Meng Xin Hun menggali lubang di bawah sebuah pohon.
Seorang profesional tidak akan meninggalkan jejak. Sekali ceroboh, bisa membuat nyawa binasa.
Semua nama dan peristiwa yang tercantum di dalam baku sudah dihafalkannya. Ia yakin bisa mengingat semua.
Sekarang ia siap menjalankan tugas!
Saat pertama menjalankan tugas, biasanya ia tidak tenang. Tapi makin lama, ia akan makin tenang karena terbiasa.
Namun kali ini ia tidak setenang biasa. Apa karena tugas-tugas terdahulu hanya untuk membalas budi Gao Lao Da? Sementara sekarang semata demi mencapai tujuan hidup sendiri?
Sun Yu Bo harus mati.
Membunuh demi kebenaran adalah satu hal. Membunuh demi honor adalah hal yang lain. Honor demi menghidupi orang-orang yang ia cintai.
Memikirkan hal ini ia menjadi sedih, seakan ingin lari dari kenyataan hidup.
Tidak selamanya kenyataan itu indah!
Akhirnya ia memutuskan untuk tidak mau tahu apa pun lagi. Tapi satu hal tetp ia sadari: sudah tahu salah toh masih mau menjalankan ini!
Meng Xin Hun menghela nafas, berjalan menuju taman bunga Lao Bo. Walau sudah malam, ia tidak ingin menunggu pagi.
*
Di bawah sinar bulan, taman bunga itu terlihat sangat indah.
Tidak terlihat seorang pun. Sunyi. Sepi. Hanya tercium wangi yang terhembus angin malam.
Wangi chrysan.
Sepertinya taman itu tidak berpenjaga. Enteng Meng Xin Hun melangkah masuk.
Tiba-tiba terdengar bunyi lonceng. Seketika delapan belas panah keluar dari semak.
Meng Xin Hun juga bergerak, melesat lebih cepat dari panah. Meloncat sigap, sekejap saja sudah di tengah kembang, meninggalkan hujan panah di belakang.
Bunga-bunga terlihat cantik. 'Tempat ini pasti lebih aman,' pikirnya.
Tapi dari tengah kerimbunan chrysan, seketika golok-golok berterbangan.
Empat buah golok.
Satu menusuk kaki, satu menusuk pinggang. Satu lagi masih menunggu, entah menusuk ke arah mana. Dan yang keempat jatuh dari atas, siap memenggal kepala.
Karena pohon chrysan sangat pendek, ia tidak bisa sembunyi atau meloncat ke tempat yang lebih tinggi.
Sepertinya Meng Xin Hun pasti akan terkena tusukan golok-golok itu. Entah satu tusukan, atau keempatnya sekaligus.
Nyatanya yang dilakukan Meng Xin Hun sederhana saja, ia bukannya melompat, melainkan tiarap sejajar dengan pepohonan chrysan.
'Jika satu jalan sudah buntu, kau harus cari jalan yang lain!' begitu kata gurunya.
Tapi tidak semua kungfu Meng Xin Hun didapat dari gurunya. Kungfu gurunya tidak lincah, tapi kungfu Meng Xin Hun sangat lincah. Kalau tidak lincah, sejak dulu ia sudah menjadi mayat.
Ia banyak belajar dari pengalaman.
Tubuhnya sudah menyup ke dalam semak bunga. Begitu masuk, ia menginjak golok yang mengarah kaki dan mengayun kepalan memukul tangan dan merebut golok yang mengarah pinggang.
Karena merunduk sejajar tanah, golok yang mengarah kepala lewat begitu saja, sementara satu golok yang hanya diam bersiaga ia tendang seketika ke udara.
Ia tidak menggunakan jurus yang aneh-aneh. Jurusnya biasa-biasa saja. Tapi gerakannya luar biasa tepat dan cepat.
Walau tangan Meng Xin Hun sudah berhasil merebut sebuah golok, ternyata di balik semak-semak terdapat lebih banyak golok lagi.
KAMU SEDANG MEMBACA
Meteor, Kupu - kupu, dan Pedang (Liu Xing Hu Di Jian) - Gu Long
Mystery / ThrillerSemasa hidupnya, Gu Long pernah mengakui bahwa dirinya sangat terpengaruh para pengarang Barat, antara lain Mario Puzo dengan Godfathernya, Ian Fleming dengan James Bond, dan Agatha Cristie dengan kisah teka-teki pembunuhannya. Ramuan dari para peng...