnya, menggeleng, "Bukan, ini bukan hari keberuntunganmu."
Lin Xiu menarik nafas, "Seharusnya tidak kupilih kuda ini."
"Sebenarnya, di dalam kandang hanya kuda ini yang sudah dipasangi pelana."
Lin Xiu mengela nafas. "Tadinya aku sempat merasa beruntung sudah ada kuda terpasang pelana, juga sempat bersyukur kuda berpelana ini bisa berlari begitu cepat." Ia melirik tunggangan Feng Hao. Tanpa pelana. "Kuda yang kau tunggangi apakah kuda tercepat di kandang itu?"
"Hanya kuda tercepat yang bisa mengejar kuda cepat lainnya," jawab Feng Hao dingin.
"Kau sengaja mengejarku?"
Feng hao mengangguk.
"Kenapa?"
"Lao Bo menyuruhmu pulang."
Lin Xiu tertawa renyah. "Sebetulnya aku juga ingin pulang, tapi belakangan ini aku sedang bosan dan kesal. Karena itu, kutunggangi kuda buat berjalan-jalan. Tidakkah kau tahu aku senang berkuda?" Lin Xiu membersihkan tanah dan debu dari bajunya. "Lantas, bagaimana kita pulang? Menunggang satu kuda berdua?"
"Sepertinya begitu."
Lin Xiu perlahan mendekati Feng Hao. "Sejak dulu aku hanya berkuda berdua dengan Lu Xiang Chuan, apa kau mau membuatnya cemburu?" Tiba-tiba ia berlari ke sana. "Lebih baik aku pulang sendiri menunggang kudamu. Sebaiknya kau pulang saja belakangan." Belum habis kata-katanya, ia sudah di atas kuda, siap melarikan diri.
Tiba-tiba tangannya telah dipegang seseorang.
Sekali tarik ia jatuh terbanting ke tanah.
"Sungguh kau tidak sopan padaku!" teriak Lin Xiu hampir menangis.
KAMU SEDANG MEMBACA
Meteor, Kupu - kupu, dan Pedang (Liu Xing Hu Di Jian) - Gu Long
Mystery / ThrillerSemasa hidupnya, Gu Long pernah mengakui bahwa dirinya sangat terpengaruh para pengarang Barat, antara lain Mario Puzo dengan Godfathernya, Ian Fleming dengan James Bond, dan Agatha Cristie dengan kisah teka-teki pembunuhannya. Ramuan dari para peng...