Begitu peti dibuka, Lao Bo melihat sepasang mata Xiao Wu. Ia masih hidup, tapi tulang di sekujur tubuhnya remuk.
Xiao Wu sangat menyesal, hanya dirinya yang masih hidup, bahkan harus menyaksikan Dai Dai diperkosa beramai-ramai di hadapannya sebelum dibunuh.
Biji mata Xiao Wu melotot seperti ikan mati, memandangi Lao Bo. Tidak ada yang bisa menggambarkan kesedihan dan kemarahan yang terpancar di sana.
Seumur hidup Lao Bo sering melihat manusia meregang ajal, tapi sekali ini ia merinding, keringat dingin membasahi tangan dan kakinya.
Apalagi Lu Xiang Chuan, hampir muntah. Tapi ia mengagumi Lao Bo.
Dalam keadaan itu, Lao Bo masih bisa membungkuk berbisik di telinga Xiao Wu, "Aku akan membalaskan dendammu."
Mendengar perkatan itu, mata Xiao Wu perlahan terpejam. Wajahnya terlihat tenang. Ia percaya Lao Bo akan membuktikan ucapannya. Nafasnya berhenti.
Empat mayat kini menjadi lima.
Melihat kondisi kelima mayat itu, Lu Xiang Chuan akhirnya benar-benar muntah.
Saat itu Lao Bo berkata dingin, "Paling tidak sekarang terbukti pemuda marga He itu bukan suruhan Wan Peng Wang."
Lu Xiang Chuan hanya bisa bertanya dengan matanya.
"Dengan mengirim empat peti ini, Wan Peng Wang secara terang-terangan mengajakku perang," jelas Lao Bo, "Ia tidak perlu bercapai lelah melempar batu sembunyi tangan guna membungkam mulut pemuda He itu!"
Lu Xiang Chuan terkejut. Jika bukan Wan Peng Wang, lantas siapa tokoh di belakang pemuda itu? Apa ada musuh lain?
Lao Bo menghela nafas. "Sebenarnya kita masih bisa menyelidiki siapa orang itu. Tapi, sayang...," dingin Lao Bo memandang Sun Jian.
Nadi di dahi Sun Jian seketika bermunculan.
Lu Xiang Chuan cepat menukas, "Kita masih bisa menyelidikinya..."
"Biar kita bicarakan hal itu nanti!" kata Lao Bo, "Sekarang sebaiknya memikirkan cara menyerang balik Wan Peng Wang."
"Biar aku ke sana!" teriak Sun Jian, berniat menyatroni kediaman Wan Peng Wang.
"Untuk apa?" tukas Lao Bo, "Ia pasti sudah menunggumu mengantar nyawa!"
Sun Jian mengatup geraham kuat-kuat. Orang di luar pintu pun bisa mendengar gemeretak giginya.
"Wan Peng Wang pasti menanti kita. Tapi kita tidak perlu ke sana. Biarkan dia menunggu, kita harus lebih sabar daripadanya."
"Benar," jawab Lu Xiang Chuan. Ia tahu, menunggu memang pekerjaan menjemukan, bahkan menguras energi.
Lao Bo merapihkan lengan bajunya. "Besok hari pemakaman enam dari Tujuh Pemberani, Tie Cheng Gang sudah menguar undangan. Wan Peng Wang tahu kita pasti mengirim orang guna mengucap balasungkawa. Kita pancing ia melakukan serangan, kita buat ia salah perhitungan."
Belum habis perkataan Lao Bo, Sun Jian bergegas keluar ruangan dengan langkah lebar.
Lao Bo tidak menggubrisnya. Lu Xiang Chuan pun sibuk berpikir.
Entah apa yang dipikirnya, mungkin cara menghadapi Wan Peng Wang?
Malam semakin larut.
Lao Bo bertanya, "Apa sudah menemukan cara menghadapi pemakaman besok?"
"Banyak pelayat akan datang," jawab Lu Xiang Chuan, "Di antara pelayat, mungkin menyusup orang-orang Wan Peng Wan."
Lao Bo mengangguk.
KAMU SEDANG MEMBACA
Meteor, Kupu - kupu, dan Pedang (Liu Xing Hu Di Jian) - Gu Long
Mystery / ThrillerSemasa hidupnya, Gu Long pernah mengakui bahwa dirinya sangat terpengaruh para pengarang Barat, antara lain Mario Puzo dengan Godfathernya, Ian Fleming dengan James Bond, dan Agatha Cristie dengan kisah teka-teki pembunuhannya. Ramuan dari para peng...