44. Epilog Episode II

838 21 1
                                    

Matahari.

Sinar matahari pagi terasa segar seperti buah strawberi yang baru dipetik.

Hembusan angin pagi membuat siapa pun ingin bermalasan seperti sewaktu musim semi.

Dan Meng Xin Hun duduk tidak bergerak sama sekali.

Hatinya setenang matahari yang baru terbit, sebebas angin, seperti kupu-kupu yang terbang di musim semi.

Meng Xin Hun memegang tangan Xiao Tie, seakan ingin berteriak, 'Sekarang kita bebas kemana pun pergi!'

Segala rencana, kelelahan, dan kesulitan telah terlewati.

Matahari di cakrawala.

Xiao Tie duduk di sisinya seperti anak kecil itu, Bao Bao, yang tertidur nyaman di sisi ibunya.

Dunia seakan milik mereka.

"Kau ingin ke mana?" tanya Meng Xin Hun, "Bisakah kita berangkat sekarang?"

Xiao Tie menggeleng, "Aku belum memberitahumu, aku tidak bisa pergi."

"Kenapa?"

"Karena...," Xiao Tie tertunduk, "Ah, kau tidak tahu siapa ayahku."

Meng Xin Hun menatap mesra.

"Aku belum memberitahumu siapa ayahku. Kau juga belum pernah menanyakan ini..."

Meng Xin Hun tertawa. "Yang kucintai adalah kau, bukan ayahmu. Siapa pun dia, aku tidak perduli."

"Tapi dia tidak sama," Xiao Tie menggeleng, "Kalau dia sudah menemukan kita, kita tidak bisa hidup tenang."

Meng Xin Hun tersenyum, "Percayakah kau kalau kubilang ayahmu sudah menyetujui hubungan kita?"

Xiao Tie terkejut, tapi mendadak murung kembali. "Ayahku bisa saja setuju, tapi ada yang tidak akan setuju."

"Siapa?"

Xiao Tie malah menunduk, menggigit bibir.

Meng Xin Hun bisa menduga siapa yang dimaksud Xiao Tie. Setelah lama, Meng Xin Hun menghela nafas, mengulangi pernyatannya. "Aku sudah bertemu ayahmu."

"Benar kau sudah bertemu ayahku?"

"Dia bukan orang yang menakutkan, juga bukan orang yang tidak berperasaan. Hanya saja..."

Xioa Tie mendadak emosi. "Dia sudah mengusir anak kandung sendiri. Padahal anaknya telah dihina dan melahirkan seorang anak tanpa ayah!" Air matanya mulai menetes.

Meng Xin Hun ingin bertanya pun tidak tega. Tapi, biar bagaimana, ia adalah lelaki. Setelah lama akhirnya berkata, "Kenapa tidak kau katakan pada ayahmu siapa yang sudah menghinamu, mengatakan siapa ayah anak ini?"

Xiao Tie menggeleng. "Aku tidak boleh dan tidak bisa menceritakannya. Selamanya tidak boleh!"

Meng Xin Hun terheran. "Kenapa?"

Xiao Tie menjawab di antara isaknya, "Janganlah kau seperti ayahku, memaksaku mengatakannya..."

Meng Xin Hun mengepal tangan, tapi melepaskannya lagi. Tertawa paksa, Meng Xin Hun akhirnya berkata, "Aku tidak akan memaksamu. Tapi apa 'orang itu' sudi melepaskanmu?"

Xiao Tie justeru semakin tersedu. "Seharusnya aku memang jangan berhubungan denganmu. Dia tidak akan melepaskanku, juga tidak akan melepaskan dirimu!"

"Kalau begitu, jangan sampai kita ditemukan olehnya."

"Apa kau mau demi diriku lari sembunyi agar tidak ditemukan olehnya?"

Xiao Tie tahu, lari dan sembunyi bagi lelaki seperti Meng Xin Hun adalah hal paling hina dan memalukan. Xiao Tie sungguh tidak percaya demi dirinya Meng Xin Hun mau melakukannya.

Meng Xin Hun memeluk Xiao Tie. "Kenapa tidak? Kalau ada orang gila yang datang, kenapa kita tidak lari saja?"

"Tapi..."

"Tidak ada lagi tapi-tapian! Kalau dia akhirnya menemukan kita, saat itu kita akan melawannya. Walau pun harus mati, aku rela." Sesaat Meng Xin Hun terdiam, baru melanjutkan, "Kau ingat pernah mengatakan sesuatu padaku?"

"Tentang kupu-kupu?" tanya Xiao Tie.

Meng Xin Hun mengangguk. "Kau bilang, hidup kupu-kupu begitu rapuh. Tapi kau ingin menjadi kupu-kupu, bukan?" Ia tersenyum menatapnya, "Atau, kau malah ingin menjadi kura-kura yang berumur panjang?"

Xiao Tie tertawa, jatuh dalam pelukan Meng Xin Hun.

Angin berhembus, meniup dedaunan.

Sekarang musim gugur, seolah mereka melihat sepasang kupu yang terbang tinggi.

Begitu bebas.

Begitu indah.

Bahkan dedaunan yang gugur pun ikut merasa senang.

'Datanglah kembali setelah kau punya anak.' Perkataan Lao Bo seakan masih terngiang di telinga Meng Xin Hun seiring kepak sayap kupu yang terbang ke sana.

<End of Episode II : KUPU-KUPU>

***

Re-writer's Note

Kematian Lu Man Tian adalah awal sebuah akhir.

Akhir dari penghianatan ataukah akhir dari organisasi yang dipimpin Lao Bo?

Siapa dalang semua ini?

Siapa ayah dari anak Xiao Tie?

Bagaimana akhir semua kisah ini?

<Continue to Episode III : PEDANG>

Loading...

Meteor, Kupu - kupu, dan Pedang (Liu Xing Hu Di Jian) - Gu LongTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang