"Sepertinya dia anak Sun Yu Bo," jawab salah seorang anak buahnya.
"Maksudmu Sun Yu Bo yang biasa dipangil Lao Bo itu?"
"Benar, ia senang dipanggil Lao Bo."
"Ada apa anaknya mencariku?"
"Kata orang, Lao Bo senang berteman. Mungkin dia datang buat berteman dengan Tuan."
Sesungguhnya anak buah Mao Wei tahu mengapa Sun Jian datang, mereka hanya memilih kata-kata yang enak didengar majikannya.
Mao Wei tertawa. "Kalau begitu, persilahkan masuk."
Sun Jian tidak perlu dipersilahkan masuk, ia sudah masuk sendiri sebab tidak suka menunggu terlalu lama di luar. Mereka yang melarangnya sudah terkapar dan tidak dapat bangun.
Mao Wei berdiri dan memelototinya.
Sun Jian tidak berlari, juga tidak melompat, namun hanya dengan dua tiga langkah ia telah berada di hadapan Mao Wei. Tidak ada yang bisa melukiskan kecepatan geraknya.
Mao Wei mulai takut. "Apa Tuan yang bernama Sun?"
Sun Jian hanya mengangguk, balik bertanya, "Dan kau adalah Mao Wei?"
"Apa maksud Tuan ke sini?" tanya Mao Wei.
"Apa kau mengenal istri Fang You Ping?" Sun Jian balas bertanya, "Benarkah kau berhubungan gelap dengannya?"
Pertanyaannya cekak aos, langsung ke permasalahan, membuat wajah Mao Wei seketika berubah. Anak buahnya pun sudah berada di dekatnya. Satu di antaranya yang berwajah bopeng mendekati Sun Jian, bermaksud mendorong dada putra Lao Bo itu.
Sun Jian membentak, "Kau berani?!"
Bila Sun Jian marah dari tubuhnya memancar tenaga yang sulit ditakar kekuatannya. Tangan si Bopeng segera ditarik kembali.
Menjadi tukang pukul memang tidak mudah, harus siap menjual nyawa demi majikan. Beberapa tahun belakangan Mao Wei semakin terkenal, sehingga si Bopeng jarang mengeluarkan tenaga guna menjalankan tugas.
Sudah beberapa tahun ini si Bopeng keenakan hidup, ia tidak ingin kehilangan pekerjaan. Segera ia mengepal tangan memukul dada Sun Jian.
Sun Jian tiba-tiba memegang pergelangannya, membalikan telapaknya, dan seketika memukul punggungnya.
Si Bopeng berteriak. Bersamaan dengan teriakan si Bopeng, terdengar tulang retak. Begitu ia roboh, tubuhnya langsung lemas seperti lumpuh.
Sun Jian melakukannya dengan tuntas, ia tidak ingin terlalu banyak berurusan dengan kroco seperti ini.
Anak buah yang tadi bersama-sama si Bopeng garang mengurung Sun Jian, sekarang tidak ada yang berani menyerang. Mereka sadar, melaksanakan tugas memang penting, tapi kalau harus menyerahkan nyawa begitu saja, mereka harus berpikir ulang.
Sun Jian enggan berurusan dengan mereka. Ia terus memelototi Mao Wei. "Pertanyaanku tadi sudah kau dengar?"
Wajah Mao Wei sudah merah dan nadi di leher sudah merongkol keluar. "Apa hubungannya denganmu?" tanyanya.
Sekali tangan Sun Jian mengayun langsung menghajar rusuk Mao Wei. Ini bukan jurus yang istimewa, tapi sangat cepat dan tepat, sama sekali tidak memberi kesempatan Mao Wei mengelak.
Teriakan Mao Wei lebih histeris daripada si Bopeng. Sudah puluhan tahun ia tidak kena pukul orang.
"Kali ini kau beruntung, tidak kupukul wajahmu. Lain kali, aku tidak akan sungkan lagi."
Wajah Mao Wei sudah mengerut kejang menahan sakit, tapi ia masih berusaha mengangguk.
"Sekarang aku bertanya, dan kau harus jawab sejujurnya, mengerti?" tanya Sun Jian sambil menjambak baju di dada Mao Wei. Ia memelototinya dengan tajam.
KAMU SEDANG MEMBACA
Meteor, Kupu - kupu, dan Pedang (Liu Xing Hu Di Jian) - Gu Long
Детектив / ТриллерSemasa hidupnya, Gu Long pernah mengakui bahwa dirinya sangat terpengaruh para pengarang Barat, antara lain Mario Puzo dengan Godfathernya, Ian Fleming dengan James Bond, dan Agatha Cristie dengan kisah teka-teki pembunuhannya. Ramuan dari para peng...