22. Mata-mata

771 30 0
                                    

Tempat tinggal Lu Xiang Chuan seperti bajunya, bersih, sederhana, dan tampak biasa.

Ia tidak suka berlebihan, tidak suka mengenakan baju yang aneh-aneh, juga kata-katanya pun apa adanya. Ia beranggapan sesuatu yang berlebihan adalah pemborosan.

Hanya orang bodoh yang melakukan pemborosan. Dan orang bodoh pada akhirnya jadi pecundang.

Rumah Lu Xian Chuan sangat sepi, tidak terlihat Lin Xiu, hanya dua pembantu sedang menjahit baju diterangi pelita yang benderang.

Begitu melihat Lao Bo, mereka sangat terkejut.

Secepat kilat Lao Bo masuk dan bertanya, "Di mana Nyonya kalian?"

Kedua pembantu gemetar menjawab, "Di kandang kuda."

Malam-malam di kandang kuda, untuk apa?

Setiap pesilat suka kuda yang bagus. Demikian juga Lao Bo.

Tapi ia tidak menganggap kuda sebagai mainan, melainkan alat transportasi, karena itu Lao Bo jarang mengurusi kuda-kudanya dan menyerahkan pada ahlinya. Perawat kudalah yang melakukan hal itu membuat kuda-kuda Lao Bo terawat baik.

Perawat kuda bertugas merawat kuda. Penjaga kuda menjaga kuda. Kalau malam tentu tidak ada perawat kuda, adanya penjaga kuda. Lao Bo bertanya padanya, "Apa istri Lu Xiang Chuan ke mari?"

"Nyonya Lu baru saja kelar, membawa kuda dari pintu samping."

Wajah Lao Bo masih tanpa ekspresi. Tiba-tiba ia memangil, "Feng Hao!" Ia tidak membalik tubuh karena tahu Feng Hao pasti ada di sana.

Benar saja, terdengar jawaban, "Siap!"

"Kejar dia dan bawa kembali!"

Feng Hao mengerti maksud Lao Bo.

'Bawa dia kembali' artinya hidup atau mati harus membawa dia kembali.

Feng Hao langsung mencemplak ke atas kuda.

Kuda tanpa pelana.

*

Itu seperti selembar kertas biasa.

Tapi itu bukan kertas biasa, di atasnya tertulis sejumlah data.

Lin Xiu: orang Hang Zhou, anak tunggal.

Ayah: Lin Zhing Yang, menguasai kungfu Shaolin, senang berjudi. Punya dua istri dan satu adik lelaki bernama Lin Zhong He.

Ibu: Li Qi, sudah meninggal

Perlahan Lu Man Tian mengembalikan kertas itu pada Lao Bo yang langsung menyimpannya di dalam sebuah buku.

Lao Bo banyak memiliki buku seperti itu. Lu Man Tian tahu, selama seseorang belum mati, Lao Bo pasti memiliki data orang itu.

Pernah Lao Bo berkata padanya, 'Selain kungfu dan anak buah yang setia, informasi adalah kekuatan utama organisasi kita.'

Sekarang Lao Bo membuka catatan yang lain dan menyodorkannya pada Lu Man Tian.

Lin Zhong He: Orang tua sudah meninggal, punya seorang kakak lelaki bernama Lin Zhing Yang. Hobi suka berjudi, menguasai kungfu Shaolin, banyak hutang, dan tiba-tiba bisa melunasi hutang-hutangnya dalam dua tahun. Yang melunasinya, Wan Peng Wang melalui Jin Peng.

Tangan Lu Man Tian tiba-tiba membeku, seperti sedang memegang bongkahan es.

Lao Bo tetap memandangnya, menanti pendapatnya.

Akhirnya Lu Man Tian bisa berkata, "Apa istri Lu Xiang Chuan mata-mata?"

"Menggunakan merpati untuk menyampaikan khabar lebih baik daripada memasaknya menemani minum arak," jawab Lao Bo.

"Apa Lu Xiang Chuan mengetahuinya?"

Lao Bo tidak langsung menjawab, setelah lama terdiam baru berkata, "Yang pasti, mata-matanya bukan Lu Xiang Chuan. Kalau dia mata-mata, pasti tidak akan mengatakannya pada Lin Xiu."

Lu Man Tian paham maksudnya.

"Ke mana dia pergi? Perempuan yang serakah belum tentu perempuan yang pintar!" kata Lao Bo lagi.

Lu Man Tian menghela nafas. "Kita sudah salah paham pada Lu Xiang Chuan, ternyata dia bukan orang semacam itu."

"Aku tidak menyangka dia bisa begitu percaya pada perempuan!"

"Semoga dia bisa mengalahkan Tie Peng," Lu Man Tian berharap.

Lao Bo menggeleng. "Masalahnya, selain Tie Peng masih banyak tokoh lain di penginapan itu. Sepertinya ini umpan Wan Peng Wang agar aku menghantar Lu Xiang Chuan ke sana."

Bergidik Lu Man Tian membayangkan mereka telah menyodorkan Lu Xiang Chuan ke tangan musuh. Katanya dengan melompat, "Aku akan pergi, tidak akan kubiarkan dia mati!"

"Kali ini aku yang turun tangan," kata Lao Bo tenang.

Berubah wajah Lu Man Tian. "Kau mau turun tangan sendiri? Sebaiknya jangan kau yang turun tangan menghadapi semua bahaya ini."

"Semua orang bisa turun tangan sendiri, kenapa aku tidak bisa?"

"Wan Peng Wang sudah memasang umpan. Mungkin umpan itu bukan untuk Lu Xiang Chuan, melainkan untukmu."

"Maka biarlah mereka berhadapan langsung denganku. Akan kutunjukkan bahwa seorang Lao Bo tidak mudah dikalahkan."

*

Tubuh Lin Xiu menempel seakan ia bagian dari kuda itu.

Kuda yang ditungganginya adalah kuda tercepat di antara tiga kuda terbaik di kandang Lao Bo.

Meteor, Kupu - kupu, dan Pedang (Liu Xing Hu Di Jian) - Gu LongTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang